BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daulah Bani Umayah yang ibukota
pemerintahannya terletak di Damaskus, berlangsung selama lebih kurang 91 tahun
diperintah oleh 14 orang khalifah. Kejayaan Bani Umayah dimulai pada masa Abdul
Malik dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggal
Umar, kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya adalah para
khalifah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum.
Walaupun demikian, kemajuan-kemajuan di bidang arsitektur, kesenian dan
perdagangan berhasil dicapai pada masa Bani Umayah.
Tentunya sangat menarik dalam mengkaji
dinamika khilafah Bani Umayah ini. Sebab selain khilafah ini berada pada masa
transisi, berbagai intrik menarik terjadi di zaman ini. Mulai dari banyaknya
khalifah yang tidak berpihak pada rakyat sampai pembunuhan Husein bin Ali di
Karbala. Semoga dengan mengkaji perkembangan Islam pada kurun ini akan
memperkaya wacana kita terutama dalam hal politik Islam.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan yaitu
1.
Bagaimana Sejarah Awal Berdirinya Dinasti
Umayyah di Damaskus ?
2.
Bagaimana Daulah Ummaya Di Damaskus ?
3.
Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Ummaya Di
Damaskus
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini yaitu
1.
Untuk
Mengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Umyyah Di Damaskus
2.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Daulah Ummaya Di Damaskus
3.
Untuk
Mengetahui Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Ummaya Di Damaskus.
BAB 1I PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Awal
Berdirinya Dinasti Umayyah di Damaskus
Dinasti Umayyah adalah kerajaan
Islam pertama yang didirikan oleh Mu'āwiyyah bin Abī Sufyān pada tahun 41 H/661
M. Tahun ini disebut dengan 'Aam al-Jamā'ah (Tahun Persatuan) karena
pada tahun ini semua umat Islam sepakat atas ke-khalifahan Mu'āwiyyah dengan
gelar Amir al-Mu'minīn. Setelah Mu’āwiyyah diangkat menjadi khalifah,
sistem pemerintahannya berubah menjadi monarchi heridetis (Kerajaan turu
temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan suara terbanyak.
Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān adalah pendiri Dinasti Umayyah
yang berasal dari suku Quraish keturunan Bani Umayyah yang merupakan khalifah
pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah Mu’āwiyyah bin Abi Harb bin
Umayyah bin ‘Abdi Syam bin Manaf. Mu’āwiyyah lahir 4 tahun menjelang Nabi
Muḥammad saw menjalankan dakwah Islam di kota Makkah, ia beriman dalam usia
muda dan ikut hijrah bersama Nabi saw ke Yastrib. Disamping itu termasuk salah
seorang pencatat waḥyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama Nabi
saw.
Kekuasaan
Bani Umayyah di Damaskus berlangsung 90 tahun atau satu abad. Ibu kota negara
dipindahkan Mu’āwiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai
gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah
Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān (661-680 M), ‘Abd al-Malik bin Marwān (685-705 M),
Al-Wālid bin ‘Abd al-Mālik (705-715 M), ‘Umār bin ‘Abd al-‘Azīz (717-720 M),
dan Hāshim bin ‘Abd al-Mālik (724-743 M).
Dinasti Umayyah I di Damaskus (41 H/661 M-132 H/750 M),
dinasti ini berkuasa kurang lebih selama 90 tahun dan mengalami pergantian
pemimpin sebanyak 14 kali. Adapunya khalifahnya terdiri dari khalifah
Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān (661-680 M), ‘Abd al-Mālik bin Marwān (685-705 M),
Al-Wālid bin ‘Abd al-Mālik (705-715 M),
M),
‘Umār bin ‘Abd al-‘Azīz (717-720 M), dan Hishām bin ‘Abd al-Mālik (724-743 M).
Pada tahun 750 M, dinasti ini digulingkan oleh dinasti ‘Abbāsiyyah.
Pada
Dinasti Umayyah perluasan daerah Islam sangat luas sampai ke timur dan barat.
Begitu juga dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari daerah Islam di
zaman Khulafāar-Rāshidīn yaitu: Hijāz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir. Seiring
dengan itu pendidikan pada priode Dinasti Umayyah telah ada beberapa lembaga
seperti: Kuttāb, Masjid dan Majelis Sastra. Materi yang diajarkan
bertingkat-tingkat dan bermacam-macam. Metode pengajarannya pun tidak sama.
Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang tertentu.
2.2 Daulah Umayyah di Damaskus
Nama
Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah yaitu kakek kedua dari Mu`awiyah bin
Abi Sufyan. la adalah salah seorang pemimpin dari pemimpinpemimpin Kabilah pada
masa Jahiliyah. Ia dan pamannya, Hasyim selalu bersaing untuk mendapatkan
kekuasaan dan kehormatan di dalam masyarakat. Di zaman Jahiliyah, apabila
seseorang mempunyai tiga unsur di dalam masyarakat, yaitu: berasal dari
keluarga bangsawan, mempunyai kekayaan, dan putra-putra yang terhormat, berarti
telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan. Tatkala
datang Islam berobalah persaingan untuk mendapatkan kekuasaan itu kepada
permusuhan yang nyata, Bani umayyah dengan tegas menentang Rasul dan dakwahnya.
Sebaliknya Bani Hasyim menjadi penolong Rasul dan dakwahnya, baik mereka yang
telah masuk Islam atau pun yang belum 12.
Pendiri dan sekaligus sebagai Khalifah pertama Daulah
Umayyah adalah Mu`awiyah bin Abi Sufyan. la dilahirkan di Makkah lima tahun
sebelum Nabi diangkat menjadi Rasul 13. Dr. A. Syalabi mengatakan bahwa Mu`awiyah
lahir 15 tahun sebelum hijrah, atau sekitar tahun 607 Masehi 14. Silsilahnya
bertemu dengan Nabi Muhammad Saw pada kakeknya yang kelima, yakni Abdi Manaf.
Silsilah lengkapnya adalah Mu`awiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin
`Abdi
Syams
bin `Abdi Manaf. Ibunya Hindun binti `Uthbah bin Rabi`ah bin `Abdi Syams bin
`Abdi Manaf 15.
Pada masa nabi dia diangkat sebagai salah seorang tim
penulis wahyu. Kemudian pada masa Abu Bakar menjadi pimpinan pasukan bantuan
untuk Panglima Yazid bin Abi Sufyan di Syiria. Lalu pada masa `Umar menjadi
Gubernur Ardan (Yordania) dan menjadi Gubernur seluruh Syam pada masa `Usman,
dimana pada akhirnya ia berhasil tampil menjadi Khalifah selama 20 tahun 21.
Setelah dibai`at menjadi Khalifah,., ia memindahkan pusat pemerintahannya
ke Damaskus-Syiria. Dengan berdirinya pusat pemerintahan Islam yang baru
tersebut berarti bergeserlah pusat pemerintahan Islam dari Madinah ke Damaskus.
Perpindahan ibukota tersebut terjadi melalui proses yang panjang dengan
didukung oleh strategi politik yang dibangun oleh Mu`awiyah. Dan dia merobah
sistem Khilafah menjadi sistem kerajaan 22. Ada beberapa faktor objektif yang
mendukung untuk dirubahnya sistem musyawarah itu.
1. Mu`awiyah
berhasil meyakinkan ulama, seperti ibn `Abbas, ibn `Umar, Sa`ad bin Abi Waqash
dan sahabat lainnya dengan menampakkan hasil dari perubahan itu.
2. Kalau
sistem musyawarah dipertahankan, akan membuat peluang untuk perang semakin
banyak.
3. Faktor
persaingan Bani Hasyim dan Bani Umayyah.
4. Setiap
orang tanpa terkecuali tentu menginginkan kejayaan dan hidup layak bagi
keluarganya. Sikap nepotisme tidak bisa dihilangkan dari diri seseorang.
Tentunya apa yang telah dilakukan oleh Mu`awiyah terhadap keluarganya memang
sudah sewajarnya. Ia mengangkat kaum keluarganya untuk menjabat di
daerah-daerah kekuasaannya. Dengan pemerintahan yang didominasi oleh keluarga,
akan menjadikan pemerintahan itu cukup kuat dan membuka peluang untuk berkuasa
lebih lama.
5. Sistem
pemerintahan yang monarchi tidak lebih baik dari demokrasi (musyawarah).
6. Semakin
luasnya daerah kekuasaan, maka semakin banyaklah orang masuk ke dalam agama
Islam dari berbagai daerah, baik daerah yang berdekatan dengan ibukota
kerajaan, maupun yang jauh. Maka sangat sulit bagi staf pemerintahan untuk
mendatangi mereka dan mengajak mereka bermusyawarah. Di samping itu umat Islam
bukan orang Arab saja, tetapi juga non Arab dan tentunya mereka ingin memilih
pemimpin dari mereka sendiri. Dan kalau kita perhatikan, bahwa semua negara
pada waktu itu berbentuk kerajaan. Seperti Bizantium, Persia, dan Cina, kalau
sistem musyawarah dipertahankan, maka umat Islam akan ketinggalan peradabannya
23.
·
Dinamika Keagamaan
Keistimewaan Bagi Bani Umayyah pada
masanya walaupun masanya itu begitu singkat, namun kita melihat adanya gerakan-gerakan
dalam bidang pemikiran yang tidak mendapat peluang dan kesempatan yang cukup
untuk lahir pada masa-masa sebelumnya atau masa yang paling subur bagi
revolusi-revolusi yang terjadi pada alam fikiran 24. Kita mulai dari pemikiran
Syiah. Dalam sejarah dan peradaban Islam pembicaraan mengenai Syiah mencakup
dua macam: pertama, tentang kepercayaan dan pemahaman mereka; kedua, tentang
gerakan Syiah untuk merebut kekuasaan 25. Namun yang akan dibicarakan terlebih
dahulu adalah tentang kepercayaan Syiah dan tentang pergerakan dalam merebut
kekuasaan akan dibahas nantinya pada bagian pembicaraan politik.Kaum Syiah
adalah pendukung Ali bin Abi Thalib. Ali telah mempunyai pendukung sejak
masa-masa permulaan setelah wafatnya Rasulullah. Di antaranya Abu Dzar al-Ghifari,
Salman al-Farisi, Ja Jabir bin Abdillah dan Huzaifah bin al-Yaman. Setelah Abu
Bakar terpilih menjadi Khalifah dan Ali mengetahui bahwa kekalahan golongan
Anshar disebabkan karena golongan Muhajirin berpegang kepada hadis Rasulullah:
al-Aimmatu min al-Quraisy ( Pemimpin-pemimpin itu adalah dari kaum Quraisy).
Ali berfaham bahwa yang dimaksud
dengan hadis ini adalah pertalian kerabat, sehingga Ali pernah mengatakan:
"Mereka berpegang kepada pohon dan melupakan buahnya". Akan tetapi
bukanlah itu yang dimaksudkan oleh Abu Bakar dan Umar. Yang mereka maksudkan
adalah kedudukan serta kekuatan kaum Quraisy. Di samping itu juga perilaku Abu
Bakar dan Umar sangat mulia, mereka tidak memberikan kesempatan sedikitpun
kepada pendapat-pendapat yang menentangnya untuk tumbuh dan meluas. Kemudian
datang masa pemerintahan `Usman. Ia telah melakukan tindakan-tidakan keliru
yang belum pernah dilakukan oleh khalifahkhalifah sebelumnya, ditambah lagi isu
propokasi yang dilakukan oleh `Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang mengaku
masuk Islam, bukan karena kecintaannya tetapi untuk menyerang Islam dari dalam.
Itu lebih mudah baginya dari pada menyerang Islam secara terang-terangan 24.
Dengan keuletannya, `Abdullah bin
Saba' dapat menguasai kaum Syiah dan berhasil membentuk kesatuan yang kompak,
lalu ia memompakan bermacam-macam pendapat dan falsafah ke dalam alam fikiran
Syiah, sehingga masalahnya bukan hanya "pohon dan buah" saja, tetapi
ia menambahnya dengan pemikiran yang berbelit-belit dan menimbulkan keraguan
serta menciptakan riwayat dan hadis palsu. Ditaburkannya benih-benih fikiran
yang sesat.
Di samping itu di Negeri Persia
sebelum datangnya Islam berlaku teori-teori yang berasal dari Eropa tentang
"Hak suci Raja-raja" atau disebut juga "al-Haq al-Ilahi"
(Divine Right) bahwa keluarga raja mengalir padanya darah ketuhanan, hanya
keluarga itulah yang berhak memerintah. Bangsa persia kemudian masuk Islam, sedangkan
teori tersebut tetap melekat dalam fikiran mereka. Oleh karena itu mereka
berpendapat bahwa keluarga Rasul-lah yang paling berhak untuk memegang
pemerintahan 25. Di antara pemahaman-pemahaman Syi’ah yang khas adalah :
1. Imamah,
istilah yang mereka gunakan sebagai pengganti istilah Khilafah. Menurut mereka
Imamah merupakan salah satu rukun di antara rukun-rukun agama dan sudut amat
penting dalam Islam.
2. Seorang
Imam haruslah seorang ma'sum, yakni seorang yang suci, terjaga dan terpelihara
dari melakukan perbuatan dosa yang besar maupun yang kecil dan ia tidak boleh
melakukan kesalahan. Semua yang bersumber dari dirinya, baik yang berupa ucapan
atau tindakan, maka itu adalah haq d;4n benar.
3. Kelompok-kelompok
Syiah bersepakat bahwa Imamah adalah hak milik anak-cucu Ali saja 26.
Sekarang marilah kita melihat bagaimana kepercayaan dan
pemahaman kaum Khawarij setelah kita telah melihat bagaimana pemahaman dan
kepercayaan kaum Syiah terhadap Ali dan keturunannya. Khawarij sama sekali
berlawanan dengan kaum Syiah. Kelompok ini muncul pada waktu perang Shiffin
ketika Ali dan Mu'awiyah menyetujui penunjukan dua orang hakim penengah guna
menyelesaikan pertikaian yang terjadi antara keduanya.
Sebenarnya, sampai saat itu mereka pendukung-pendukung
Sayyidina Ali, tapi kemudian, secara tiba-tiba, mereka berbalik ketika
berlangsungnya tahkim, dan berkata kepada kedua keompok tersebut: "Kalian
semuanya telah menjadi kafir dengan memperhakimkan manusia sebagai ganti
memperhakimkan Allah di antara kalian." Beberapa waktu kemudian pendapat
mereka sangat ekstrim dan sangat kelewat batas, hingga mereka membunuh dan
memerangi siapa saja yang tidak sependapat dengan mereka.
Oleh sebab itu, untuk waktu yang sangat lama sekali mereka
telah membangkitkan keonaran di mana-mana dan lebih cenderung membunuh dan
menumpahkan darah sampai saat mereka dapat
dimusnahkan
di zaman kekuasaan Bani Abbas 27. Dr. Hasan Ibrahim Hasan menjelaskan di dalam
kitabnya Tarikh al-Islami, bahwa Khawarij adalah musuh dari Mu'awiyah dan Ali
beserta keturunannya. Mereka menghalalkan darah Mu'awiyah dan Ali dan
berpendapat bahwa keduanya telah keluar dari ajaran agama. Khawarij
memperlihatkan Islam yang demokrasi dan mengatakan bahwa Khalifah milik setiap
umat Islam selagi ia mampu untuk memikulnya. Tidak ada perbedaan antara orang
Quraisy dan bukan Quraisy 28. Kelompok Khawarij yang sangat ekstrim pendapatnya
adalah Azariqah, yaitu kelompok Nafi' bin al-Azariq yang telah mengkafirkan Ali
dan seluruh kaum muslimin. Nafi' berkata : "Tidak.boleh memakan sembelihan
mereka, tidak boleh kawin dengan mereka, Ali dan kaum muslimin selain mereka
dengan kafir Arab dan penyembah berhala adalah sama, Negeri Mu'awiyah dan Ali
beserta keturunannya adalah Dar al-Harb (Negeri yang wajib diperangi) dan
mereka juga membunuh anak-anak dan istri-istri Bani Umayyah dan Ali serta
keturunannya yang tidak sepaham dengan mereka, karena mereka berkeyakinan bahwa
anak-anak mereka itu Musyrik dan kekal di Neraka, orang yang berdosa besar sama
dengan His, hukum potong tangan bagi orang yang mencuri baik sedikit maupun
banyak29.
Orang-orang Khawarij menafsirkan Q.S Nuh, ayat 26-27 secara
lahiriyah saja. Ayat inilah yang digunakan oleh Nafi' ibnu al-Zariq untuk
mensahkan perbuatanya membunuh anak-anak dan para wanita, dengan berdalih
pembunuhan itu adalah halal.
Inti
dari pendapat mereka adalah :
1. Mereka
mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar dan Umar. Adapun Usman, menurut
pendapat mereka pada akhir-akhir kekhalifahannya telah menyimpang dari
kebenaran dan keadilan, karena itu ia selayaknya dibunuh atau dimakzulkan. Dan
bahwasanya Sayyidina Ali, Mu'awiyah, `Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy'ari serta
pengikut Ali dan Mu'awiyah telah melakukan dosa besar dengan mentahkim selain
Allah dan juga semua orang yang ikut dalam peperangan Jamal, termasuk Talhah,
Zubair, Aisyah Ummu al Mukminin, telah melakukan dosa yang amat besar.
2. Dosa,
dalam pandangan mereka, sama dengan kekufuran. Mereka mengkafirkan setiap
pelaku dosa besar apabila ia tidak bertobat; dan atas dasar inilah mereka
secara terang-terangan mengkafirkan semua sahabat Nabi saw. yang disebutkan
namanya di atas.
3. Khilafah
tidak kecuali dengan adanya pemilihan bebas antara kaum mustimin dan tidak
menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa khalifah haruslah dari suku Quraisy.
4. Ketaatan
kepada khalifah adalah sesuatu yang wajib hukumnya selama ia masih berada di
jalan keadilan dan kebaikan. Apabila ia menyimpang, maka wajib memeranginya,
memakzulkannya atau membunuhnya 30.
Pada
masa Daulah Umayyah juga berkembang paham Murjiah, dan Jabariyah Mu'tazilah.
Murji'ah berpaham segala sesuatu itu ditunda, hanya Allah yang tahu dan Allah
yang akan membalasnya pada hari kiamat 31. Jabariyah berpaham bahwa pelaku dosa
besar tetap mukmin 32. Sedangkan Mu'tazilah berpaham bahwa orang-orang yang
melakukan dosa besar tidak mukmin dan tidak kafir tetapi fasik dan tempatnya
antara Syurga dan Neraka 33.
·
Sosial-Politik
Dalam bidang sosial pada masa
kekhalifahan Umayyah adalah bersifat kemewahan sebagai akibat kejayaan dalam
bidang politik. Sementara itu nilai-nilai keislaman tenggelam oleh nilai-nilai
keduniawian, meski semua penampilan secara formal menggunakan simbol-simbol
Islam. Di samping itu perbudakan merupakan gejala sosial yang umum dikala itu,
terutama dikalangan para Ningrat 34.
Pada masa pemerintahan Umayyah ini,
banyak terjadi perobahan yang bersifat drastis. Ironisnya perobahan ini banyak
merusak tatanan sosial politik dan kebudayaan masyarakat terutama dalam tatanan
sistem pemerintahan. Arabisasi menjadi dasar dan dalil sebagian para khalifah
Umayyah dalam mengatur dan melaksanakan jalannya sistem pemerintahan. Sistem
startegi Arabisasi ini diterapkan secara diskriminatif. Hal ini tidak sesuai
dengan syari’at Islam dan semangat persaudaraan. Penerapan Arabisasi ini
merupakan akibat adanya percampuran penduduk daerah-daerah yang ditaklukkan.
Mereka datang ke daerah-daerah taklukannya merasa lebih tinggi derajatnya
dengan penduduk jajahan yang berasal dari non Arab 35. Arabisasi sangat terkait
sekali dengan Mawali. Mawali adalah orang-orang muslim yang menurut garis
keturunan tidak termasuk dalam suku Arab. Seperti orang Persia, Turki, Irak,
dan Mesir. Mereka inilah yang dianggap rendah oleh suku Arab dan sering
diperlakukan dengan keras dan kejam36.
Dalam bidang perluasan daerah pada
masa Daulah ini terus berkembang. Walaupun daerah Islam pada masa Khulafa'
al-Rasyidin sudah begitu luas. Namun perluasan itu belum sampai pada batas yang
tetap, maka senantiasalah disana terjadi pertikaian dan peperangan. Dalam
keadaan semacam itu tak dapat tidak terjadilah pertempuran-pertempuran antara
Bani Umayyah dan Negara-negara tetangga yang telah ditaklukkan pada masa Khulafa'
al-Rasyidin. Dan pertempuran ini terus berlanjut sampai ada batas yang
memisahkan antara kedua pasukan yang bermusuhan itu. Inilah salah satu penyebab
utama perluasan itu, di samping jihad dan untuk menyiarkan agama Islam 37.
Masa-masa yang cocok untuk melakukan
penaklukan dan perluasan adalah masa Khalifah Mu'awiyah, dan tahun-tahun
terakhir dari masa Khalifah AM. al-Malik, kemudian pada masa putranya AI-Walid.
Selain masa-masa itu usaha-usaha penaklukan mengalami kemacetan, karena
dibebani dengan bermacam-macam pemberontakan ditambah lagi kurangnya kecakapan
khalifah khalifahnya atau khalifahnya menunjukan cita-cita untuk mendapatkan
keridhaan Allah semata 38.
Perluasan
daerah pada masa Daulah ini dibagi kepada tiga Medan Pertempuran.
1. Medan
I :Pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil. Dipertempuran ini telah
meluas sampai meliputi pengepungan terhadap kota Konstantinopel dan penyerangan
terhadap beberapa pulau di Laut Tengah. ak dapat dibantah lagi bahwa
pertempuran ini adalah pertempuran yang terpenting. Sebab Daulah Umayyah telah
menjadikan damaskus sebagai ibukota Kerajaan Islam dan jadilah ibukota itu
dekat letaknya daengan kerajaan Byzantium. Maka tidaklah heran kalau Bani
Umayyah berusaha keras untuk menjaga perbatasan Syiria dan menghalau musuh-musuhnya
itu. Ketika terjadi kekacauan-kekacauan di dalam Negeri, pasukanpasukan Rumawi
berhasil merebut kembali bebera daerah di Armenia, yang tadinya telah
ditaklukkan oleh kaum muslimin 39. Pada masa Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sufyan
perluasan daerah diteruskan. Ekspansi yang terhenti pada masa Khalifah Usman
dan Ali dilanjutkan kembali oleh daulah ini.
Di zaman Mu'awiyah, Tunisia dapat
ditaklukkan. Di sebelah Timur, Mu'awiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai
ke Sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibukota Byzantium, Konstantinopel. Ekspansi ke Timur yang
dilakukan Mu'awiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd.al-Malik. Dia
mengirim tentara menyeberangi Sungai Oxus dan dapat berhasil meduduki Balkh,
Bukhara, Khawarizm, Fergana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai di India
dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai Maltan 40.
Setelah Mu'awiyah berhasil mengatasi
situasi keadaan negara, lalu ia bersiap-slap untuk menghadapi kekuatan dengan
kekuatan. Dan dia memperbesar tentaranya sehingga berjumlah 1700 kapal lengkap
dengan makanan dan pedang. Kemudian ia perangi Laut Tengah dan berhasil
menguasai Rodes tahun 53, Iqrithus (Kreta) tahun 54, sebagaimana ia perangi
juga pulau Shigliyah(Sicilia) dan pulau kecil yang bernama Arwad dekat dengan
Konstantinopel dan pulau Qibrus (Cyprus) yang sudah dikuasainya pada masa Usman
41.
Kemudian Mu'awiyah mempersiapkan
tentara untuk memerangi Konstantinopel baik darat maupun laut dengan dipimpin
oleh Sufyan bin Auf dan ikut bersamanya Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Zubair dan
Abu Ayyub al-Anshari. Mereka berangkat ke Konstantinopel, maka terjadilah
peperangan, namun tentara Sufyan bin Auf mengalami kekalahan, disebabkan kapal
mereka terbakar dengan lontaran api mereka sendiri yang terjatuh dan pada
pertempuran itu Abu Ayyub meninggal dunia. Dan dikuburkan didekat pagar
Konstantinopel 42. Setelah Mu'awiyah meninggal dunia, penyerangan ke
Konstantinopel terhenti, yang kemudian penyerangannya dilanjutkan oleh Khalifah
Abd. al-Malik dan Khalifah A1Walid. Seterusnya dilanjutkan oleh Sulaiman bin
Abd. al-Malik dan jatuhlah ibukota Byzantium itu ketangan kaum muslimin pada
tahun 1453 M di bawah pimpinan Sulthan Muhammad Al-Fatih 43.
2. Medan
II : Pertempuran Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik, kemudian menyeberangi
Selat Jabal Tarik dan sampai ke Spanyol. Namun dalam makalah ini tidak dibahas
dan akan dibahas nantinya oleh pemakalah berikutnya.
3. Medan
III : Pertempuran Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang yang satu
menuju ke Utara, kedaerah-daerah Sungai Jihun (Amu Darya). Dan cabang kedua
menuju ke Selatan, meliputi daerah Sind. Perluasan daerah Islam itu telah
menjalar sampai ke daerah pegunungan di sebelah selatan Laut Kaspi dan
selanjutnva kaum muslimin menyeberangi sungai Jihun (Amu Darya), dan berhasil
menguasai negeri-negeri diseberang sungai itu yaitu, Balk, Harah, Kabul,
Ghaznah di Turkistan.
Setelah Mu'awiyah meninggal, penaklukan itu diteruskan oleh
Al-Walid dan barulah sempurna pada masa Khalifah Sulaiman bin Abd. AI-Malik, di
bawah pimpinan panglimanya: Yazid bin Muhallab dan sampailah penaklukan itu ke
negeri Sind 44.
Sekarang marilah kita melihat pemberontakan yang terjadi di
dalam negeri. Pemberontakan itu terjadi disebabkan Mu'awiyah tidak mentaati isi
perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika ia naik tahta, yang menyebutkan bahwa
persoalan penggantian pemimpin setelah Mu'awiyah, diserahkan kepada pemilihan
umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai Putra Mahkota
menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang
mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan 45.
Ketika
Yazid naik tahta, maka semua orang membai'atnya baik dalam keadaan.terpaksa
ataupun tidak.Namun Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair tidak mau
membaiahnya, mereka melarikan diri ke Makkah. Di Makkah Husein menerima
beberapa surat dari penduduk Kufah yang intinya membela dan menjanjikan bai'at
terhadap Husein. Lalu Husein mengutus saudara sepupunya, Muslim bin ‘Aqil bin
Abi Thalib, untuk mengetahui apakah benar pernyataan mereka itu. Ternyata apa
yang mereka ucapkan di dalam surat itu tidak benar. Mereka biarkan Muslim
terbunuh di Negeri mereka itu 46. Kemudian Husien berangkat ke Kufah, namun
belum tahu keberadaan saudara sepupunya. Di tengah jalan disuatu tempat di
Karbela Husein bertemu dengan ilmar bin Sa'ad bin Abi Waqash dan terjadilah
pertempuran antara mereka sehingga mengakibatkan terbunuhnya Husein bin Ali.
Setelah terbunuh lalu tubuhnya diinjakinjak dengan Kuda dan kepalanya dipotong,
lalu dikirimlah kepalanya kepada Yazid di Damaskus 47. Setelah meninggal Husein
terjadi lagi pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok "Al-Tawwabun
", yaitu "orang-orang
yang
bertaubat". Mereka adalah dari kelompok Syi'ah di Kufah yang telah
mengakui kesalahan, bahwa mereka telah mengundang Husein untuk datang kenegeri
mereka dan kemudian mereka menjauhkan diri daripadanya dan akhirnya mereka
membunuhnya. Oleh karena itu mereka bertaubat dan berjuang untuk menuntut bela
atas kematian Husein. Pemberontakan Al-Tawwabun barulah dapat dikalahkan pada
masa Khalifah Marwan bin Hakam 48. Pemberontakan yang dilakukan oknum negeri
Thaif, yaitu al-Mukhtar bin Abi Ubaid 49.
Selanjutnya pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah bin
Zubair. Setelah Husein terbunuh, ia memproklamirkan dirinya menjadi Khalifah
dan melakukan pemberontakan terhadap Daulah Umayyah 50. SetelahYazid meninggal
dunia dan Bani Umayyah terpecah belah, datanglah kesempatan bagi dirinya untuk jadi
Khalifah di Makkah. la mulai membangun mahligai kejayaannya di bawah tumpukan
bangkai dari pada korban yang telah gugur. la sama sekali tidak pernah keluar
memimpin suatu pasukan dan hanya tetap saja di Makkah menunggu datangnya bai'ah
51. Pada masa Khalifah Abd.al-Malik, Abdullah bin mengalami kekalahan dan ia
tewas terbunuh, lalu kepalanya dikirim ke Abd. al-Malik dan tubuhnya disalib
52.
Disisi
lain penyebab pemberontakan itu terjadi karena kebijakan setiap khalifah selalu
dilaksanakan dengan tangan besi dan akibat ketidakpuasan dengan kebijakan
Khalifah yang menggunakan kekerasan, maka beberapa daerah keamiran telah
menyatakan memisahkan diri dan bersikap oposisi. Salah satu gerakan oposisi
yang dilakukan oleh Abbas, salah seorang paman Nabi Muhammad Saw. Dengan dalih
ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abbas
berhasil menarik dukungan kaum Syi'ah53 dalam mengorbankan perlawanan
terhadap
kekhalifahan Umayyah. Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan
sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu, sampai menyebut
dirinya sang pengalir darah atau as-Saffar. Dalam peristiwa itu salah seorang
pewaris tahta kekhalifahan Umayyah yaitu Abdurrahman yang baru
berumur
20 tahun, berhasil melarikan diri kedaratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian
berhasil menyusun kembali kekuatan bani Umayyah di seberang lautan, yaitu
Keamiran Cordova. Disana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan
Umayyah dengan nama Kekhalifahan Andalusia 54.
·
Kemajuan Intelektual
Banyak sekali kemajuan Intelektual
yang terjadi pada masa Dinasti ini. Di antaranya pada masa Khalifah Mu'awiyah
telah menciptakan hal-hal yang baru yang belum ada pada masa-masa sebelumnya.
la mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang
lengkap deangan peralatannya di sepanjang jalan, menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang, Mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diwariskan dari bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam. `Umar bin `Abd al-`Aziz
(Madinah, 63 H/682 M-101 H/720 M), pada masa kekhalifahannya membuat
kebijaksanaan dalam berbagai bidang. Dalam bidang agama, ia menghidupkan ajaran
al-Qur’an dan Sunnah Rasul seperti masa `Umar bin al-Khattab. Kemudian
menerapkan hokum syari’at secara serius dan sistematis. Jasanya yang penting di
bidang agama dan pengetahuan, yang buahnya dapat diwarisi umat Islam sampai
kini, adalah inisiatifnya untuk mengadakan kodifikasi hadis yang sebelumnya
belum ada 55. Pada masa Khalifah `Abd. Al-Malik, ia mengubah mata uang
Bizantium dan Persia dan mencetak uang tersendiri dengan memakai kata-kata dan
tulisan Arab, pada tahun 659 M. Dan pada masa Al-Walid, ia membangun
panti-panti untuk orang cacat. Semua personil yang terlibat dalam kegiatan ini
digaji oleh negara secara tetap. Dan dia juga membangun jalan jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, membangun gedung-gedung
pemerintahan dan mesjid-mesjid yang megah 56. Mu'awiyah juga merobah sistem
pengangkatan Khalifah yang demokrasi kepada `Ashabiyah dan Taurits. Hal ini
dapat dilihat ketika Mu'awiyah melakukan suksesi kepemimpinan kepada anaknya
Yazid57.Dibidang administrasi membentuk biro administrasi negara yang dinamakan
dengan Diwan al-Hattam, jawatan kepolisian Mu'awiyah juga mengadakan perubahan
seperti, bernama al-Syurthah, memisahkan tata administrasi kepidanaan dan non
pidana, mengangkat sejumlah pegawai pada tingkat propinsi dan menanggungjawabi
pendapatan negara bernama Shahib al-Kharaj, meningkatkan pendapatan negara
melalui pemasukan sektor pajak, lalu mengambil sebagian dana tersebut untuk
santunan fakir miskin, menciptakan armada laut, serta pengawal Khalifah dan
singgasana, memasukkan Mihrab ke dalam mesjid 58. Dan memberlakukan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam 59.
2.3 Faktor – Faktor
Penyebab Runtuhya Bani Umayyah Di Damaskus
Faktor-Faktor Itu Antara Lain Adalah:
1. Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan yang lebih menekankan aspek
senioritas, pengaturannya tidak jelas dan Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan
terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat
kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak
yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
3. Latar belakang
terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik
politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Abdullah bin Saba') dan Khawarij
terus menjadi gerakan oposisi, baik
secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti
di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan
ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
4. Penyebab langsung
tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat
dukungan penuh dari Bani Hasyim dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah.
Selain itu
Sebab-sebab runtuhnya dinasti umayyah adalah
·
Sebab Utama
1. Terjadi
persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga bani umayyah.
2. Tidak ada
pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu menjadikan kekuasaan dan
menjaga keutuhan Negara.
3. Muncul berbagai
gerakan perlawanan.
4. Serangan
pasukan Abu Muslim Al- Khursani dan pasukan Abul Abbas
·
Sebab Umum
1. Sistem
pemerintahan khalifah menjadi kerajaan
2. Pengkhianatan
kesepakatan di daumatul jandal
3. Menyalahi
perjanjian madain antara muawiyah dan Hasan bin Ali
4. Pengangkatan
putra mahkota lebih dari satu
·
Sebab Khusus
1. Pertentangan
keras antara kelompok mudariyah yaitu kelompok arab yang menempati irak dengan
kelompok himariyah yaitu kelompok arab selatan yang menempati wilayah suriah.
Persaingan mencapai puncaknya, karena para khalifah bani umayyah cenderung
memihak hanya kepada satu kelompok.
2. Ketidak puasan
sejumlah orang islam non arab. Mereka dari kalangan mawali yaitu bangsa yang di
kalahkan dan ikut memajukan dinasti umayyah namun mereka tidak mendapat
kedudukan dan hak bernegara tidak di kabulkan. Sedangkan orang arablah yang
mendapat fasilitas dari penguasa bani umayyah.
3. Kemewahan dan
keborosan di kalangan istana.
4. Terbentuknya
dinasti umayyah tidak terlepas dari konflik-konflik politik. Kaum syiah dan
khowarij semakin berkembang menjadi gerakan oposisi kuat yang sewaktu-waktu
dapat meruntuhkan dinasti umayyah. Gerakan bani abbasiyah yang semakin kuat dan
tidak tertandingi, akhirnya dapat menggeser kekuasaan dinasti umayyah.
·
Sebab intern
1. Khalifah
memiliki kekuasaan absolut
2. Gaya hidup yang
mewah
3.
Tidak ada ketentuan yang tegas mengenai
sistem pengangkatan khalifah
·
Sebab ekstern
1. Konflik Islam
dan Kristen
2. Tidak adanya
ideology pemersatu
3. Kesulitan dalam
ekonomi
4. Keterpencilan
5.
Banyaknya gerakan pemberontakan selama
masa-masa pertengahan hingga akhir pemerinyahan bani umayyah.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daulah
Umayyah berasal dari nama Umayyah yaitu kakek kedua dari Mu'awiyah. Pendiri dan
sekaligus sebagai Khalifah pertama Daulah Umayyah adalah Mu'awiyah bin Abi
Sufyan. Dialah yang pertama kali menukar sistem Khilafah menjadi Kerajaan yaitu
pengangkatan Kepala Negara dengan Ashabiyah atau Taurits. Peralihan jabatan
Khalifah dari Ali bin Abi Thalib ketangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan bukanlah
melalui musyawarah langsung sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah-khalifah
sebelumnya, akan tetapi melalui rentetan peristiwa yang banyak memakan korban
jiwa. Suksesi kepemimpinan kepada Yazid itu membuat banyak pertentangan,
sehinggga terjadilah pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan
terganggunya kestabilitasan negara. Peristiwa-peristiwa itu, dimulai pada tahap
terakhir pemerintahan Usman bin Affan yang dinilai oleh banyak pihak telah
menyimpang dari garis yang telah ditentukan oleh pendahulunya.dan inilah yang
membuat keterpurukan Daulah Umayyah dan pada akhirnya hancur ditangan
pemberontak. Namun walaupun demikian, banyak juga perkembanganperkembangan
intlektual yang terjadi pada masa Daulah ini. Seperti, mendirikan dinas pos dan
tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya
disepanjang jalan, menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.
3.2 SARAN :
Kita sebagai orang Islam harus menjadikan peradaban masa bani umayah sebagai
contoh bahwa begitu panjang kisah yang harus di lalui oleh para sahabat dan
tabi’in dalam menegakan agama islam di muka bumi ini
Dengan mengetahui sejarah tersebut hendaklah kita lebih mensyukuri bahwa
kita lahir sebagai orang islam dan sebisa mungkin memperdalam ilmu tentang
sejarah peradaban islam
DAFTAR PUSTAKA
Philip k. Hitti. 2002. History Of
The Arabs. Jakarta : Pt Serambi Ilmu Semesta http://www.academi.edu/9649851/sejarah_Dinasti_Umayyah_Di-Damaskus
diakses kamis 28 maret 2019 pukul 13.00
Taufik Rachman. 2018. Jurnal sejarah
peradaban islam .vol 2.hal 1.Universitas Negri Sumatra Utara
Comments
Post a Comment