Skip to main content

PROSES ISLAMISASI INDONESIA


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam agama, termasuk agama Islam untuk mempelajarinya harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal sebagai agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu Muhammad saw., sang pembawa risalah.
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watatk Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya.
Islam masuk ke Indonesia dan memengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia termasuk juga segi pemermntahan yakni dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam. Kerajaan kerajaan di Indonesia yang bercorak Islam secara geografis terletak di sepanjang pesisir pantai. Hal ini disebabkan karera terbentuknya kerajaan dimulai dan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai kota transit sehingga mata pencaharian masyarakatnya di sektor pertanian dan perdagangan atau disebut maritim.
Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa),  Banjar dan Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  masuknya agama Islam di Indonesia.


1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1        Bagaimana agama Islam masuk ke Indonesia?
1.2.2        Apa saja saluran-saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia?
1.2.3        Bagaimana penyebaran Islam di Indonesia?

1.3  Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan makalah sebagai berikut.
1.3.1        Mengetahui sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia.
1.3.2        Mengetahui saluran-saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia.
1.3.3        Mengetahui penyebaran Islam di Indonesia.











II.                PEMBAHASAN

2.1  Agama Islam
Kata “agama” dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata din dalam bahasa Arab dan Semit, atau dalam bahasa Eropa sama dengan religion  (Inggris), die religion (Jerman). Secara bahasa, perkataan “agama” berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Adapun kata din secara bahasa berarti menguasai, menunjukkan, patuh, balasan, atau kebiasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata agama berarti penghambaan diri kepada Tuhan. Penghambaan diri kepada Tuhan mempunyai makna tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Tuhan.
Sedangkan kata Islam menurut bahasa berasal dari kata “Aslama” yang berarti tunduk, patuh dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia. Ajaran Islam berisi ajaran-ajaran Allah SWT, yang di dalamnya diatur tentang bagaimana cara-cara manusia dalam berhubungan dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Pada dasarnya agama Islam mengajarkan tentang :
1.      Akidah atau keimanan yang intinya adalah tauhid (mengesakan Allah SWT).
2.      Syari’ah yang berisi aturan-aturan yang berkaitan dengan ibadah dan mu’amalah.
3.      Akhlak yang berkaitan dengan kepribadian seorang Muslim yang berperilaku baik dan mulia atau akhlak karimah.
Agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan agama yang terakhir untuk manusia, dan merupakan ajaran yang sempurna dan sesuai dengan tingkat perkembangan manusia sejak diturunkannya sampai hari kiamat.
           
2.2  Masuknya Islam ke Indonesia
Mengenai Islam datang di Indonesia, pendapat para ahli masih berbeda-beda. Sebagian ahli berpendapat bahwa Islam sudah ke Indonesia pada abad ke-7, sedangkan yang lain berpendapat Islam baru masuk ke Indonesia  pada abad ke-13 terutama di Samudra Pasai.
Mereka berpendapat masuknya Islam ke Indonesia  pada abad ke-7 sesuai dengan berita Cina dari zaman Dinasti Tang. Berita Cina itu menceritakan tentang rencana serangan orang Ta Shih terhadap Kerajaan Holing yang diperintah Ratu Sima (674 M). Sebutan Ta Shih itu ditafsirkan sebagai orang-orang Arab.
Sedangkan ahli yang berpendapat masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13, mendasarkan pada dugaan keruntuhan Dinasti Abbasiah oleh Hulagu (1258 M), berita Marco Polo (1292 M), berita Ibnu Batullah (abad ke 14 M), batu nisan pada makam Sultan Malikal Saleh (1297) dan penyebaran ajaran tasawuf (abad ke-13).
Setelah memperhatikan pendapat-pendapat tersebut, maka kedatangan Islam ke Indonesia masih belum bisa dipastikan. Namun pada abad ke-7 dipandang sebagai abad permulaan datangnya pedagang muslim ke Indonesia yang saat itu di bawah kekuasaan Sriwijaya. Sebaliknya abad ke-13 menunjukkan bahwa masyarakat Islam waktu itu sudah terbentuk, bahkan muncul kerajaan yang bercorak Islam yakni Samudra Pasai.
Demikian pula dengan negeri asal golongan masyarakat muslim yang membawa Islam ke Indonesia, pendapat sejumlah ahli pun berbeda. Berdasarkan berita Cina jelas bahwa Islam dibawa oleh orang-orang Arab.
Pendapat lain dikemukakan oleh S.Q Fatimi dalam bukunya “Islam Come to Malaysia”. Ia berpendapat bahwa Islam berasal dari Banggala. Sebaliknya, Snouk Hugronye dan ahli lain berpendapat bahwa Islam dibawa ke Indonesia oleh orang Gujarat (India). Jadi Islam tidak disebarkan langsung dari Arab, sebab hubungan Arab dengan Indonesia secara langsung baru dimulai pada abad ke-17.
Pendapat Snouck Hugronye itu diperkuat oleh penelitian J.P Moquette terhadap batu nisan Sultan Malik As Saleh yang ada di Samudra Pasai berangka tahun 1292 M, menunjukkan pembuatannya berasal dari satu pabrik di Cambai (Gujarat). Bukti yang lain ialah adanya kesamaan unsure-unsur Islam di Indonesia dan India, cerita-cerita tentang nabi dan pengikutnya yang tersebar di Indonesia berbeda dengan versi Arab tetapi berversi India.
Adapun tentang golongan masyarakat pembawa Islam ke Indonesia pada umumnya para ahli berpendapat  hamper sama yaitu kaum pedagang, mubaligh, dan tasawuf.
1.      Kaum pedagang
Berbeda dengan agama Hindu dan Buddha adalah adanya golongan pendeta dan Brahmana yang khusus melakukan kegiatan agama, dalam agama Islam hal itu tidak dijumpai. Dalam agama Islam semua muslim adalah da’i, oleh sebab itu pedagang daalam Islam adalah tokoh penyebar agama.
2.      Mubaligh
Selain pedagang ada pula mubaligh atau guru-guru agama yang pekerjaannya lebih khusus mengajarkan agama. Kedatangan mereka lebih mempercepat Islamisasi. Sebab kemudian mereka mendirikan pesantren yang mencetak kader-kader utama/guru-guru agama.
3.      Tasawuf
Golongan yang lain adalah penganut tasawuf yang kedatangannya diperkirakan pada abad ke-13.
Dari gambaran tersebut tampaknya hanya orang-orang asing saja yang penyebar agama Islam di Indonesia. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, sebab sejak Samudra Pasai dan Malaka menjadi pusat Kerajaan Islam ke daerah-daerah yang lain bahkan disaat hubungan Mekah dengan Indonesia semakin lancer (abad ke-17), banyak orang-orang Indonesia yang bermukim di Mekah. Disana mereka memperdalam agama Islam, sekembalinya ke tanah air mereka kemudian menyebarkan agama Islam kepada masyarakat.
Selain golongan pembawa ada pula golongan penerima Islam. Disini dikenal adanya dua golongan, yaitu golongan elit (raja-raja, bangsawan dan penguasa) dan golongan non elit (lapisan bawah). Selain sebagai penguasa politik, golongan elit juga mempunyai peranan dalam menentukan kebijakan perdagangan dan pelayaran. Bahkan banyak diantara mereka menjadi pemilik saham dan pemegang monopoli perdagangan dan pelayaran. Dengan sendirinya penerimaan Islam melalui golongan elit lebih mempercepat Islamisasi dibandingkan dengan lapisan bawah, sebab adanya kekuasaan dan pandangan karismatik dari rakyat terhadap raja/bangsawan menyebabkan mereka mengikuti jejak pemimpin mereka.
Terjadinya kekacauan politik di pusat-pusat kerajaan Hindu seperti Majapahit mempercepat proses Islamisasi. Hal ini disebabkan pada situasi disintegrasi politik di pusat kerajaan, banyak paara adipati pesisir berusaha melepaskan diri dan berhubungan dengan pedagang-pedaagang muslim.
Berdasarkan tradisi dan babad maka di berbagai daerah di Indonesia dikenal tokoh-tokoh pembawa dan penyebar agama Islam. Di Jawa dikenal dengan adanya Wali Sanga (wali Sembilan), yakni Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Gunungjati dan Maulana Malik Ibrahim.

2.3  Saluran-Saluran dan Cara-Cara Islamisasi
Tentang saluran Islamisasi ada beberapa jalan yakni melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisaasi lewat saluran perdagangan terjadi pada taraf awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan antara abad ke-7 sampai abad ke-16. Dengan ikut sertanya raja/bangsawan dalam kegiatan perdagangan dan disintegrasi politik di pusat kerajaan, maka Islamisasi lewat perdagangan berjalan semakin cepat.
Pada tingkat berikutnya, dengan  semakin banyak pedagang muslim yang datang ke Indonesia, maka terbentuklah  tempat-tempat pemukiman yang biasanya disebut Pekojan. Diantara mereka kemudian ada yang memegang peranan politik dan ekonomi, sehingga status sosialnya tinggi. Karena pedagang asing yang datang ke negeri lain biasanya tidak membawa istri, maka banyak diantaranya yang kemudian menikah dengan wanita pribumi. Melalui perkawinan itu lingkungan merekapun semakin meluas sehingga muncul perkampungan, daerah-daerah, dan kerajaan Islam. Islamisasi melalui saluran perkawinan ini pengaruhnya semakin besar jika salah satu pihak berasal dari kalangan bangsawan dan penguasa. Misalnya perkawinan antara Putri Campa dengan Prabu Brawijaya.
Ternyata pendidikan juga memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Guru-guru agama dengan pondok-pondok  pesantren berikut santri, merupakan lembaga agama Islam. Semakin terkenal kyai (guru agama) yang mengajar, semakin terkenal pula pesantrennya. Biasanya setelah keluar dari pesantren, murid-murid kemudian kembali ke daerahnya dan mendirikan pesantren atau menjadi ulama.
Pada masa pertumbuhan Islam dikenal Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel (Raden Rakhmat), juga pesantren Sunan Giri yang murid-muridnya kebanyakan datang dari Maluuku dan daerah-daerah lain. Bahkan raja-raja dan bangsawan biasanya juga mendatangkan kyai dan ulama sebagai guru atau penasehat agama, misalnya dalam sejarah Banten dikenal Kyai Dukuh atau Pangeran Kusunyatan sebagai guru dari Maulana Yusuf. Syekh Yusuf adalah penasehat agama Sultan Ageng Tirtayasa.
Tasawuf ternyata juga merupakan saluran penting dalam proses Islamisasi. Disini tasawuf berfungsi sebagai pembentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia, sebagai sifat spesifik tasawuf memudahkan penerimaan masyarakat yang bukan Islam terhadap lingkungannya. Dengan kata lain tasawuf Islam lebih mudah diterima khususnya bagi orang-orang yang mempunyai dasar-dasar ajaran ketuhanan. Gambaran tentang hal ini banyak dijumpai dalam babad dan hikayat dalam sejarah Banten. Beberapa tokoh tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan konsep pemikiran mistik Indonesia Hindu misalnya Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Lemah Abang, Sunan Panggung dan lain-lain.
Saluran Islamisasi yang lain ialah kesenian, baik seni bangunan, seni pahat (ukir), musik, sastra, dan sebagainya. Masuknya Islam leawat kesenian terlihat jelas dari buktri-bukti peninggalan sejarah. Misalnya masjid-masjid kuno dengan cirri yang spesifik, hiasan pada mihrab, ukir-ukiran, pintu gerbang, menara, makam , tradisi, sekaten, pertunjukan wayang, debus, tarian, dan sebagainya. Dari bukti-bukti itu sering kita jumpai adanya pengaruh anasir pra-Islam. Hal semacam itu kita jumpai pada seni sastra. Demikian banyak karya-karya sastra dalam masa peralihan yang kemudian ditulis kemvali dalam bahasa daerah setempat atau huruf Arab., sehingga mempercepat proses meluasnya pengaruh Islam.

2.4  Penyebaran Islam di Indonesia
Kedatangan Islam ke berbagai daerah di Indonesia ternyata tidak bersamaan. Faktor komunikasi, situasi dan kondisi politik, dan latar belakang sosial budaya masyarakat setempat ikut menentukan proses Islamisasi di daerah-daerah di Indonesia. Berita Cina dan berita orang Arab memberikan bukti bahwa sejak abad ke-7 atau ke-8 perdagangan antara orang Arab, India, Persia, Indonesia, dan Cina sudah ramai. Menurut Rita ar. Di Meglio perkampungan-perkampungan pedagang Arab sebelum abad ke-9 dan abad ke-11 M baru terdapat di Kalah, Takuapa, Qaquallah dan Lambri (Aceh). Dengan demikian pada masa kekuasaan Sriwijaya pedagang-pedagang muslim telah berlalu lalang di selat Malaka dalam pelayarannya ke negeri Asia Tenggara dan Asia Timur.
Sejalan dengan kemunduran kerajaan Sriwijaya pada abad ke-13, maka pedagang-pedagang muslim berkesempatan selain mendapat keuntungan dagang juga mendapat pengaruh politi, disana mereka menjadi pendukung terbentuknya Samudera Pasai yang bercorak Islam. Dari Samudra Pasai, Islam kemudian berkembang ke arah Malaka. Diperkirakan pada abad ke-14 diperkirakan sudah timbul masyarakat muslim. Dengan semakin meluasnya perkembang masyarakat muslim di Malaka, maka terbentuklah kekuasaan politik yakni kerajaan Malaka pada awal abad ke-15. Situasi politik pada saat itu memungkinkan kerajaan bercorak Islam itu berkembang. Sebab bersamaan dengan tumbuhnya Malaka, maka peranan politik Majapahit waktu itu sudah menurun.
Yang jelas pada awal mulanya, Islam berkembang di daerah pesisir. Dalam Summa Oriental-nya, Tom Pires menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 daerah-daerah di pesisir Sumatera Utara dan Timur Selat Malaka yaitu Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan Islam. Sedang di daerah-daerah pedalaman pada umumnya masih menganut paham lama. Adapun proses Islamisasi ke daerah pedalaman Aceh dan Sumatera Barat, baru terjadi pada Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke-16 sampai 17 M.
Penyebaran Islam di Jawa diduga berasal dari Malaka. Namun kapan hal itu berlangsung belum dapat diketahui dengan pasti. Bukti tertua tentang Islam di Jawa adalah batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 1082 M, tetapi bukan berarti bahwa Islam waktu itu telah meluas ke Jawa Timur. Adanya masyarakat muslim di Jawa Timur, diperkirakan baru terbentuk padaa masa puncak kerajaan Majapahit.
Disaat Majapahit mengalami masa suram, yakni pada awal abad ke-15 muncul kota Tuban dan Gresik sebagai pusat penyebaran Islam yang berpengaruh luas hingga ke Maluku. Kota pusat penyebaran Islam di Jawa yang lain adalah Demak. Dari pemberitaan penulis Italia Anatonia Pigafetta, dapat dipastikan pada awak abad ke-16 peranan politik di Jawa telah berada di tangan Demak. Namun runtuhnya Majapahit yang berpusat di Daha pada tahun 1526, bukan berarti daerah Jawa Timur telah dikuasai Islam, sebab kerajaan kecil seperti Pasuruan, Panarukan, dan Blambangan masih bertahan dengan tradisi lama. Pasuruan baru tunduk pada tahun 1546 setelah ekspansi Sultan Trenggana dari Demak. Sedangkan Blambangan masih bertahan sampai zaman Mataram (abad ke-17) yakni masa pemerintahan Sultan Agung dan Amangkurat.
Dari Demak, kemudian Islam meluas ke daerah pesisir utara Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari tujuan politik maupun ekonomi. Sebab pelabuhan-pelabuhan Sunda seperti Cirbon, Kalapa, dan Banten amat potensial bagi ekspor hasil bumi terutma lada. Secara politis penguasaan Demak juga sebagai satu langkah menghadapi Portugis yang waktu itu telah mengikat perjanjian dengan Kerajaan Hindu Padjajaran (perjanjian 21 Agustus 1522). Oleh sebab itu, Demak segera mengirimkan ekspedisi militer di bawah pimpinan Falatehan untuk merebut bandar-bandar Sunda tersebut. Meskipun baandar-baandarnya telah jatuh, namun daerah pedalaman masih bertahan. Pusat kerjaan Padjajaran baru menyerah pada sekitar 1579-1580 akibat serangan-serangan tentara Islam dari Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf.
Dalam hal ini, J.V Van Leur meihat bahwa proses islamisasi di Jawa menjadi alat politik. Hal ini akan terlihat jika dikaitkan dengan adanya pertentangan antar kota Bandar yang maritim dengan pusat kerajaan pedalaman yang agraris, usaha melepaskan diri dari penguasaan pesisir untuk memperoleh otonomi politik dan ekonomi dan intrik-intrik di kalangan istana pada masa Majapahit. Tetapi yang jelas perkembangan Islam bersifat kompleks, menyangkut berbagai aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Adapun penyebaran Islam ke daerah Maluku, hal itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan dagang yang terbentang antar Malaka dan Jawa serta Maluku. Islam diperkirakan sudah masuk kesana abad ke-13. Menurut tradisi penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Husyain pada masa pemerintahan Marhum di Ternate. Sedangkan hikayat tanah Hitu menyebutkan bahwa raja pertama yang dianggap benar-benar memeluk agama Islam adalah Zaenal Abidin (1486-1500). Konon ia belajar agama Islam di pesantren Giri.
Di lain pihak Tome Piress maupun Antonio Gallao berpendapat bahwa hubungan dagang antara Maluku-Jawa dan Malaka merupakan saluran islamisasi. Pada saat itu kapal-kapal dagang Gresik milik Pate Cusuf datang dan singgah di Ternate. Raja Ternate yang memeluk Islam menurut mereka bernama Bern Acorala, yang waktu itu sedang berperang melawan mertuanya, yaitu Raja Almancor dari Tidore. Diperkirakan bahwa raja Maluku sudah memeluk agama Islam pada sekitar 1460-1465. Dengan sendirirnya dapat diduga bahwa di daerah sekitarnya seperti Banda, Hitu, Haruku, Makyam dan Bacan sudah terdapat masyarakat muslim.
Berbeda dengan situasi politik di Jawa, islamisasi di Jawa tidak menghadapi situasi kerajaan yang sedang mengalami perpecahan. Dalam kenyataannya Islam berkembang di Maluku melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan. Sebalinya proses islamisasi diwarnai oleh persaingan di antar raja-raja muslim., seperti Ternate dan Tidore. Selain itu juga di tengah persaingan politik dan monopoli perdagangan bangsa Barat seperti Portugis, Spanyol, Belanda, serta Inggris, agaknya perluasan Kerajaan Islam Maluku terjadi pada masa pemerintahan Sultan Khairun, dari Maluku Islam tersebar ke Irian dan sekitarnya.
Penyebaran di daerah Kalimantan Selatan dapat diketahui dari hikayat Banjar. Proses Islamisasi disini diwarnai oleh perpecahan dikalangan istana, yakni antar Pangeran Tumenggung dan Raden Samudra. Pangeran Tumenggung adalah Raja atas Neghara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang bercorak Indonesia-Hindu yang letaknya kura-kira daerah Amuntai sekarang. Dalam peperangan antara kerajaan Banjar dan negara Daha, Raden Samudra meminta bantuan Demak dengan perjanjian bersedia masuk Islam. Atas bantuan Demak maka negara Daha dapat dikalahkan dan sejak saat itu pula Kerajaan Banjar yang bercorak Islam berkembang. Raden Samudra kemudian bergelar Sultan Suryanullah. A.A Cense berpendapat bahwa proses Islamisasi di daerah Banjarmasin berlangsung kira-kita tahun 1550 sedangkan Islamisiasi di Kalimantan Timur, hikayat Kutai menceritakan prosesnya berlangsung damai. Sebelum kedatangan Islam, kerajaan Kutai bercorak Indonesia-Hindu, sedangkan di daerah pedalaman rakyatnya menganut animisme dan dinamisme. Dikatakan bahwa pembawa Islam di Kutai adalah Tuan Dibanding dan Tuan Tunggangparangan, yaitu pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Akhirnya Raja Mahkota masuk Islam karena merasa kalah dalam kesaktiannya. Diperkirakan proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya terjadi pada masa putra Raja Mahkota, yakni Aji Dilanggar.
Sulawesi Selatan sebenarnya sejak abad ke-15 sudah didatangi pedagang muslim, baik dari Malaka, Jawa dan Sumatera. Tetapi pada awal abad ke-16, menurut Tome Pires ada sekitar 50 kerajaan yang masih menyembah berhala, diantaranya yang terkenal yakni Kerajaan Gowa Talo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu.
Dalam hikayat Gowa Talo dan Wajo, diketahui bahwa penyebaran Islam di daerah kerajaan Gowa berjalan damai. Pembawa Islam bernama Datok ri Baandang dan Datok Suleman. Secaara resmi raja Gowa dan Talo telah memeluk Islam pada tanggal 22 September 1605. Selanjutnya kerajaan Islam Gowa menundukkan Soppeng, Wajo dan Bone. Akhirnya mereka secara resmi masuk Islam. Wajo 10 Mei 1610 dan Bone pada tanggal 23 November 1611.
Pada umumnya proses Islamisasi di Indonesia berlangsung damai, namun adakalanya terjadi penaklukan militer. Hal itu bukan semata-mata masalah agama, namun didorong oleh ambisi politik dan kepentingan ekonomi. Dilain pihak, Islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan politik untuk menghadapi lawan yaang mengancam kehidupan politik dan ekonominya.


DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i Imam, dkk. 2012. Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali.
Maskun. 2017. Sejarah Indonesia Sampai Abad ke XV. Bandar Lampung.









Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1   LATAR BELAKANG Program terencana Dinasti Umayyah yang paling direncanakan adalah invasi ke Timur dan ke Barat. Semasa Pemerintahan Khalifah Al- Walid, penyusunan strategi penakhlukan ke Barat dirancang dengan serius. Namun, pasukan perang   islam lebih dulu menundukkan wilayah Afrika Utara yang pada masa itu telah dikuasai oleh Romawi. Masuknya pengaruh Romawi ke Afrika di mulai dari ekspedisi ke Mesr yang dipimpin Julius Caesar. Saat itu Mesir di bawah kepemimpinan Dinasti Ptolomeus. Cleopatra VII menjadi permaisuri dan menjaid istri dari adik kandungnya sendiri. Kekauatan muslim semakin kuat dan berhasil mengalahkan kekuasaan Romawi di Afrika yang telah lama dikuasai ole orang- orang Eropa tersebut. Kemenangan itu member i dorongan yang sangat kuat kepada tentara muslim untuk   memperluas pengaruh islam dengan   mengincar daerah Spanyol. Pasukan tentara Dinasti umayyah yang melakukan penyerangan ke Spanyol berasal dari b...

KOLONIALISME BELGIA DI AFRIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Afrika adalah benua terbesar   di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika.  Se telah penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika. Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai potensi  komersial Dari sinilah dimulai lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat. Yakni salah satunya Kolonial belgia pada waktu sebelum Perang Dunia I ...

Makalah Masalah Atau Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut. Dengan begitu diharapkan masal...