I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jazirah
Arab terletak di bagian barat daya Benua Asia. Daratan ini dikelilingi koleh
laut dikedua sisinya, yaitu Laut Merah, Lautan Hindia, Laut Arab, Teluk Oman,
dan Persia. Meskipun tanah Arab ini lebih tepat disebut semenanjung. Istilah orang-orang Arab, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, dalam pengertiannya yang luas meliputi semua penduduk di
Semenajung Arab. Dalam pengertian sempit, kata itu merujuk pada orang-orang Arab
Utara, yang tidak menonjol dalm pencaturan internasional hingga munculnya
kekuatan Islam. Bangsa Arab sebelum Islam tidak hanya mendiami Jazirah Arab,
namun menyebar di daerah-daerah jazirah Arab. jazirah Arab terbagi dalam dua
bagian besar, yaitu bagian tengah (pedalaman), dan pesisir, di sana tidak ada
sungai yang mengalir tetap, yang hanya ada lembah-lembah yang berair dimusim
hujan.
Secara
umum, sejarah Arab terbagi ke dalam tiga periode utama. Pertama periode
Saba-Himyar, yang berakhir pada awal abad keenam Masehi. Kedua periode Jahiliyah,yang
dalam satu segi dimulai dari “penciptaan Adam” hingga kedatangan Muhammad,
tetapi lebih khusus lagi-seperti dalam makalah ini meliputi kurun satu abad
menjelang kelahiran Islam. Ketiga, periode Islam, sejak kelahiran Islam hingga
masa sekarang. Istilah Jahiliyah, yang biasa diartikan sebagai “masa kebodohan”
atau “kehidupan bar-bar” atau “kehidupan Pra-Islam”, sebenarnya berarti bahwa
ketika itu orang-orang Arab tidak memilki otoritas hukum, nabi, dan kitab suci.
Pengertian ini dipilih karena kita tidak bias mengatakan masyarakat yang
berbudaya dan mampu baca tulis seperti masyarakat Arab Selatan disebut sebagai
masyarakat bodoh dan barbar. Salah satu fenomena social yang menggejala di Arab
menjelang kelahiran Islam adalah apa yang dikenal dengan sebutan “hari-hari
orang Arab”. Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan keadaan semenanjung
Arab Pra islam yang meliputi keadaan geografis, sosial, ekonomi, kebudayaan dan
kepercayaannya.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah kondisi semenanjung Arab Pra Islam?
1.2.2 Apasajakah jenis-jenis Bangsa Arab Pra Islam?
1.2.3 Bagaimanakah kehidupan sosial Bangsa Arab Pra
Islam?
1.2.4 Bagaimanakah kehidupan ekonomi Bangsa Arab Pra
Islam?
1.2.5 Bagaimanakah kehidupan kebudayaan Bangsa Arab Pra
Islam?
1.2.6 Bagaimanakah kepercayaan
Bangsa Arab Pra Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas,
tujuan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui kondisi semenanjung Arab Pra Islam.
1.3.2 Mengatahui jenis-jenis Bangsa Arab Pra Islam.
1.3.3 Mengatahui kehidupan sosial Bangsa Arab Pra Islam.
1.3.4 Memahami kehidupan ekonomi Bangsa Arab Pra Islam.
1.3.5 Memahami kehidupan kebudayaan Bangsa Arab Pra
Islam.
1.3.5 Memahami kepercayaan
Bangsa Arab Pra Islam.
II. PEMBAHASAN
2.1
Kondisi Semenanjung Arab Pra Islam
Istilah Arab digunakan untuk
menyebut daerah padang pasir ”jazirah arab”. Sedangkan secara etnis ia
digunakan untuk menyebut penduduk yang tinggal di Timur tengah dan Afrlka
Utara. Semenanjung Arab merupakan semenanjung barat daya Asia, sebuah
semenanjung terbesar dalam peta dunia. Wilayah Semenanjung Arab luasnya
1.745.900 km2, dihuni sekitar empat belas juta jiwa. Arab Saudi
dengan luas daratan sekitar 1.014.900 km2, berpenduduk sekitar tujuh
juta jiwa; Yaman lima juta jiwa; dan Selebihnya tinggal di Kuwait, Qatar,
Emirat Arab, Oman, Masqat dan Aden. Menurut para ahli geologi bahwa wilayah
semenanjung Arab pada awalnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dataran Sahara (sekarang dipisahkan oleh Lembah Nil dan Laut Merah) dan kawasan
berpasir yang menyambungkan Asia melalui Persia bagian tengah ke Gurun Gobi.
Ahli geografi Arab membagi wilayah
Arab menjadi 5 bagian jika ditinjau dari keadaan tanahnya, yaitu:
1. Tihamah, yaitu dataran rendah yang terbentang lurus di sepanjang
pantai laut merah, dari Yanbu' sampai Najran di Yaman. Disebut Tihamah karena
panas dan kelembabannya sangat tinggi. Tihamah juga disebut dengan Ghawr karena tanahnya yang rendah jika
dibandingkan dengan kondisi tanah di Najd.
2. Hijaz, yaitu daerah yang terletak di sebelah utara Yaman dan
sebelah timur Tihamah. Hijaz terdiri dari beberapa lembah yang menembusjajaran
pegunungan Saraat yang membentang dari Syria sampai Najran di Yaman. Disebut
Hijaz karena memisahkan Tihamah dengan Najd. Hijaz mempunyai dua kota suci
yaitu Mekkah dan Madinah.
3. Najd, yaitu daerah yang membentang antara Yaman di sebelah selatan
dan padang pasir Syria di sebelah utara dan antara AIArud dengan perbatasan
Irak di sebelah timur. Dinamakan Najd karena ketinggian tanahnya.
4. Yaman, membentang dari Najd sampai laut Hindia di sebelah selatan
dan sampai laut Merah di sebelah barat. Daerah Yaman menghubungkan Hadramaut,
Shibr dengan Oman di sebeiah timur.
5. Al-arud, terdiri dari Yaman dan Bahrein. Disebut Al-Arud karena
terletak melintang Yaman , Najd dan Irak.
Dari sisi kondisi cuaca,
Semenanjung Arab merupakan salah satu wilayah terkerlng dan terpanas. Meskipun
diapit oleh lautan di sebeiah barat dan timur, laut tersebut terlalu kecil
untuk dapat mempengaruhi cuaca Afro-Asia yang jarang turun hujan. Lautan di
sebelah selatan memang membawa partikel air hujan, tetapi badai gurun (samum)
musiman menyapu wilayah tersebut dan hanya menyisakan sedikit kelembaban di
wilayah daratan. Angin n'mur (al-shaba) yang sejuk dan menyegarkan menjadi tema
yang sangat disukai oleh para penyair Arab.
Di Hijaz, tempat kelahiran Islam,
musim kering yang berlangsung selama tiga tahun atau lebih merupakan hal yang
lumrah. Hujan badai yang singkat dan banjir yang cukup besar terkadang menimpa
Mekkah dan Madinah serta beberapa kali hampir meruntuhkan bangunan Ka'bah.
Setelah turun hujan, tanaman gurun untuk makanan ternah tumbuh subur. Di
sebelah utara Hijaz, oasis terpencil yang paling besar luasnya sekitar 17 km2
merupakan sumber pendukung kehidupan satu-satunya.
Bangsa Arab asli yaitu kaum Baidah
Kaum Baidah hidup sebagai pengembara. Hidup mengembara di atas padang pasir
berarti suatu penyesuaian hidup dalam keadaan alam yang serba sulit. Hidup kaum
Baidah masih seperti hidup nenek moyangnya yaitu tinggal di dalam kemah yang
dibuat dari bulu kambing atau unta, sedang domba dan kambingnya masih
digembalakan di atas padang rumput. Pekerjaan yang biasa dikerjakan seorang
laki-laki Baidah ialah beternak domba dan unta serta kadang-kadangjuga kuda,
berburu dan keluar mencari nafkah. Sedangkan kaum perempuan Baidah bercocok
tanam dan mengerjakan segala ragam perdagangan dan kerajinan. Tidak banyak yang
dapat diusahakan dan gandum sangat sedikit. Roti adalah suatu kemewahan bagi
orang Arab Baidah. Jenis pohon kayu hanya beberapa saja seperti pohon kurma dan
pohon kopi di sebelah selatan yang menghasilkan kopi Arab yang termasyur.
Selain itu juga ada kebun anggur dan pada wahah-wahah didapati banyak
buahbuahan seperti buah bedam dan semangka.
Keadaan alam berupa padang pasir,
hawanya kering dan tanahnya mengandung garam. Tidak didapati satu sungai pun
yang terus menerus mengalir dan dapat diarungi. Sebagai ganti sungai-sungai
adalah wadi-wadi yang hanya mengandung air pada musim hujan. Manfaat dari wadi
selain sebagai sumber air adalah sebagai jalan untuk kafilah-kafilah dan
orang-orang yang pergi haji ke Mekkah. Kaum Baidah, unta,dan kurma adalah
pemegang kekuasaan yang tertinggi di atas padang pasir Arab. Bersama dengan
lautan pasir, mereka merupakan pelaku besar dalam drama padang pasir. Sifat
yang tidak mengenal putus asa dan tahan ujilah yang membuat orang Baidah untuk
dapat bertahan. Sifat individualis sangat tebal sehingga rasa penghormatan atas
hak milik keluarganya sangat besar. Disiplin serta ketaatan atas perintah dan
kekuasaan bukanlah termasuk soal yang dijunjung tinggi oleh kaum Baidah.
Pakaian orang Baidah juga sangat sederhana. Pakaian terdiri dari satu kemeja
panjang dengan sehelai kain yang dipakai pengikat pinggang. Di samping itu juga
baju jubah yang sangat longgar. Kepala ditutup dengan semacam ikat kepala yang
kemudian diikat dengan seutas tali. Orang baidah jarang mengenakan celana
panjang dan sepatu.
Di antara binatang-binatang yang di
Arab, ada dua macam binatang yang diutamakan, yaitu unta dan kuda. Bagi kaum
Baidah, unta adalah binatang yang memberi bekal sehari-hari, alat pengangkutan
dan alat tukar menukar. Jumlah mas kawin, besarnya denda atas pembunuhan,
keuntungan main judi, kekayaan seorang penghulu (Syeikh) dinyatakan dengan
nilai unta. Berbeda dengan unta, kuda adalah suatu benda luks karena makanan
dan pemeliharaannya sangat memberikan kesulitas bagi pemiliknya. Bago orang
Arab, iya manfaat yang utama dari kuda adalah dapat bergerak dengan cepat dari
satu tempat ke tempat lainnya.
Seorang Arab pada umumnya dan
seorang Baidah pada khususnya adalah seorang demokrat tulen yang dibawanya
sejak lahir. Dalam pergaulan sama kedudukannya dengan seorang Syeikh yang
menjadikan orang samarata. Gelar Malik atau raja hampir tidak dipakai oleh
orang Arab. Disamping menjadi seorang demokrat, seorang Arab juga menjadi
seorang aristokrat. Kemurnian daerahnya, kefasihan lidahnya dan jiwa sastranya,
pedang dan kudanya, keturunan yang mulia menjadi alasan kebanggaan hati yang tidak
terhingga dari orang Arab. Orang Arab gemar silsilah-silsilah yang ajaib dan
sering dibuatnya silsilah yang terus sampai kepada nabi Adam.
Kedudukan seorang wanita Baidah
mempunyai kebebasan yang sangat terbatas atau dipingit. Wanita Baidah hidup dalam
keluarga yang berdasar poligamy. Wanita Baidah tunduk kepada tradisi
perkawinan, yaitu suamilah yang berkuasa. Meskipun memiliki kebebasan yang
terbatas, akan tetapi wanita Baidah masih mempunyai kebebasan untuk memilih
suami sendiri atau meninggalkannya jika ia tidak diperlakukan sebagaimana
layaknya seorang istri.
2.2
Jenis-Jenis Bangsa Arab
Para
pakar sejarah membagi kaum arab menjadi tiga, yaitu;
a. Arab Bai'dah, yaitu bangsa arab yang
sejarahnya tidak pernah diketahui secara detail. Misalnya kaum Ad, Tsamud,
Thasm, Hadramaut dan sebagainya.
b. Arab 'Aribah, yaitu bangsa arab
keturunan Yasyjub bln Ya'rub bin Qahthan. Kebanyakan dari mereka tinggal di
Yaman. Adapun dua kabilah yang sangat terkenal dari 'Aribah adalah Himyar dan
Kahlan.
c. Arab Musta'rabah, yaitu arab
keturunan nabi lbrahim as.
Menurut Muhammad Hussein Haikal
dalam Hayatu Muhammad, yang dimaksud
Arab Musta'rabah, yaitu orang-orang Arab yang mempunyai garis hubungan dengan
Arab AI-Ariba keturunan Ya'rub bin Qathan dari Yaman. Sedangkan lbu Ismail
berasal dari Mesir dan lbrahim berasal dari Irak dan berpetualang ke Palestina.
lbrahim diperintahkan Allah Swt. untuk membangun Ka'bah di Mekkah. Ritual haji
yang dilakukan oleh umat Islam pada hakikatnya merupakan warisan Ibrahim.
Pasca Ibrahim, Mekkah dikuasai oleh
kabilah Jurhum. Mereka adalah kabilah yang datang dari Yaman. Mereka dikabarkan
terlibat dalam persengketaan diantara kabilah, yang menyebabkan diantara mereka
harus mencari tempat perlindungan. Tentu hal tersebut tidak mudah karena Yaman
sudah terlebih dahulu sebagai kota yang makmur dan merupakan salah satu pusat
perdagangan di wilayah Arab. Mereka akhirnya melancong dan tiba di sebuah
tempat yang kemudian dikenal sebagai Mekkah.
Pada
suatu hari burung-burung mendekati pusat air yang ditemukan oleh Hajar dan
Ismail. Mereka terkejut dengan apa yang dilihatnya sehingga mereka mendatangi
Hajar dan meminta agar hidup bersama Hajar dengan kesepakatan bahwa sumber air
tetap milik Hajar dan putranya. Hajar menyepakati proposal yang diajukan
kabilah Jurhum sampai akhirnya Ismail tumbuh besar. Dalam sejarah disebutkan
bahwa Ismail pada akhirnya mempersunting istri dari klan Jurhum. Dari keturunan
Ismail inilah lalu dikenal sebagai orang-orang Arab Musta'rabah. Agar lebih
mudahnya untuk memahami jenis-jenis bangsa Arab maka akan disajikan secara
terperinci sebagai berikut:
2.1.1. Bangsa Arab Yang Telah Punah
Bangsa Arab yang telah punah yaitu
satu jenis bangsa Arab yang telah dimusnahkan oleh Tuhan dari permukaan bumi
dan tidak mempunyai keturunan lagi, antara lain:
a.
Kaum Aad
Kaum Aad bertempat tinggal di
Al-Ahgaf (daerah Yaman) dan telah mempunyai kerajaan yang besar. Hal ini
ditunjukkan dengan wilayah kekuasaannya yang sampai Syam dan Irak. Kaum Aad
tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi menyembah berhala sehingga
diutuslah nabi Hud untuk memberikan peringatan kepada kaum Aad. Diantara kaum
Aad ada yang mengikuti seruan nabi Hud dan ada yang tidak. Bagi kaum Aad yang
tidak mengikuti seruan nabi Hud sebagaimana tercantum dalam surat Hud. yaitu
”Sama saja buat kami, engkau beri kami peringatan atau tidak", maka mereka
dibinasakan oleh Tuhan dengan menurunkan angin dingin yang sangat deras. Kaum
Aad yang dibinasakan Tuhan tersebut dinamakan Aad al Ula (Aad Pertama).
Sedangkan nabi Hud dan kaum Aad yang mau mengikuti seruan nabi Hud diselamatkan
dari bencana dan kaum ini dinamakan Aad at-Tsaniah (Aad kedua).
Kaum Aad yang selamat kemudian
hijrah ke Hadramaut dan ada yang tetap tinggal di Yaman tetapi akhirnya melebur
dengan Bani Qathan yang berpindah ke Yaman dari Mesopotamia. Bekas-bekas
peninggalan kaum Aad yang sekarang terpendam di bawah pasir Sahara Al-Ahqaf
menunjukkan tingginya taraf kebudayaan yang telah mereka capai diantaranya
bekas Kota Irama Zati'il Imad. Di Hadramaut yaitu di sebuah kota yang bernama
Qabni Hud! terdapat makam nabi Hud.
b.Kaum
Tsamut:
Kaum Tsamut mendiami daerah AI-Hijr
dan Wadii Qura (antara Hijaz dan Syam). Kaum Tsmaut memiliki kekayaan yang
terdiri dari binatang ternak dan tanam-tanaman. Rumah-rumah mereka tidak
seperti kebiasaan rumah kita, tetapi rumah kaum Tsmaut dipahat dari gunung-gunung
batu. Gunung-gunung batu tersebut dibentuk kaum Tsamud menjadi istana, rumah,
dan kuburan para petinggi kaum. Pahatan ukiran dan ornamennya sangat halus dan
indah serta menakjubkan. Dikisahkan dalam Al-Qur'an bahwa kaum Tsamud memiliki
keahlian arsitektur luar biasa. Nabi Shaleh, nabi kelima dari 25 nabi dan rasul
yang tertulis, diutus Allah Swt., mengajak mereka untuk bertauhid. Namun, kaum
Tsamud tidak menerima Nabi Shaleh begitu saja. Mereka minta ditunjukkan satu
mukjizat sebagai bukti bahwa Shaleh adalah utusan Allah. Di luar batas
kewajaran manusia, mereka minta seekor unta betina keluar dari celah bebatuan.
Nabi Shaleh berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa. Doanya dikabulkan, dan
keluarlah seekor unta betina dari celah bebatuan. Nabi Shaleh lalu berpesan
kepada umatnya, jangan sampai menyakiti unta tersebut, apalagi membunuhnya.
Azab Allah akan menyapu bersih, kalau sampai unta tersebut dibunuh. Kaum Tsamud
akhirnya sepakat menjadi umat Nabi Shaleh.
Seiring perjalanan waktu, salah
seorang umatnya kemudian mengingkari dan membunuh unta tersebut. Menurut
riwayat, konon sang pembunuh adalah utusan bersama para petinggi kaum yang
diiming-imingi hadiah seorang wanita cantik. Nabi Shaleh marah luar biasa. Ia
tahu, azab Allah tidak lama lagi akan datang dan membumi hanguskan kaumnya.
Karena, ”mukjizat unta” hanyalah simbol kepatuhan kaum Tsamud kepada Allah.
Setelah kejadian tersebut, kaum Tsamud masih menantang Nabi Shaleh, karena
ternyata azab tidak kunjung datang melanda mereka. Maka, tidak lama berselang,
murka Allah pun datang. Angin puting beliung dengan suhu udara yang sangat
dingin menyelimuti hari-hari kaum Tsamud, diiringi gempa dahsyat. Akhirnya,
kaum Tsamud tenggelam ditelan bumi. Yang tertinggal hanya beberapa rumah dan
istana gunung batu sebagai hasil karya besar mereka.
2.2.2. Bani Qathan
Bani Qathan adalah keturunan Ya'rup
Ibnu Qathan. Kaum ini berasal dari Mesopotamia dan kemudian pindah ke Yaman. Di
negeri Yaman telah berdiam kaum Aad kedua sehingga terjadilah peperangan
diantara mereka. Di dalam peperangan tersebut, Bani Qathan memperoleh
kemenangan sehingga kaum Aad kedua tunduk pada Bani Qathan. Bani Qathan
kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan, antara lain:
a.
Kerajaan Sabalah
Didirikan oleh Saba yang juga
merupakan raja pertama dari kerajaan Sabaiah. Raja Saba mendirikan sebuah kota
sebagai pusat pemerintahan yang bernama Ma'rib. Di dekat Kota Ma'rib didirikan
sebuah bendungan untuk membendung air hujan yang turun selama tiga bulan tiap
tahun. Bendungan tersebut mempunyai pintu-pintu yang boleh dibuka dan ditutup
sesuai keperluan dan airnya dialirkan ke kanaI-kanal. Dengan pengairan yang
teratur, Yaman menjadi negeri yang subur. Bendungan air yang didirikan oleh
raja Saba dinamakan Saddu Ma'rib.
Setelah raja Saba wafat digantikan
oleh raja-raja dari keturunannya, di antaranya adalah ratu Balqis yang hidup
pada zaman nabi Sulaiman. Dalam perkembangannya rakyat Kerajaan Sabaiah hidup
dalam kemewahan dan berpaling dari ajaran Tuhan sehingga Tuhan membinasakan
mereka dengan mendatangkan air bah yang sangat dahsyat. Rakyat kerajaan Sabaiah
alpa dalam menjaga dan memperbaiki Saddu Ma'rib sehingga bendungan air yang
besar akhirnya runtuh oleh air bah. Kota Ma'rib hancur dan penduduknya yang
masih selamat berpindah ke beberapa tempat di seluruh semenanjung Arab. Menrut
Gedillot, rubuhnya Saddu Ma'rib terjadi pada 120 M. Keruntuhan Saddu Ma'rib
dapat dibaca dalam surat Saba ayat 15-17.
b.
Kerajaan Himyariyah
Kerajaan Himyariyyah didirikan
setelah runtuhnya kerajaan Sabaiah oleh suku Himayar yaitu satu cabang dari
kaum Saba yang berpusat di San'a. Raja terkhir dari kerajaan Himyariyyah adalah
Yusuf Zu Nuas. Yusuf Zu Nuas menganut agama Yahudi. Pada 534 M, Yusuf Zu Nuas
memaksa menyeru kepada penduduk Ur agar menyembah Allah, tetapi penduduk Ur
tidak mau mengikuti seruan itu. Bahkan lbrahim dibakar hidup-hidup, tetapi
Tuhan menyelamatkan lbrahim. Pada akhirnya Ibrahim meninggalkan Kota Ur dan
pindah ke Palestina. Pada waktu di Palestina terjadi kelaparan maka Ibrahim dan
Sarah pergi ke Mesir. Di Mesir, Sarah diberi hadiah oleh Firaun, yaitu Siti
Hajar. Seteiah sampai ke Palestina, Siti Hajar diberikan Sarah kepada Ibrahim
untuk dinikahi agar memperoleh keturunan.
Dengan Siti Hajar, nabi Ibrahim
memperoleh putra yang diberi nama Ismail. Atas suruhan Sarah, Siti Hajar dan
Ismail diantarkan ke Hejaz dan didiamkan di wadi Mekkah. Pada waktu itu Ismail
masih menyusu dan wadi belum didiami manusia. lbrahim kembali ke Palestina dan
meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di Mekkah. cerita siti hajar.
Hiduplah Ismail bersama kabilah
Jurhurn dan dipelajarinya bahasa mereka. Ismail kemudian juga menikah dengan
wanitg dari kabilah Jurhum. Ismail kemudian diutus menjadi nabi kepada penduduk
Hejaz. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim untuk membangun Ka'bah di Mekkah.
Setelah pekerjaan membangun Ka'bah
selesai, Ibrahim memberitahukan kepada penduduk Hejaz bahwa dirinya dan lsmai|
telah mendirikan Baitullah untuk beribadah kepada Tuhan. Ibrahim kemudian
berdoa agar Mekkah dijadikan suatu negeri yang aman dan penduduknya diberi
rizki. lbrahim dalam doanya juga meminta agar manusia berdatangan ke Mekkah
dari segala penjuru dunia untuk melakukan ibadah serta agar dari keturunan
Ibrahim dan Ismail diutus seorang Rasul yang akan mengajarkan AI-Kitab. Doa
lbrahim telah dikabulkan Allah dengan mengutus nabi Muhammad saw. dan
mensyariatkan haji ke Baitullah. Nabi Ismail mempunyai putra sebanyak 12 orang
yang masing-masing mempunyai keturunan. Dalam perkembangannya keturunan dari
[Ismail menjadi pupus, kecuali hanya keturunan Adnanlah yang tetap lestari
sehingga Bani Ismail juga dinamakan Bani Adnan.
2.3 Kehidupan Sosial Bangsa Arab Pra Islam
Secara sepintas, Arab pra-lslam
merupakan lokus masyarakat yang mempunyai kebudayaan dan dapat membangun relasi
antar manusia yang relatif dinamis. Hal ini juga ditunjukkan dari sikap
orang-orang Arab pra-Islam pada umumnya dan Mekkah pada khususnya yang ramah
dalam menerima tamu. Para tamu diperlakukan dengan sangat baik. Ajaran tentang
ramah tamah (hospitality) telah
memberikan inspirasi kepada para tamu yang datang bahwa kekudusan Mekkah juga
disempurnakan dengan keramahan penduduknya, khususnya kabilah Quraysh.
Pemandangan seperti itu masih membekas bahkan menjadi salah satu keitimewaan
warga Arab khususnya yang tinggal di sekitar Mekkah karena mereka sadar bahwa
sebagai tempat yang menyimpan sejarah bagi peradaban manusia, Mekkah harus
memberikan contoh terbaik untuk membangun solidaritas sosiaI. Hidup di tengah
kemajemukan adalah adanya kehangatan persahabatan dan saling menghormati di
antara kelompok. Warga Arab di Mekkah telah menjadi warisan sejarah yang sangat
berarti dalam rangka membina hubungan antar kelompok yang dibangun di atas
prinsip toleransi.
Satu istilah yang penting
dijelaskan di sini adalah perihal konteks sosial masyarakat Arab pra-lslam,
yaitu al-Jahiliyyah. Bagi sebagian kalangan, al-Jahiliyyah diartikan sebagai
komunitas orang yang bodoh, tidak berpendidikan. Mereka memahaminya hanya dari
segi kebahagiannya. Benarkah masyarakat Jahiliyah itu benar-benar bodoh?
Muhammad aI-Jabiry membantah pandangan tersebut karena orang-orang Arab
pra-lslam sudah mempunyai kebudayaan tersendiri. Mereka sudah mempunyai nalar
yang memungkinkan diantara mereka untuk hidup dengan sistem kebudayaannya. Pandangan
tersebut juga dibenarkan oleh Philip K.Hitti dalam The History of The Arabs, karena orang-orang Arab selatan sudah
mengenal baca tulis. Pemaknaan yang lebih tepat dari istilah Jahiliyyah, yaitu
masyarakat yang tidak mempunyai otoritas hukum, nabi, dan kitab suci. Masyarakat
Jahiliyyah pada hakikatnya lebih tepat disebut sebagai masyarakat primitif
karena mereka hidup sebagaimana layaknya masyarakat yang lain. Hanya saia
sistem hidupnya ditentukan sejauhmana otoritas klan dan kekuasaan ekonomi
mempengaruhi sebuah tatanan sosial.
Amstrong juga membenarkan pandangan
Philip K. Hitti, karena masyarakat Arab pra-lslam adalah masyarakat pagan
meskipun kehidupan mereka relatif modern. Ada beberapa penganut Yahudi di
Yatsrib, Khaybar dan Fadek dan sebagian lagi memeluk Kristen Suriah tetapi
jumlahnya tidak begitu signifikan. Mayoritas penduduk Mekkah adalah orang-orang
Pagan. Dalam sejumlah sumber sejarah kita mengenal nama-nama orang Kristen
seperti Waraqah bin Naufal dan Pendeta Buhaira. Menurut Fahmi Huwaydi,
orang-orang Kristen lebih banyak tinggal di Mekkah, sedangkan orang-orang
Yahudi berdomisili di Yatsrib. Meskipun demikian jumlah mereka tidak signifikan
karena sebagian besar penduduknya adalah pagan. Kakek Nabi Muhammad saw., Abdul
Muthalib adalah penganut pagan dan bertahan atas keyakinannya sampai meninggal
dunia. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Abdul Muthalib bertahan pada posisinya
agar menjadi bagian dari komunitas yang merupakan mayoritas dan juga agar dapat
melindungi cucunya yang diramal banyak kalangan sebagai pembawa ajaran
monotheisme sebagaimana yang dibawa oleh Ibrahim.
Tidak adanya norma, hukum, dan nabi
di tengah-tengah kalangan Quraish telah menyebabkan munculnya konflik diantara
mereka. Maka pada saat itu lalu dikenal istilah Ayyam aI-Arab (Hari-Hari Orang Arab). Menurut Philip K. Hitti,
tradisi ini mengisahkan tentang permusuhan antarsuku yang disebabkan oleh
persengketaan dalam soal hewan ternak, padang rumput dan mata air. Konteks
sosial tersebut merupakan salah satu cara masyarakat Arab bertahan hidup,
khususnya bagi orang-orang Baidah. Pada saat hidup dalam kelaparan, maka cara
terbaik untuk mempertahankan hidup adalah berperang. Bahkan hal tersebut dapat
menjadi salah satu ekspresi keberagaman mereka dalam ranah sosial. Meskipun
demikian, satu hal yang perlu mendapatkan apresiasi bahwa mereka juga tidak
menjadikan persengketaan sebagai tradisi yang permanen, Ada kalanya berdamai,
terutama jika ada pihak ketiga yang lebih netral. Bukan hanya itu, mereka yang
korbannya lebih sedikit harus membayar tebusan kepada pihak yang korbannya
lebih besar. Jumlah tebusan disesuaikan dengan kerugian yang dialami oleh pihak
yang korbannya lebih besar. Ada sejumlah perang yang bisa dicatat, antara lain
perang Basus dan Banu Bakr yang kasusnya sepele. Perang Basus disebabkan oleh
unta betina milik perempuan Basus dilukai oleh kepala suku Taghlib. Ada juga
perang Dahis dan aI-Ghabra yang sangat dikenal pada periode Jahiliyyah.
Satu hal yang perlu mendapatkan
perhatian perihal periode Jahiliyyah ini bahwa meskipun mereka berperang antara
satu suku dengan suku yang lain, tetapi mereka telah mempunyai kebudayaan yang
tinggi, terutama dalam hal puisi. Salah eorang penyair yang terkenal pada zaman
itu adalah Antarah bin Syaddad. Ia ikut terlibat dalam peperangan tetapi juga
menulisnya dalam bentuk puisi-puisi. Dalam hal ini, tidak bisa diragukan lagi
tentang kedahsyatan bahasa Arab, yang mana keindahannya bisa menyihir perasaan
seseorang. Menurut Philip K.Hiiti jika orang-orang Yunnai menuangkan kesenian
mereka dalam arsitekstur, maka orang-orang Arab menuangkannya dalam bentuk
ungkapan. Dari sini juga dapat dipahami kenapa Alquran menggunakan bahasa yang
tingkat keindahannya sangat tinggi karena dalam rangka menyesuaikan dengan
kebudayaan pada zamannya.
2.4 Kehidupan Ekonomi Bangsa Arab Pra Islam
Arab pra-lslam, khususnya Mekkah juga
ditandai dengan sebuah fenomena yaitu perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa
Arab pra-islam telah membangun hubungan perniagaan dengan bangsa-bangsa lain.
Menurut Zamakhsyari, Quraysh yang merupakan pemegang otoritas tinggi di Mekkah
pasca kabilah Jurhum dan Khuzaa sesungguhnya merupakan kelompok pekerja keras.
Quraysh berasal dari kata al-kasb, yang
artinya orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi. Etos kerja mereka
tidak hanya dilakukan di dalam Mekkah, tetapi justru membuka hubungan dengan
bangsa, pangsa lain. Pada musim dingin mereka datang ke Yaman yang dikenal
sebagai salah satu kota perdagangan di Arab. Sedangkan Pada musim panas mereka
datang ke Yordania dan Mesir. Abdullah, ayah Muhammad saw. adalah seorang
pedagang, Bahkan ia meninggal dalam misi perdagangan. Khadijah binti Khuwaylid
yang nantinya menjadi istri Muhammad saw. adalah seorang pedagang: perempuan
adalah salah satu penggerak perdagangan di Mekkah. Setidaknya ada sosok yang
dikenal di Mekkah yaitu Khadijah, Asma' dan Hindun. Mereka seringkali mewakili
kalangan Quraysh ketika menerima tamu dari Yaman, khususnya dalam misi
perdagangan. Mereka seringkali mewakili kalangan Quraysh ketika mnerima tamu
dari Yaman, khususnya dalam misi perdagangan.
Di
Mekkah terdapat pasar tahunan yang biasa digelar di Ukadz. Pasar ini terletak
di daerah antara Mekkah dan Thaif. Mereka biasanya datang ke tempat tersebut
sebelum melaksanakan ibadah haji. Di pasar ini pula para pedagang mendengarkan
puisi-puisi yang ditulis oleh penyair Arab. Puncaknya pada abad ke-5, Mekkah
disebut-sebut sebagai salah satu pusat perdagangan yang berpengaruh di dataran
Arab. Selain Ukadz ada dua pasar lagi yang terkenal, yaitu Dzul Majaz dan
Al-Majinnah. Kondisi tersebut bertahan sampai Muhammad saw. diangkat sebagai
utusan Tuhan yang mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan pesan kenabian
dan kerasulan. Mekkah menjadi pusat perdagangan Arab bertahan sampai
pertengahan abad ke-7. Sekitar lebih dari 200 tahun, Mekkah mempunyai pengalaman
emas dalam hal perdagangan.Setelah Islam datang, mereka mulai menjadikan
tempat-tempat haji yang dikenal sekarang, seperti Arafah dan Mina sebagai salah
satu pusat perdagangan.
Akar-akar dari perdagangan di
Mekkah, menurut Patricia Crone dalam bukunya Meccan Trade and The Rise of Islam, dirintis oleh Hasyim. Ia
melakukan perjanjian dengan orang-orang Suriah untuk memudahkan perdagangannya
sampai akhirnya ia meninggal di Gaza dalam misi perdagangan. Upaya tersebut
dilanjutkan oleh saudara-saudaranya untuk meneruskan perjanjian perdagangan
dengan Persia, Yaman, dan Habsyah. Adapun tokoh-tokoh kunci yang melakukan
perdagangan ke Suriah, antara lain Abu Sofyan, Shafwan Ibnu Umayyah, Utsman,
Said Ibnu Al-Ash, termasuk Muhammad saw. Mereka mempunyai tempat khusus di
Suriah_ bahkan diantara mereka ada yang menetap sampai belasan tahun Gaza juga
diduga sebagai salah satu tempat transit para pedagang dari Mekkah. Hasyim, Abu
Sofyan dan Abdu Manaf juga pernah singah di kota yang menjadi gempran tentara
Israel tersebut.
Menurut Crone, Mesir juga menjadi
salah satu persinggahan para pedagang dari Mekkah. Diantaranya Amr bin Ash yang
dicatat dalam sejarah sebagai salah satu pedagang yang menjual wangi-wangian
dan barang-barang yan terbuat dari kulit. Mughirah bin Syu'bah juga sosok yang
terlibat dalam perdagangan di Mesir Yaman juga menjadi tempat yang penting bagi
para pedagang dari Mekkah sebab Yaman merupakan tempat yang penting dalam
perdagangan Arab. Tokoh-tokoh yang pernah ke Yaman dalam misi perdagangan
antara lain Abdul Muthalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Abu Rabi' bin Mughirah,
Walid bin Mughirah, Imarah bin Walid dan lain-Iain. Tempat-tempat yang pernah
disinggahi di Yaman, antara lain Radman dan Shan'a. Habsyah (Negus) juga
menjadi salah satu mitra perdagangan Mekkah. Bahkan Negus menjadi tempat
perdagangan yang nyaman dan menguntungkan bagi orang-orang Quraysh. Mereka
biasanya berdagang di Negus setelah singgah di Yaman. Mereka juga disebut-sebut
mempunyai hubungan perdagangan dengan Irak.
2.5
Kehidupan Kebuyaan Bangsa Arab Pra Islam
Dalam bidang budaya, watak seni
orang Arab Pra Islam dituangkan ke dalam satu media, yaitu ungkapan. Jika
orang-orang Yunani mengungkapkan seni melalui patung dan arsitektur, maka
orang-orang Arab pra-lslam mengungkapkannya dalam bentuk syair. Ada peribahasa
Arab yang menarik yang menggambarkan tingginya nilai syair, yaitu ”Keelokan
seseorang terletak pada kefasihan lidahnya”. Bahkan ada peribahasa lain yang
menyatakan bahwa "Kebijakan muncul dalam tiga hal: otak orang Prancis, tangan
orang China, dan lidah orang Arab". Kefasihan, yaitu kemampuan untuk
mengungkapkan jati diri secara tegas dan elegan dalam bentuk prosa dan puisi.
Kemampuan dalam bersyair, menunggang kuda dan memanah pada masa Arab pra-Islam
dipandang sebagai tiga ciri utama manusia sempurna (al-kamil).
Para penyair Arab pra-Islam pada
mulanya adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mencapai pengetahuan yang
tersembunyi bagi sebagian besar manusia, yaitu pengetahuan dari setan. Seorang
penyair dianggap dapat memiliki kemampuan berhubungan dengan alam ghaib dan
melalui kutukannya dapat menimpakan bencana kepada musuhnya. Oleh karena itu,
bentuk syair atau puisi Arab yang pertama kali berkembang adalah puisi hujatan
atau satir (hija). Seiring dengan
perkembangan karismanya, seorang penyair memainkan berbagai peran sosial. Dalam
pertempuran, lidahnya sama efektifnya dengan keberanian masyarakatnya. Pada
masa damai, kecaman pedas seorang penyair merupakan ancaman bagi ketertiban
publik. Seorang penyair dapat membuat sebuah suku mengambil tindakan tertentu
dipengaruhi oleh puisi-puisinya yang mirip dengan hasutan seorang demagog dalam
sebuah kampanye politik modern.
Seorang penyair selain menjadi
dukun, penuntun, orator dan juru bicara kaumnya juga merupakan sejarawan dan
ilmuwan. Orang-orang Baidah mengukur kecerdasan seseorang berdasarkan puisinya.
Sebagai seorang sejarawan dan ilmuwan sukunya, seorang penyair sangat memahami
geneologi dan dongeng-dongeng rakyat, mengenal prestasi dan pencapaian sukunya
pada masa lalu, mengetahui hak-hak mereka, serta mengenali padang rumput dan
batas-batas wilayah mereka. Lebih jauh lagi, sebagai seorang pemerhati
kelemahan psikologis dan kegagalan historis suku-suku lawannya, seorang penyair
mempunyai kewajiban untuk mengungkapkan secara luas kekurangan itu dan
menjadikannya sebagai bahan ejekan. Puisi pada masa Arab pra-Islam memiliki
signifikansi historis yaitu sebagai bahan utama untuk mengkaji perkembangan
sosial yang terjadi pada saat puisl-puisi tersebut dibuat. Realitanya,
Kebudayaan Arab Pra-lslam adalah
kebudayaan yang identik dengan mistik. Di sekitar Mekkah terdapat Bukit Qaf
yang dikenal sebagai tempat media antara manusia dengan alam gaib. Orangorang
Arab pra-Islam menjadikan Bukit Qaf sebagai tempat untuk mengajukan hal-hal
yang menjadi problem dalam kehidupan mereka untuk memecahkan masalah yang pelik
dan menyakini sebagai tempat yang keramat. Selain Bukit Qafjuga ada Gua Hira
yang dikenal sebagai tempat nabi bersemedi, juga jauh sebelum Islam datang
dikenal sebagai tempat orang-orang penganut al-Hanifiyyah
untuk melakukan semedi.
Orang-orang Arab pra-Islam
mempunyai kebiasaan dan kebudayaan membangun komunikasi dengan alam gaib.
Konon, dalam hal puisi juga dibuat setelah mendapatkan ilham dari alam gaib.
Menurut Albert Hourani, puisi begitu kuat menjadi bahasa publik, terutama
apabila dilihat dalam puisi-puisi yang berbentuk qashida, diwan, mu'allaqat.
Puisi=puisi sering diga ntung di dindingdinding Ka'bah sebagai bagian dari
upaya untuk menunjukkan eksistensi mereka. Ada tokoh-tokoh yang dikenal antara
lain Labid, Zuhayr, lmru el-Qays dan lain-lain.
2.6
Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam
Dari segi keyakinan, mereka dikenal
sebagai penyembah berhala. Ada tiga berhala yang sangat populer pada saat itu
yaitu AI-Uzza, AI-Lat, dan Manat. Ketiganya diyakini sebagai anak perempuan
Tuhan. AI-Lat (Tuhan Perempuan) berada di dekat Thaif, Di Thaif, orang-orang
Mekkah berkumpul untuk melaksanakan haji dan menyembelih binatang kurban. Ada
atauran yang harus dipatuhi oleh para penyembah berhala aI-Lat, yaitu larangan
untuk menebang pohon, memburu binatang dan menumpahkan darah. Mereka melarang
siapapun untuk mengganggu dan menebang pohon karena diyakini disitulah Tuhan
mereka berada. Sedangkan Al-Uzza (yang paling agung) berada di Nakhlah sebelah
timur Mekkah. Al-Uzza menjadi berhala yang paling diagungkan oleh orang-orang
Quraish. Cara pemujaannya dengan menggunakan tiga batang pohon. Adapun Manat
(pembagian nasib) adalah dewa yang menentukan dan menguasai nasib. Lokasinya
berbentuk batu hitam di Qudayd, wilayah antara Mekkah dan Madinah. Dewa ini
sangat populer bagi orang-orang Arab. Bahkan menurut K.Hitti, Manat digunakan
sebagai salah satu rujukan sebelum nabi Muhammad saw. melakukan hijrah ke
Madinah. Di samping itu juga ada Hubal yang merupakan dewa tertinggi di Ka'bah.
Hubal berbentuk manusia yanG mana di sampingnya disediakan busur panah yang
digunakan untuk mengundi nasib para peramal.
Di antara orang-orang Arab Juga ada
peramal yang disebut Kahin. Mereka
pada hakikatnya para ahli puisi yang menyampaikan sejumlah pesan suci melalui syair-syair.
Mereka adalah para spiritualis yang menggunakan puisi atau syair sebagai media
untuk mennyampaikan pesannya. Di samping itu, mereka juga meramal mimpi,
menemukan para kriminal, binatang yang hilang, pertentangan dan hal-hal etik
lainnya. Oleh karena itu, mereka dipahami sebagai kelompok masyarakat yang
dapat menafsirkan kehendak Tuhan.
Mereka yang meyakini adanya Tuhan,
tetapi tidak menafikan keberadaan kelompok lain. Max Mlller menyebut mereka
dengan henotheism. Kelompok ini
pelan-pelan dapat mengambil alih dominasi dari kelompok Pagan yang menetap
karena mereka mempunyai sebuah pandangan yang relatif rasional dan mempunyai
kenyamanan bagi spiritualitas mereka sehingga kemudian mereka disebut dengan hanifsm.
Dari pemaparan di atas dapat
dijelaskan bahwa Jahiliyyah bukan dalam maknanya yang literal, melainkan
mengacu pada kenyataan masyarakat Arab pra-Islam yang pada umumnya mempunyai
keyakinan yang lebih dekat pada polytheisme daripada monotheisme. Istilah
Jahiliyyah digunakan oleh Al-Quran dalam rangka memberikan garis pemisah antara
kebudayaan sebelum dan setelah Islam, yang artinya bahwa setelah Islam datang
maka Arab tidak akan kembali pada masa lalunya, yaitu telah berubah menjadi
tempat dimana tidak ada ruang bagi polytheisme atau kemusyrikan.
Meskipun demikian ada yang
menyatakan bahwa tradisi yang berkembang pada zaman Jahiliyyah tidak sepenuhnya
negatif sebagaimana disampaikan sebagian kalangan. Menurut Ibnu Qarnas, tradisi
Jahiliyyah juga memberikan sumbangsih yang sangat baik, khususnya dalam rangka
mengantarkan masyarakat Arab dapat menerima ajaran Islam. Meskipun dalam sejarah
disebutkan proses transformasi dari Jahiliyyah mengalami ketegangan, tetapi
harus diakui pula bahwa transmisi tersebut berjalan damai. Islam datang tidak
daIam rangka menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru bagi mereka, justru
melanjutkan sejumlah tradisi yang berkembang di tanah Arab. Setidaknya hal
tersebut dikonfirmasi oleh Al-Quran bahwa haji merupakan ritual yang awalnya
dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Sulaiman Bashir membenarkan bahwa
tradisi Jahiliyyah merupakan semen yang memperkuat Mekkah sebagai 5ebuah pusat
perhatian masyarakat Arab. Tradisi Jahilliyyah telah menjadi ruh yang dapat
melahirkan peradaban dunia. Diantaranya, meskipun sangat banyak kepercayaan dan
agama yang berkembang, tetapi perlindungan terhadap Ka'bah dan yang berziarah
ke Ka'bah membuktikan komitmen mereka untuk menjadikan Mekkah sebagai salah
satu kota suci yang berpengaruh di dunia. Bagaimanapun mereka yang hidup pada
zaman Jahiliyyah mempunyai peran yang tidak sedikit bagi kelestarian Ka'bah
sebagai simbol keagungan Islam.
Gua Hira merupakan salah satu bukti
yang mana tradisi yang berkembang pada masa Jahiliyyah turut mengantarkan
kehadiran Islam. Di dalam banyak riwayat disebutkan bahwa orang-orang Mekkah
terbiasa melakukan olah spiritual di gua Hira. Tradisi inilah yang kemudian
diikuti oleh Muhammad saw. sebelum mendapatkan wahyu yang pertama. Ada pihak
lain yang mengatakan bahwa biasanya mereka bersemedi sebelum melakukan nota
penandatanganan perjanjian.
Ahmad Amin dalam bukunya, Fajr
aI-lslam membuktikan bahwa kultur nomaden bukanlah sebuah kemunduran, tetapi
sebuah tangga menuju peradaban. Memang kultur yang berkembang pada masyarakat
Arab pra-lslam pada umumnya adalah kultur klenik, yang mempercayai takhayul dan
khurafat. Fakta Arab pra-Islam memang berbeda dengan Yunani yang dikenal
kecenderungannya pada filsafat. Jika orang-orang Yunani melihat persoalan
secara komprehensif dengan logika yang sempurna, tetapi orang-orang Arab
cenderung melihat persoalan secara parsial. Meskipun demikian adalah yang biasa
dalam sebuah masyarakat mempunyai individu-individu yang istimewa.
Kelompok
kecil inilah yang menjadi lokomotif bagi kebangkitan sebuah masyarakat. Di
samping itu, memang harus diakui bahwa Arab bukanlah masyarakat yang dikenal
ilmu pengetahuan dan filsafatnya. Menurut Ahmad Amin, Arab dikenal karena
bahasa, puisi, amtsal, dan kisah. Ketiga hal tersebut merupakan modal
kebudayaan dan rasionalitas yang memungkinkan sebuah masyarakat mempunyai
kehidupannya sendiri.
Comments
Post a Comment