BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa peradaban Bangsa Sumeria
pertama kali mendiami kawasan Mesopotamia, sehingga bangsa Sumeria pantas
disebut sebagai penduduk asli Mesopotamia. Bangsa Sumeria datang dari wilayah
Asia kecil sekitar tahun 3.500 tahun SM. Pada awalnya, bangsa Sumeria mengolah
lahan pertanian yang subur sebagai mata pencahariannya. Lama kelamaan, bangsa
Sumeria dapat membangun sistem pengairan untuk menanggulangi banjir dan
menyalurkan air ke lahan-lahan pertanian, seperti sistem irigasi dan kanal.
Dengan hasil pertanian yang melimpah, bangsa Sumeria sekitar tahun 3.000 tahun
SM membangun 12 kota-kota besar, di antaranya kota Ur, Uruk, Lagash dan Nippur.
Pada awalnya, kota-kota tersebut
merupakan kota-kota yang berdiri sendiri, sehingga disebut negara kota.
Kemudian terjadilah peperangan di antara kota-kota tersebut dan yang kalah akan
menjadi bawahan kota yang menang yang lama kelamaan memunculkan sistem
pemerintahan kerajaan. Bangsa Sumeria mencapai mansa kejayaannya saat dipimpin
oleh Raja Ur-Nammu. Namun, sekitar tahun 2.300 tahun SM bangsa Sumeria dapat
ditaklukkan oleh bangsa Akkadia di bawah pimpinan Raja Sargon.
Imperium Sargon pada tahun 1.720 SM
dapat dikalahkan oleh bangsa Amorit yang termasuk rumpun Semit dari Jazirah
Arab (sekarang Syiria). Bangsa Amorit ini kemudian mendirikan ibukota baru di
Babylon, sehingga periode ini dikenal dengan nama Babylonia. Raja yang terkenal
dan sangat berperan dalam perkembangan peradaban Babylonia adalah Raja
Hammurabi. Sumbangan terbesar Raja Hammurabi terhadap peradaban dunia adalah
Undang-Undang Hammurabi atau Kode Hukum Hammurabi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban pada masa Sumeria ?
2. Bagaimana keadaan Ekonomi pada masa Sumeria ?
3. Bagaimana sistem kepercayaan dan religi
pada masa Sumeria ?
4. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa
Sumeria ?
5. Bagaimana sistem kebudayaan pada masa
Sumeria ?
6. Bagaimana peradaban pada masa Babylonia
lama ?
7. Bagaimana keadaan Ekonomi pada masa Babylonia ?
8. Bagaimana sistem kepercayaan dan religi
pada masa Babylonia ?
9. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa
Babylonia ?
10. Bagaimana sistem kebudayaan pada masa
Babylonia ?
11. Bagaimana perbandingan peradaban
Babylonia dan Sumeria ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui peradaban pada masa Sumeria.
2. Mengetahui keadaan Ekonomi pada masa Sumeria.
3. Mengetahui sistem kepercayaan dan religi
pada masa Sumeria.
4. Mengetahui sistem pemerintahan pada masa
Sumeria.
5. Mengetahui sistem kebudayaan pada masa
Sumeria.
6. Mengetahuai peradaban pada masa
Babylonia lama.
7. Mengetahui keadaan Ekonomi pada masa Babylonia.
8. Mengetahui sistem kepercayaan dan religi
pada masa Babylonia.
9. Mengetahui sistem pemerintahan pada masa
Babylonia.
10. Mengetahui sistem kebudayaan pada masa
Babylonia.
11. Mengetahui perbandingan peradaban
Babylonia dan Sumeria.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peradaban
Sumeria
Peradaban Sumeria ini merupakan peradaban regional paling
awal yang terletak di Mesopotamia Bawah. Pembentukan peradaban ini terjadi pada
masa Protoliterate (3200-2850 SM). Peradaban ini juga satu-satunya yang pasti
tidak berasal dari sebuah masyarakat atau masyarakat-masyarakat pra-peradaban,
dan bukan tiruan dari, atau bahkan terilhami oleh masyarakat yang telah ada
sebelumnya. Orang-orang Sumeria asli adalah penemu pertama tulisan mereka.
Penemuan tulisan Sumeria adalah sebuah karya agung dan jenius kreatif. Tulisan
ini dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, dan pada
saat bersamaan tulisan tersebut menegaskan kuasa pengaruh para pemimpin yang
melek huruf atas mayoritas anggotanya yang buta huruf. Tulisan yang paling awal dikenal dalam bentuk
pahat (inscription), kepingan tanah liat dalam bentuk pictographic (penggunaan
gambar sebagai lambang huruf yang berbentuk gambar-gambar orang, benda,
peristiwa dan tindakan), yang ditemukan di kuil Uruk pada kira-kira 3200 SM.
Kepingan-kepingan yang paling awal yang dapat ditafsirkan sepenuhnya adalah
teks-teks kuno dari UR, kira-kira 2800 SM. Langkah kreatifnya adalah penciptaan
ideogram (yakni tanda-tanda konvensional yang sudah tidak terlihat secara jelas
bekas-bekasnya sekalipun, yang memiliki sebuah makna yang identik bagi semua
anggota masyarakat Sumeria yang melek huruf). Fase terakhir adalah penciptaan
fonem-fonem (yakni tanda-tanda konvensional yang memiliki bunyi-bunyi yang
digunakan sebagai bahasa tutur. Tulisan tersebut sering disebut juga dengan
Cuneiform Writing. Jadi pada tahun 3200 SM, mereka telah menciptakan tulisan
yang disebut dengan Cuneiform, yaitu sistem tulisan yang kira-kira sejaman
dengan hieroglyphics yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Mesir kuno.
Orang-orang Mumeria menggunakan alat yang ditunjukkan
secara jelas, yang disebut dengan stylus, untuk menuliskan karakter-karakter
yang terbentuk dari penggalan kecil pada lempengan tanah liat yang lembut, yang
kemudian diperkeras dengan membakarnya. Membaca dan menulis tulisan Cuneiform
adalah sulit, karena alpabhetnya terdiri dari 550 karakter. Para ahli menulis
tuliasan Sumeria harus melelui beberapa tahun pendidikan dengan tekun untuk
mendapatkan kemahiran. Namun demikian, Cuneiform digunakan secara luas di Timur
Tengah selama ratusan tahun. Orang-orang
Sumeria juga mengenalkan sistem penomeran. Mereka mengembangkan sistem
penomeran yang didasarkan pada 60 unit. Mereka membagi jam ke dalam 60 menit
dan lingkaran ke dalam 360 derajat, sebagaimana yang masih kita gunakan
sekarang. Mereka juga mengembangkan dasar aljabar dan geometri. Di samping itu
orang-orang Sumeria juga sudah mengembangkan sastra. Syair orang-orang Sumeria
yang berbentuk cerita, yang sering disebut dengan The Epic of Gilgamesh, adalah
satu karya yang tertua dari bentuk sastra di dunia ini. Syair kepahlawanan ini
adalah koleksi cerita tentang seorang pahlawan yang disebut Gilgamesh. Satu
dari perjalanan Gilgamesh di dunia adalah mencari keabadian hidup. Dalam
perjalanannya, dia menemukan satu orang yang selamat dari banjir yang besar
yang merusak dunia. Dalam akhir cerita, Gilgamesh telah belajar kebenaran yang
terbesar tentang keseluruhannya, bahwa pahlawan pasti mati karena pertempuran,
dan membutuhkan peranakan keledai untuk membawa barang-barang.
Ciri lain dari peradaban Sumeria adalah terkonsentrasinya
minoritas penduduk non-agrikultural di kota-kota yang hidup dengan surplus
produksi agrikultural mayoritas. Kota-kota ini menjadi pusat-pusat seremonial,
tempat komunitas berkumpul secara periodik untuk melaksanakan ritual-ritual
religius dan pengorganisasian kerja-kerja publik. Pusat-pusat seremonial ini
mungkin memiliki sedikit tempat tinggal tetap, tetapi pusat-pusat tersebut akan
menjadi kota-kota dengan rumah-rumah di sekitar tempat ibadah. Jadi, masa
Protoliterate ini dibuktikan dengan munculnya negara-kota yang sudah
terorganisir. Hal ini terlihat dari kompleksnya pengerjaan irigasi, yang
dilengkapi dengan sistem kanalnya. Zigurat, menara-menara yang mendominasi
kompleks kuil-kuil Sumeria juga telah dibangun. Misalnya, menara Babel, suatu
struktur bangunan tujuh tingkat sampai puncak kuil, yang mencapai ketinggian
300 kaki. Zigurat adalah candi berbentuk piramid yang menjulang tinggi ke arah
surga. Sisi-sisi kemiringannya berbentuk teras-teras, atau anak tanggka-anak
tangga yang luas, yang terkadang ditumbuhi pohon-pohon atau semak-semak. Pada
masingmasing puncak zigurat berdiri kuil atau tempat suci sebagai tempat
pemimpin dewa atau dewa-dewa kota. Para pemimpin tinggal di tempat yang sangan
bagus dengan halaman gedung yang luas. Sementara itu, masyarakat pada umumnya
tinggal di rumah-rumah kecil yang terkumpul dan hanya mempunyai jalan dan
lorong-lorong yang
sempit. Para tukang batu yang praktek berdagang, sama seperti tukang tenun atau
tukang kayu, tinggal dan bekerja di jalan yang sama. These shop-lined streets formed a bazaar, the ancestor of today's shopping
mall. Toko-toko dipinggiran jalan inilah yang membentuk bazar, sebagai
cikal bakal yang sekarang disebut dengan mall.
Negara-kota pada masa Mesopotamia yang paling awal
diorganisasikan secara ekonomik dan keagamaan dalam bentuk komunitas-komunitas
yang dikepali seorang pendeta, yang mewakili atau melambangkan dewa penolong
atau dewa-dewa kota. Majlis politik warga negara atau orang-orang sudah tua
juga diatur. Kombinasi teokrasi
dan demokrasi primitif di kota-kota kekuasaan dipegang oleh seorang Ensi atau
gubernur. Dia memegang baik kekuasaan politik atau keagamaan, atau diperintah
oleh seorang raja atau Lugal, suatu sebutan superior yang sering dipakai karena
kedaulatannya yang luas. Pada masa imperium, kekuasaan politik berkembang dalam
bentuk monarki yang sangat bsentralitis. Sementara itu, dewa-dewa bangsa
Sumeria pada masa yang paling awal erat kaitannya dengan fenomena alam. Bahkan
dewa-dewa ini dikonsepsikan dalam bentuk manusia dan diorganisasikan dalam satu
negara-kosmik yang menggambanrkan bentuk-bentuk sosial dari Sumeria
pra-monarki. Dunia para dewa merupakan makro-kosmos dari bangsa Sumeria,
sementara kuil-kuil duniawai adalah sebagai tempat tinggal para dewa. Majlis
dewa-dewa antara lain melibatkan empat dewa utama, yaitu Anu (dema langit tua
yang berperan sebagai kepala majlis dewa), Enlil (dewa halilintar muda),
Ninkhursag atau Ninmakh (sebagai ibu besar, personifikasi dewa kesuburan), dan
Enki (dewa air bawah tanah, sumber kekuatan penciptaan bumi.
Tiga dewa penting lainnya adalah Nanna (bulan), Utu
(matahari), dan Inanna (Venus). Perayaan keagamaan yang menggambarkan
peperangan kosmogonik (asal-usul terjadinya alam) yang dimainkan pada perayaan Tahun Baru,
menempatkan Enlil kemudian dewa Marduk dalam tradisi Babilonia, sebagai
penumpas kekacauan dan menggambil alih kedudukan raja.
2.2 Keadaan
Ekonomi Sumeria
Bangsa Sumeria mengembangkan
kehidupannya dengan mengusahakan pertanian.Untuk mengairi tanah pertaniannya
dibuatlah saluran air dari kedua sungai itu. Pengolahan tanah dilakukan dengan
membajak menggunakan tenaga hewan yaitu keledai dan lembu. Untuk mengangkut hasil panen dan
keperluan yang lain mereka membuat kereta atau gerobak yang diberi roda. Hasil
utama pertanian ini adalah gandum kemudian jemawut dan jelai. Konon bangsa
Sumeria adalah bangsa yang mengenal roda dan gandum yang pertama kali di dunia.
2.3 Sistem Kepercayaan
Kepercayaan bangsa Sumeria
bersifat Polytheisme. Mereka percaya dan menyembah banyak dewa. Salah satu dewa
utama adalah Marduk. Selain itu ada dewa-dewa yang menguasai alam, yang mereka
sembah yakni Enlil (Dewa bumi), Ea (Dewa air), Anu (Dewa langit), Sin (Dewa
bulan), Samas (Dewa matahari) dan Ereskigal (Dewa kematian). Kepercayaan bangsa
Sumeria ini terus berkembang dan dianut oleh masyarakat yang tinggal di daerah
Mesopotamia.
2.4 Sistem Pemerintahan
Bangsa Sumeria mengembangkan
pemerintahan yang berpusat di kota Ur dekat muara sungai Eufrat. Para penguasa
memiliki kekuasaan yang sangat besar. Selain sebagai kepala pemerintahan, Raja
juga sebagai kepala agama sehingga raja disebut Patesi (Pendeta Raja). Raja
bertanggungjawab terhadap kehidupan masyarakat baik lahir maupun batin. Raja harus
mampu mengatur kehidupan ekonomi, keamanan atau ketentraman, hukum dan
peradilan serta kehidupan keagamaan.Salah seorang patesi bernama Ur Nanshe. Ia
adalah Raja yang membangun kota Lagash sekitar tahun 2500 SM. Tindakan Ur
Nanshe diikuti oleh Patesi (Raja) Gudea yang memerintah kira-kira tahun 2400
SM. Dialah yang menjadikan kota Lagash jadi kota yang paling berarti di
Sumeria.
2.5 Kebudayaan
Peradaban bangsa Sumeria yang
telah tinggi dapat diketahui melalui peninggalan budayanya sebagai berikut.
a.
Bangunan
Pada umumnya ditemukan kuil
untuk pemujaan yang disebut ziggurat. Ziggurat berasal dari kata zagaru yang
artinya bangunan tinggi seperti gunung karena merupakan menara bertingkat yang
makin lama makin kecil.
b.
Tulisan
Tulisan bangsa Sumeria disebut
tulisan paku (cunei form). Mereka menggunakan ± 350 tanda gambar dan setiap
gambar merupakan satu suku kata.Huruf-huruf itu dituliskan pada papan tanah
liat yang digoresi/ditulisi menggunakan karang yang keras dan berujung tajam.
Huruf paku sudah dikenal sejak tahun 3000 SM digunakan untuk mencatat hasil
panen, harta benda serta urusan perdagangan. Huruf paku disebarkan oleh bangsa Funisia di sekitar Laut
Tengah. Bangsa Yunani mengambil dan mengembangkan menjadi huruf Alfa, Beta dan
Gama. Kemudian bangsa Romawi mengembangkan menjadi huruf Latin.
2.6 Peradaban
BabyLonia Lama
Babylonia adalah sebuah kerajaan kuno yang di dalamnya
terdapat peradaban yang besar yang berkembang di sekitar sungai Eufrat dan juga
Tigris dan sekarang termasuk pada wilayah Irak Selatan. Ada
dua masa yang terkenal berkaitan dengan peradaban Babilonia ini yaitu Babilonia
Kuno atau Babilonia Lama di tangan Raja Hammurabi dan Babilonia Baru di tangan
Raja Nebukadnezar. Sejarah Babilon memiliki rentang waktu yang sangat panjang
sampai ribuan tahun lamanya. Babilon juga dianggap sebagai pusat peradaban
dunia pada waktu itu karena sudah mengenal dan mengembangkan sistem irigasi,
ilmu pengetahuan, kesusastraan, perekonomian, dan hukum.
Babylon muncul ketika Hammurabi mendirikan sebuah
kerajaan di luar kerajaan Akkadian.
Akkadian Semitik sebagai bahasa resmi, dan mempertahankan bahasa Sumeria
dalam bidang keagamaan, yang saat itu tidak lagi menjadi bahasa percakapan
sehari-hari. Tradisi Akkadia dan Sumeria memainkan peranan penting di dalam
kebudayaan Babylon kelak, dan agama akan tetap menjadi pusat kebudayaan yang
penting.
Pada kira-kira 2300 SM, Akkad dan Sumeria bersatu
menjadi negara Babylonia dengan ibu kota Babylon. Pada tahun 1955 SM tahta
kerajaan Babylon jatuh ditangan Hammurabi yang pada akhirnya bisa menghancurkan
negara yang ada di sekitarnya, juga mempersatukan Mesopotamia serta
mempersatukan daerah daerah jauh yang ada di sekitarnya pada tahun 1925 SM. Hal
yang paling terkenal dari Raja Hammurabi adalah hukum yang dibuatnya yaitu
Hukum Hammurabi. Hammurabi meninggal pada tahun 1912 SM dan semenjak saat itu
sejarah Babylonia menunjukkan penurunan, sudah ada enam orang yang menggantikan
Hammurabi tetap tetap saja tidak bisa menahan penurunan kondisi kerajaan pada
saat itu.
Pada abad ke-18 datanglah jenis bangsa lain yang
menyerbu Mesopotamia yaitu bangsa Indo-Jerman atau Indo-Eropa yaitu bangsa
Hittit yang berdiam di Asia Minor yang beribukota di Boghazkeui di dekat kota
Ankara sekarang. Bangsa Hittit inilah yang kemudia datang menyerbu dan
menghancurkan Babylon. Setelah bangsa Hittit pergi, Babylon masih bisa dibangun
sampai datangnya suku Khassit yang sama sama berasal dari bangsa Indo-Jerman
yang datang dari pegunungan Persia Barat, dan berakhirlah kerajaan Babylonia Lama
atau Kuno yang didirikan oleh Hammurabi.
Bangsa Khassit akhirnya bisa menguasai Babylonia 576
lamanya, tetapi mereka pada umumnya tidak merusak kebudayaan dan tatanegara
yang telah dibangun oleh Hammurabi, dan saingan dari bangsa ini adalah bangsa
Assyria. Bangsa Assyria sendiri, pada saat itu sangat berambisi untuk menguasai
Mesopotamia yang akhirnya melalui perjungannya bisa menduduki seluruk
Mesopotamia. Puncak kejayaan Assyria terdapat di pemerintahan Ashurbanipal,
tetapi setelah dia meninggal keruntuhan mulai terasa sampai pada saatnya
terjadi sebuah serangan dari Nabo-Palasar dan bangsa Madia dari Persia dan
dengan demikian tamatlah kerajaan Assyria yang telah 5 abad lamanya yang telah
memerintah dengan tangan besi dan dengan berbagai macam kekejaman.
Pada akhirnya kerajaan Assyria dibagi oleh kaum
penyerbu, Bangsa Madia mendapat bagian uatara yang kemudian bersama-sama dengan
Persia mendirikan kerajaan Persia. Bagian Selatan jatuh pada Nabo-Palasar yang
mendirikan kerajaan Babylonia Baru
Babylonia baru ini mengalami kebesaran kembali dibawah pemerintahan
Nebukadnezar. kebesaran Akkadia runtuh
dengan datangnya orang-orang Amoriah yang sama-sama Semit. Jadi Amoriah
merupakan kelompok kedua bangsa Semit yang berhasil merebut supremasi politik
di wilayah lembah Tigris dan Eufrat di bawah kepemimpinan Hammurabi (1792-1750
SM). Hammurabi dikeal sebagai penguasa Babylonia dan penguasa dunia terbesar
sepanjang sejarah kuno. Melalui sejumlah peperangan dan penaklukan, ia berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya. Setelah berhasil menyatukun seluruh wilayah
bekas kekuasaan Sumeria-Akkadia, dia menamakan negeri ini Babylonia.
Hamurabi adalah seorang administrator dan sekaligus
legislator yang ulung. Dia berhasil merumuskan dan mengkondifikasikan
hukum-hukum yang berlaku di Babylonia. Pada tahun 1901-1902, seorang ahli
arkeolog Perancis yang bernama M. De. Morgan menemukan susa‟ (sebuah lempengan
batu yang di atasnya bertuliskan hukum-hukum yang dirumuskan Hammurabi.
Lempengan ini lalu disebut sebagai kitab hukum tertua. Kitab hukum ini berisi
ketentuan mengenai hak-hak dan kewajiban seluruh warga masyarakat kerajaan
Babylonia. Prinsip hukum yang terdpat di dalamnya adalah “hukuman mata untuk
mata dan gigi untuk gigi”. Kitab hukum ini sangat besar pengaruhnya dalam
penyusunan hukum bangsa Romawi, sedang hukum bangsa Romawi merupakan dasar
penyususnan hukum bangsa Eropa modern.
Undang-undang Hamurabi ini menunjukkan adanya struktur pemerintahan.
Undang-undang ini diterapkan di sejumlah negara-kota Mesopotamia. Kira-kira
pertengahan abad ke-17 SM, Hamurabi mengumpulkan beberapa kode hukum yang ada,
kemudian dikompilasikan menjadi undangt-undang yang seragam dan digunakan di
seluruh wilayah Imperium Babilonia.
Sekalipun ada
beberapa hukum yang tidak cocok menurut ukuran manusia modern, karena
adanya perlakuan yang kasar terhadap hukum, namun undang-undang Hamurabi
merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan umat manusia. Dalam
perjalanannya, kerajaan Hammurabi terancam oleh orang-orang pegunungan di
Gutium. Hammurabi berusaha mencegah ancaman dari Gutium dengan cara menyerang,
namun strategi ini tidak efektif. Hanya sepeuluh tahun seusai
penaklukkan-penaklukkan Hamurabi, pada tahun kedelapan kekuasaan penerusnya,
Samsuilun (pada tahun 1743 SM), orang-orang barbar Kassite yang turun dari
Gutium untuk pertama kalinya melanggar batas Babylonia. Orang-orang barbar
Kassite tampaknya telah mendirikan rezim di Babylonia sekitar tahun 1732.
Setelah kematian Hammurabi, sejarah politik bangsa Babylonia tidak dikenal orang.
Suku-suku kecil kemudian menguasai wilayah ini secara bergantian, sampai pada
akhirnya seluruh wilayah ini ditaklukkan oleh bangsa Assyria.
2.7 Kondisi
Ekonomi Babylonia Lama
Berada di wilayah sungai Eufrat dan Trigis tiap
tahunnya dibanjiri air pegunungan yang mengandung banyak humus menjadikan
wilayah ini sangat subur. Mereka memanfaatkan kondisi ini untuk pertanian.
Mereka menggunakan sistem irigasi untuk mengairi lahan pertanian mereka seperti
pendahulunya yaitu bangsa Sumeria. Hasil pertanian berupa gandum, jerawut, dan
jelai. “Di zaman kuno kurang lebih 4000 th SM di situ sudah terdapat tanggul,
terusan, bendungan dan ini semua yang menjadikan majunya pertanian di negeri
Babilonia kuno” (Daldjoeni, 1982: 70)
Air sungai Tigris dan Euphrat memiliki kadar garam
yang sangat tinggi. Dengan letak di sekitar gurun pasir, maka air sungai mudah
menguap (Lutfi, 1999: 19-20). Uapan air sungai yang mengandung garam yang
tinggi menyebabkan tanah yang terkena endapan itu menjadi gersang. Untuk itulah
daerah ini diperlukan sistem irigasi dan drainase yang baik untuk mengatur
penguapan itu sehingga tidak mengendap di tanah pertanian. Cara yang dilakukan
adalah dengan memanfaatkan keadaan tanggul alam yang berupa lumpur di sekitar
aliran sungai Tigris dan Euphrat. Tanggul alam ini terjadi akibat banjir luapan
air sungai Euphrat dan Tigris yang membawa lumpur ke daratan. Lumpur yang
terbawa ini terus menumpuk sehingga mengakibatkan daratan di sekitar aliran
sungai menjadi lebih tinggi dari daratan disekitarnya menyerupai tanggul.
Tanggul inilah yang digunakan untuk
mengalirkan air sisa irigasi sehingga tidak menguap di atas permukaan lahan
pertanian. Untuk menghindari tanah gersang itu, maka penduduk membuat lubang
pada tanggul alam itu sehingga air cepat kembali ke sungai kembali sebelum
menguap (Lutfi, 1999: 19-20). Keadaan Banjir yang terus membawa endapan lumpur
ini menjadikan perubahan-perubahan pada bentuk aliran sungai. Sungai ini
semakin lama semakin dangkal oleh endapan lumpur. Babylonia memiliki sistem
pertanian yang baik.
Jika diperhatikan dari aktivitasnya
mereka termasuk masyarakat yang juga hidup dari perniagaan atau perdagangan.
Barang yang mereka perdagangkan berupa logam, perunggu ataupun timah putih dan
hitam, mereka juga terjun dalam perdagangan gandum, sutera, kayu manis, dan
hasil pertanian seperti gandum. Masyarkat Babylonia juga sudah menjalin
hubungan dengan Mesir dalam bidang perniagaan. Masyarakat Babylon juga mengenal
perternakan buktinya mereka banyak mempergunakan binatang sebagai alat
transportasi. Binatang yang dijadikan hewan peliharaan yaitu domba, kuda, dan
yang lainnya.
2.8 Sistem
Kepercayaan Babylonia Lama
Dalam
bidang religi, masyarakat Babylonia memiliki kepercayaan pada dewa kesuburan.
Hal ini memang dipengaruhi pada kondisi geografis yang subur. Pemujaan dan
penghormatan pada dewa kesuburan ditujukan agar wilayah mereka selalu dilimpahi
kesuburan. Dewa besar mereka adalah dewa Marduk. “Dewa tertinggi di Babilon
adalah Ilou, di Assyria, Assur. Tidak ada kuil dibangun untuknya, tiga dewa
berasal darinya : Anou, sang dewa penguasa kegelapan, di bawah sosok seorang
pria dengan kepala ikan dan ekor elang. Bel, sang dewa penguasa roh, direptesentasikan sebagai
raja di atas takhta. Nouah, sang dewa penguasa dunia yang terlihat” (Seignobos,
1912: 41). Mereka juga mengenal adanya mantra-mantra untuk mendatangkan roh-roh
atau digunakan untuk mengusir roh jahat. Seperti yang dipaparkan Seignobos
(1912: 44), salah satu mantar yang dilafalkan adalah “hika,hika,bescha,bescha (Begone! Begone! Buruk! Buruk!)”. Dari sinilah kemudian berkembang ilmu
astrologi dan ilmu sihir yang kemudian menyebar luas di wilayah Romawi hingga
Eropa.
2.9 Sistem pemerintahan
pada masa Babylonia.
Kota babylonia dibangun oleh bangsa amori dibawah
pimpinan sumuabum. Letak kota babylonia dekat dengan kota Kish. Bangsa amori
tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia. Raja yang terkenal dari kerajaan
babylonia lama ini adalah hamurabi (1750 SM). Raja hamurabi terkenal dengan
Hukum,yaitu hukum hamurabi. Pada masa pemerintah hamurabi, kekuasaan babylonia
terbentang dari teluk Persia sampai seberang wilayah turki sekarang dan dari
pegunungan zagros di timur sampai sungai khabur di siria. Tetapi, sepeninggal
hamurabi wilayah.
2.10 Sistem
kebudayaan pada masa Babylonia.
Kelimpahan tanah liat dan kurangnya bebatuan di
Babilonia menyebabkan besarnya produksi dan penggunaan bata yang terbuat dari
tanah liat. Kuil-kuil di Babilonia terbuat dari struktur batu bata mentah
sebagai penopangnya dan ada semacam saluran air untuk air hujan di kuil-kuil
tersebut. Salah satu saluran air di Ur, terbuat dari timah. Penggunaan bata
tanah liat ini menuntun ke awal perkembangan penggunaan pilaster dan kolom,
dibuatnya lukisan-likisan di dinding dan juga penggunaan ubin berenamel.
Dinding-dinding mulai diwarnai dengan berbagai berwarna dan kadang disepuh
dengan seng atau emas serta penggunaan ubin sebagai lantainya. Pewarnaan
terracotta di bagian atas kuil juga digunakan untuk pemlesterannya.Ada beberapa
hasil kebudayaan diberbagai bidang diantaranya :
·
Astronomi
Ada beberapa
dokumen kuno dari masa Babilonia Lama yang membahas tentang aplikasi matematika
untuk menghitung panjangnya periode siang hari selama tahun matahari. Segi
empat Astrolabe tertua yang ditemukan di catatan, tertanggal tahun 1100 sebelum
masehi. Mul-Apin sebuah catatan kuno yang berisi katalog bintang dan rasi
bintang dan juga skemanya untuk memprediksi waktu terbitnya matahari dan juga
tentang tata letak planet-planet, panjang waktu satu hari yang diukur dengan
jam air, Gnomon, bayangan dan juga sisipan-sisipan astronomi. Teks GU bangsa
Babilonia berisi tentang pengaturan letak bintang-bintang dalam suatu ‘string’
yang berada di sepanjang lingkaran deklinasi sehingga dapat dihitung ukurannya
serta interval waktunya, juga untuk menilik bintang zenith yang dipisahkan oleh
perbedaan yang terlihat.
·
Kedokteran
Catatan tertua
tentang ilmu kedokteran ditemukan pada abad ke-2 sebelum masehi saat dinasti
Babilonia pertama. Teks medis Babilonia yang terkenal luas berjudul Diagnostic
Handbook yang ditulis oleh seorang dokter bernama Esagil kin Apli dari Borsippa
pada masa pemerintahan Raja Adad Iddina Apla.
Bersama dengan
ilmu kedokteran kontemporer Mesir kuno, orang Babel memperkenalkan konsep
diagnosis, prognosis, pemeriksaan fisik dan pemberian resep. Selain itu, The
Diagnostic Handbook juga memperkenalkan metode terapi dan aetiologi serta
penggunaan empirisme, logika dan rasionalitas dalam hal diagnosis, prognosis
dan juga terapi. Catatan tersebut juga berisi daftar gejala-gejala medis dan
juga pengamatan empiris yang detail dengan aturan logika yang digunakan untuk
menggabungkan gejala yang diamati dari seorang pasien dengan diagnosis dan
prognosis.
The
Diagnostic Handbook ditulis berdasarkan
aksioma-aksioma dan juga asumsi-asumsi logis, termasuk pandangan moderen
tentang pemeriksaan dan pemeriksaan gejala pasien yang memungkinkan para dokter
mengetahui penyakit yang diderita oleh pasien, aetiologi dan perkembangannya
juga seberapa besar kemungkinan pemulihan pasien tersebut. Kemudian dalam
beberapa waktu, ilmu kedokteran Babel semakin menyerupai kedokteran Yunani
dalam banyak hal.
·
Sastra
Ada beberapa
perpustakaan yang di bangun di beberapa kota dan di dalam kuil, sebuah pepatah
Sumeria kuno menegaskan “dia yang akan unggul menjadi seorang ahli tulisan,
harus bangkit bersama fajar”. Ada banyak karya sastra dari Babilonia yang
terkenal di seluruh dunia. Yang paling terkenal adalah Epic of Gilgamesh yang
terangkum dalam 12 buku yang diterjemahkan dari bahasa Sumeria asli oleh Sin
Liqi Unninni yang disusun berdasarkan prinsip astronomi. Tiap divisi dari
buku-buku tersebut berisi cerita tentang petualangan Gilgamesh yang menjadi
tokoh sentral dari keseluruhan cerita.
2.11
Perbandingan peradaban Babylonia dan Sumeria.
PERBANDINGAN PERADABAN BERDASARKAN
KEADAAN SISTEM SOSIAL, POLITIK DAN EKONOMI
|
SUMERIA
|
BABYLONIA
|
|
SOSIAL
|
·
Pada
Bangunan umumnya
ditemukan kuil untuk pemujaan yang disebut ziggurat. Ziggurat berasal dari
kata zagaru yang artinya bangunan tinggi seperti gunung karena merupakan
menara bertingkat yang makin lama makin kecil.
·
Tulisan bangsa Sumeria disebut tulisan paku (cunei
form). Mereka menggunakan ± 350 tanda gambar dan setiap gambar merupakan satu
suku kata.Huruf-huruf itu dituliskan pada papan tanah liat yang
digoresi/ditulisi menggunakan karang yang keras dan berujung tajam.
|
·
Kelimpahan tanah liat dan kurangnya bebatuan di
Babilonia menyebabkan besarnya produksi dan penggunaan bata yang terbuat dari
tanah liat.
·
Penggunaan bata tanah liat ini menuntun ke
awal perkembangan penggunaan plaster
dan kolom, dibuatnya lukisan-likisan di dinding dan juga penggunaan ubin
berenamel. Dinding-dinding mulai diwarnai dengan berbagai berwarna dan kadang
disepuh dengan seng atau emas serta penggunaan ubin sebagai lantainya.
·
Ada beberapa perpustakaan yang di bangun di
beberapa kota dan di dalam kuil,dan terdapat banyak karya sastra dari
Babilonia yang terkenal di seluruh dunia.
·
Masyarakat Babylon merupakan
masyarakat yang mulai mengenal adanya perabotan dan peralatan dalam kehiudpan
mereka, semua bisa terlihat dari pembangunan kota Babylon yang indah
|
POLITIK
|
·
Bangsa sumeria mengembangkan pemerintahan yang
berpusat di kota Ur dekat muara sungai Eufrat
·
Penguasa memiliki kekuasaan yang sangat besar.
·
Selain sebagai kepala pemerintahan, raja juga
sebagai kepala agama sehingga raja disebut patesi (pendeta raja). Raja
bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat baik lahir maupun batin.
·
Raja harus mampu mengatur kehidupan ekonomi,
keamanan atau ketentraman, hukum dan peradilan serta kehidupan keagamaan.
Salah seorang patensi bernama Ur Nanshe.
|
·
Kota babylonia dibangun oleh bangsa amori dibawah
pimpinan sumuabum. Letak kota babylonia dekat dengan kota Kish.
·
Raja yang terkenal dari kerajaan babylonia lama
ini adalah hamurabi (1,750SM). Raja hamurabi terkenal dengan hukum yaitu
hukum hamurabi.
·
Pada masa pemerintahan hamurabi, kekuasaan
babylonia terbentang dari teluk Persia sampai seberang wilayah turki sekarang
dan dari pegunungan zagros di timur sampai sungai khabur di siria. Tetapi,
sepeninggal hamurabi wilayah
|
EKONOMI
|
·
Bangsa Sumeria mengembangkan kehidupannya sebagai petani, yaitu
dengan melanjutkan pertanian yang dilakukan oleh bangsa Ubaid.
|
·
Bangsa babylonia tidak hanya mengembangkan
pertanian sebagai mata pencaharian, Jika diperhatikan dari aktivitasnya
mereka termasuk masyarakat yang juga hidup dari perniagaan atau perdagangan.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asia
barat daya adalah salah satu kawasan yang kaya dengan sumber daya alam, maka tak
heran jika di kemudian hari di kawasan ini muncul suatu peradaban yang terdiri
dari berbagai corak. Peradaban yang ada di Asia Barat Daya kebanyakan adalah
peradaban yang bercorak sungai atau lembah, maksudnya peradaban tersebut
berdiri disekitar sungai dan lembah yang memang merupakan salah satu sumber
kehidupan mereka. Di Asia Barat daya pun muncul berbagai peradaban baik itu
peradaban Mesopotamia, Sumeria, Akadia sampai adanya peradaban Babylonia yang
terdiri dari dua periode.
Peradaban
Babylonia berdiri dalam dua periode dengan dua penguasa yang berbeda, periode
peradaban Babylonia Kuno atau lama diperintah oleh Hammurabi sedangkan
peradaban Babylonia Baru diperintah oleh Nebukadnezar. Kedua raja tersebut
memeiliki kekuatan yang sangat besar sehingga banyak yang bisa diunggulkan dari
peradaban babylonia ini, walalupun akhirnya hancur oleh kerajaan lainnya.
Babylonia baru pada masa Nebukadnezar ini merupakan kota yang sangat indah yang
dibangun dengan arsitektur yang sangat megah, dan tidak ada sebelumnya dan juga
belum tentu bisa ada yang meniru setelahnya.Peninggalan pada masa Babylonia
baru yang sangat terkenal adalah adanya Taman Gantung yang dikatakan sebagai
sebuah hadiah persembahan kepada istri Nebukadnezar, juga adanya Ziggurat dan
Menara Babel sebagai wujud persembahan mereka terhadap Tuhan yang mereka
percayai.
Peradaban
Babylonia ini adalah sebagain figur atau gambaran peradaban masa lalu yang
hebat yang bisa memberikan kontribusi terhadap peradaban masa kini. Banyak hal
yang bisa kita ambil dari sebuah peradaban baik itu kebudayaan ataupun hal-hal
yang bisa menjadikan pelajaran bagi kehidupan masyarakat pada masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
Michael,
Roaf. 1990. Culture Atlas Of Mesopotamia
And The Ancient Near East. New York: Oxford Ltd.
Iryadi,
Achmad. 2008. Pengantar Sejarah Asia
Barat Daya. Bandung: UPI Press.
Mudammad,
Ardison. 2010. Babylonia: Menyusuri Jejak
Kota Yang Hilang. Surabaya: Liris.
Koentrajaningrat.
2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/43194969/PENGARUH_GEOGRAFIS_DALAM_PERADABAN_BABILONIA.docx?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1549897015&Signature=nbgW1SWQsbbiFkbrYjpJz8kvTWQ%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DGeohistory_pengaruh_keadaan_geografis_te.docx
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/39590518/PERADABAN_KUNO_ASIA_DAN_AFRIKA_1.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1549978825&Signature=XBuijGlTkNMvaBM6VZinGNwGQj0%3D&response-content
disposition=inline%3B%20filename%3DPERADABAN_KUNO_ASIA_DAN_AFRIKA_1.pdf.pdf
Comments
Post a Comment