BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut.
Dengan begitu diharapkan masalah belajar yang dialami oleh siswa dapat segera diatasi. Dan membuat kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan dengan baik dan tidak terhambat lagi oleh masalah tersebut. Sehingga kami tertarik membuat makalah yang berjudul “Masalah atau Kesulitan Belajar.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut.
Dengan begitu diharapkan masalah belajar yang dialami oleh siswa dapat segera diatasi. Dan membuat kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan dengan baik dan tidak terhambat lagi oleh masalah tersebut. Sehingga kami tertarik membuat makalah yang berjudul “Masalah atau Kesulitan Belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian masalah atau kesulitan belajar?
Apa saja masalah yang dihadapi?
Apa saja masalah yang lebih kompleks itu?
Apa Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar?
Apa saja Prinsip-prinsip Diagnosis Kesulitan Belajar?
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar?
Bagaimana langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian masalah atau kesulitan belajar
Memahami berbagai masalah yang dihadapi
Untuk mengetahui masalah yang lebih kompleks
Untuk mengetahui pengertian diagnosis kesulitan belajar
Agar dapat memahami prinsip-prinsip diagnosis kesulitan belajar
Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar
Agar dapat mengetahui langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar
Apa pengertian masalah atau kesulitan belajar?
Apa saja masalah yang dihadapi?
Apa saja masalah yang lebih kompleks itu?
Apa Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar?
Apa saja Prinsip-prinsip Diagnosis Kesulitan Belajar?
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar?
Bagaimana langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian masalah atau kesulitan belajar
Memahami berbagai masalah yang dihadapi
Untuk mengetahui masalah yang lebih kompleks
Untuk mengetahui pengertian diagnosis kesulitan belajar
Agar dapat memahami prinsip-prinsip diagnosis kesulitan belajar
Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar
Agar dapat mengetahui langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah atau Kesulitan Belajar
Menurut Prayitno (2002), Masalah belajar adalah hal-hal yang dapat menggangu proses belajar dan hasil belajar, Menurut Juantika (2010) masalah adalah sesuatu keadaan yang tidak dikehendaki atau disukai sehingga menghambat perkembangan seseorang dan menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain dan perlu diselesaikan, adapun beberapa jenis masalah belajar yakni masalah motivasi belajar, masalah keterampilan belajar, masalah sikap dan kebiasaan belajar, masalah pendidikan dan kemampuan belajar yang rendah, minat belajar yang rendah, tidak berbakat pada pelajaran tertentu, pelilaku mal adaptif dalam belajar. Zulfan S & Elni Yakub. Jadi dapat dikatakan masalah belajar adalah suatu hal yang terjadi dalam proses belajar, yang mengganggu proses belajar sehingga kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu seorang pendidik harus memahami masalah belajar atau kesulitan belajar pada peserta didiknya agar kegiatan belajar peserta didik berjalan dengan lancar dan peserta didik mampu menerima materi pelajaran dengan baik.
Menurut Ismail, kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar semestinya karena ada gangguan tertentu. Sedangkan masalah belajar timbul pada siswa bersumber pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi dan kondisi serta keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa seperti lingkungan, ekonomi keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Kesulitan belajar atau masalah belajar pada siswa harus diatasi sedini mungkin sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu dilakukan diagnosa dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. (Maskun dan Valensy, 2018).
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah atau Kesulitan Belajar
Menurut Prayitno (2002), Masalah belajar adalah hal-hal yang dapat menggangu proses belajar dan hasil belajar, Menurut Juantika (2010) masalah adalah sesuatu keadaan yang tidak dikehendaki atau disukai sehingga menghambat perkembangan seseorang dan menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain dan perlu diselesaikan, adapun beberapa jenis masalah belajar yakni masalah motivasi belajar, masalah keterampilan belajar, masalah sikap dan kebiasaan belajar, masalah pendidikan dan kemampuan belajar yang rendah, minat belajar yang rendah, tidak berbakat pada pelajaran tertentu, pelilaku mal adaptif dalam belajar. Zulfan S & Elni Yakub. Jadi dapat dikatakan masalah belajar adalah suatu hal yang terjadi dalam proses belajar, yang mengganggu proses belajar sehingga kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu seorang pendidik harus memahami masalah belajar atau kesulitan belajar pada peserta didiknya agar kegiatan belajar peserta didik berjalan dengan lancar dan peserta didik mampu menerima materi pelajaran dengan baik.
Menurut Ismail, kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar semestinya karena ada gangguan tertentu. Sedangkan masalah belajar timbul pada siswa bersumber pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi dan kondisi serta keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa seperti lingkungan, ekonomi keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Kesulitan belajar atau masalah belajar pada siswa harus diatasi sedini mungkin sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu dilakukan diagnosa dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. (Maskun dan Valensy, 2018).
2.2 Berbagai Masalah Yang Dihadapi
Dapat kita duga banyaknya masalah yang dihadapi dalam menjalankan pembaharuan dalam rangka yang luas diantaranya :
Bagaimana melalui pembaharuan itu, apakah sebagai pilot project, pada suatu jurusan tertentu untuk kemudian diperluas kejurusan yang lain ataukah dimulai dengan mengadakan latihan in-service kepada seluruh staf pengajar secara suka rela, ataukah dengan mendidik pembimbing yang member penerangan kepada siswa maupun stap pengajar tentang gaya belajar dan implikasinya, ataukah dengan mengadakan workshop atau lokakarya unyuk menguasai cara pelaksanaanaya
Bagaimana mengadakan perencanaanya mengenai proses pembaharuan itu dan yang bertalian dengan itu antara lain
Menyusun program,tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa ,penilaiaanya dan sebagainya
Bentuk-Bentuk belajar-mengajar seperti perkuliahan, kegiatan kelompok pelajaran individual menurut kecepatan masing-masing dengan dengan penilaian sendiri oleh para siswa dengan menyediakan hardware serta soft warenya
Mengatur tempat belajar untuk kelompok besar,kelompok sedang ,kelompok kecil, untuk belajar individual, seminar,dan testing
Mereorganisasi jadwal waktu,menentukan waktu untuk tiap program /dengan tingkat keberhasilan tertentu, mengubah system semester untuk menyesuaikannya dengan kecepatan belajar individual
Mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis yang membimbing siswa dalam cara belajar yang efektif menurut gaya belajar masing–masing, menyusun silabus dan petunjuk belajar
Menentukan system insentif untuk mereka yang member waktu dan tenaga khusus bagi pembaharuan, karena biasanya kebanyakan staf pengajar tidak berminat dan tidak turut aktif dalam pembaruan karena tidak mendapatkan penghargaan
Menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif yang serasi bagi pembaharuan
Memperbaharui management untuk memperlancar pembaruan ,melatih stap pengajar dan administrasi
Koordinasi program mengenai bidang akademis, pembiayaan,staf pengajar,administrasi,fasilitas dan lain-lain
Mengatur system komunikasi antara berbagai unit ,antara kepala lembaga dengan administrasi,staf,para siswa,unit fasilitas dengan staf pengajar ,dan sebagainya .
Setiap pembaharuan merupakan uasaha yang kompleks dan multidimensional .berbagai kesulitan harus diatasi yang memerlukan banyak pemikiran,biaya,waktu dan frustasi .mengadakan pembaharuan secara individual dan terbatas lebih mudah daripada pembaharuan pada skala institusional. kesulitan dihadapi ,karena dalam lembaga pendidikan sering tidak terdapat suatu kebetulan dalam metode dan pendekatan mengajar-belajar .tiap pengajar memberi pelajaran menurut selera masing-masing .kepentingan pribadi pengajar sering merupakan halangan kearah perubahan dam pembaruan .maka itu diperlukan administrator damn pemimpin pendidikan yang terampil dan mampu meniadakan konflik dan pertentangan serta menggembleng segala tenaga dalam usaha mewujudkan perubahan dan pembaruan pendidikan. (Nasution, 2011)
2.3 Masalah Yang Lebih Kompleks
(1) Masalah Intelligensi
Pada umumnya kondisi intellegensi termasuk ke dalam sebab-sebab kesulitan yang “sukar dapat dibetulkan”. Jika memperkirakan dengan kuat bahwa sebab kesulitan seorang anak terletak pada intelligensinya, dan test intelligensi yang cukup baik memang tersedia serta penyuluh pendidikan atau guru penyuluh yang bersangkutan memang mampu mempergunakan test itu dengan tepat, sebaiknya anak itu ditest intelligensinya. Dengan demikian kita akan benar-benar mengetahui kapasitas intelligensi anak itu.
Dapat kita duga banyaknya masalah yang dihadapi dalam menjalankan pembaharuan dalam rangka yang luas diantaranya :
Bagaimana melalui pembaharuan itu, apakah sebagai pilot project, pada suatu jurusan tertentu untuk kemudian diperluas kejurusan yang lain ataukah dimulai dengan mengadakan latihan in-service kepada seluruh staf pengajar secara suka rela, ataukah dengan mendidik pembimbing yang member penerangan kepada siswa maupun stap pengajar tentang gaya belajar dan implikasinya, ataukah dengan mengadakan workshop atau lokakarya unyuk menguasai cara pelaksanaanaya
Bagaimana mengadakan perencanaanya mengenai proses pembaharuan itu dan yang bertalian dengan itu antara lain
Menyusun program,tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa ,penilaiaanya dan sebagainya
Bentuk-Bentuk belajar-mengajar seperti perkuliahan, kegiatan kelompok pelajaran individual menurut kecepatan masing-masing dengan dengan penilaian sendiri oleh para siswa dengan menyediakan hardware serta soft warenya
Mengatur tempat belajar untuk kelompok besar,kelompok sedang ,kelompok kecil, untuk belajar individual, seminar,dan testing
Mereorganisasi jadwal waktu,menentukan waktu untuk tiap program /dengan tingkat keberhasilan tertentu, mengubah system semester untuk menyesuaikannya dengan kecepatan belajar individual
Mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis yang membimbing siswa dalam cara belajar yang efektif menurut gaya belajar masing–masing, menyusun silabus dan petunjuk belajar
Menentukan system insentif untuk mereka yang member waktu dan tenaga khusus bagi pembaharuan, karena biasanya kebanyakan staf pengajar tidak berminat dan tidak turut aktif dalam pembaruan karena tidak mendapatkan penghargaan
Menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif yang serasi bagi pembaharuan
Memperbaharui management untuk memperlancar pembaruan ,melatih stap pengajar dan administrasi
Koordinasi program mengenai bidang akademis, pembiayaan,staf pengajar,administrasi,fasilitas dan lain-lain
Mengatur system komunikasi antara berbagai unit ,antara kepala lembaga dengan administrasi,staf,para siswa,unit fasilitas dengan staf pengajar ,dan sebagainya .
Setiap pembaharuan merupakan uasaha yang kompleks dan multidimensional .berbagai kesulitan harus diatasi yang memerlukan banyak pemikiran,biaya,waktu dan frustasi .mengadakan pembaharuan secara individual dan terbatas lebih mudah daripada pembaharuan pada skala institusional. kesulitan dihadapi ,karena dalam lembaga pendidikan sering tidak terdapat suatu kebetulan dalam metode dan pendekatan mengajar-belajar .tiap pengajar memberi pelajaran menurut selera masing-masing .kepentingan pribadi pengajar sering merupakan halangan kearah perubahan dam pembaruan .maka itu diperlukan administrator damn pemimpin pendidikan yang terampil dan mampu meniadakan konflik dan pertentangan serta menggembleng segala tenaga dalam usaha mewujudkan perubahan dan pembaruan pendidikan. (Nasution, 2011)
2.3 Masalah Yang Lebih Kompleks
(1) Masalah Intelligensi
Pada umumnya kondisi intellegensi termasuk ke dalam sebab-sebab kesulitan yang “sukar dapat dibetulkan”. Jika memperkirakan dengan kuat bahwa sebab kesulitan seorang anak terletak pada intelligensinya, dan test intelligensi yang cukup baik memang tersedia serta penyuluh pendidikan atau guru penyuluh yang bersangkutan memang mampu mempergunakan test itu dengan tepat, sebaiknya anak itu ditest intelligensinya. Dengan demikian kita akan benar-benar mengetahui kapasitas intelligensi anak itu.
(2) Masalah Penglihatan dan/atau Pendengaran
Keslitan pengelihatan dan/atau pendengaran dapat merupakan kelemahan yang masih dapat diobati ataupun tidak dapat diobati lagi. Sakit atau gangguan mata dan/atau telinga yang ringan dapat berfungsi secara normal kembali. Gangguan pengelihatan yang bersifat optis dapat dibantu dengan penggunaan kaca mata dengan ukuran yang cocok. Gangguan yang bersifat biologis (seperti terus-menerus berair, juling dan lain-lain) dapat dibetulkan dengan jalan operasi. Kelemahin telinga yang tidak dapat diobati lagi dapat dibantu dengan alat pembantu pendengaran.
(3) Masalah Perseptual
Usaha-usaha yang bertujuan memperbaiki lingkungan dan penyajian teknik-teknik mengajar yang tepat paa umumnya dapat mengarahkan peningkatan pengembangan intelligensi an khusus meningkatkan efektivitas fungsional alat-alat indera untuk menghasilkan persepsi-persepsi yang matang dan mantap.
(4) Masalah Gizi
Mengenai makanan mungkin masalahnya terletak dalam lingkungan rumah tangga mungkin juga terletak pada diri anak yang bersangkutan. Bagaimanapun juga guru dan/atau penyuluh pendidikan perlu mengetahui kondisi makan dari anak yang bermasalah itu. Dalam hal makan yang terpenting adalah mutu atau gizinya bukan harganya.
(5) Masalah Minuman Keras dan Narkotik
Masalah minuman keras, narkotik, ganja, dan sebagainya di Indonesia pada umumnya belum meluas. Anak-anak yang mengenalnyapun masih terbatas di kota-kota besar dan anak-anakdari keluarga-keluarga tertentu saja. Sebagian terbesar anak-anak belum secara langsung menghayati wujud minuman keras, narkotik, ganja dan sebagainya. Namun rasanya sebagian besar anak-anak itu pernah diberi tahu tentang bahaya benda-benda maksiat itu. Usaha yang secara berlebih-lebihan menakut-nakuti anak tentang bahaya benda-benda itu tanpa disertai penghayatan yang rasionil dikhawatirkan justru akan menimbulkan hasrat ingin tahu yang besar. Kalau hasrat ingin tahu ini tidak tersalurkan dengan baik ia akan mengendap-ngendap mencari penyaluran secara gelap. Anak-anak keperti ini akan menjadi mangsa yang mudah bagi kawannya yang memang sudah kecanduan. Mereka ingin tahu ingin mencoba, mencoba lagi dan akhimya kecanduan. Dalam hal ini guru penyuluh pendidikan hams waspada sejak awalnya. Orientasi dan penghayatan yang rasionil tentang bahaya minuman keras, ganja, narkotik dan sebagainya harus diberikan sejak awal. Sediakanlah bacaan-bacaan yang menyangkut bahan-bahan yang berbahaya itu tunjukkan secara visuil akibat-akibat yang ditimbulkannya; dan kalau mungkin (khususnya untuk anak-anak yang sudah mulai kejangkitan minuman/bahan yang berbahaya-itu) melihat secara langsung anak ataupun orang lain yang sedang menderita sebagai akibat kecanduan bahan itu.
Keslitan pengelihatan dan/atau pendengaran dapat merupakan kelemahan yang masih dapat diobati ataupun tidak dapat diobati lagi. Sakit atau gangguan mata dan/atau telinga yang ringan dapat berfungsi secara normal kembali. Gangguan pengelihatan yang bersifat optis dapat dibantu dengan penggunaan kaca mata dengan ukuran yang cocok. Gangguan yang bersifat biologis (seperti terus-menerus berair, juling dan lain-lain) dapat dibetulkan dengan jalan operasi. Kelemahin telinga yang tidak dapat diobati lagi dapat dibantu dengan alat pembantu pendengaran.
(3) Masalah Perseptual
Usaha-usaha yang bertujuan memperbaiki lingkungan dan penyajian teknik-teknik mengajar yang tepat paa umumnya dapat mengarahkan peningkatan pengembangan intelligensi an khusus meningkatkan efektivitas fungsional alat-alat indera untuk menghasilkan persepsi-persepsi yang matang dan mantap.
(4) Masalah Gizi
Mengenai makanan mungkin masalahnya terletak dalam lingkungan rumah tangga mungkin juga terletak pada diri anak yang bersangkutan. Bagaimanapun juga guru dan/atau penyuluh pendidikan perlu mengetahui kondisi makan dari anak yang bermasalah itu. Dalam hal makan yang terpenting adalah mutu atau gizinya bukan harganya.
(5) Masalah Minuman Keras dan Narkotik
Masalah minuman keras, narkotik, ganja, dan sebagainya di Indonesia pada umumnya belum meluas. Anak-anak yang mengenalnyapun masih terbatas di kota-kota besar dan anak-anakdari keluarga-keluarga tertentu saja. Sebagian terbesar anak-anak belum secara langsung menghayati wujud minuman keras, narkotik, ganja dan sebagainya. Namun rasanya sebagian besar anak-anak itu pernah diberi tahu tentang bahaya benda-benda maksiat itu. Usaha yang secara berlebih-lebihan menakut-nakuti anak tentang bahaya benda-benda itu tanpa disertai penghayatan yang rasionil dikhawatirkan justru akan menimbulkan hasrat ingin tahu yang besar. Kalau hasrat ingin tahu ini tidak tersalurkan dengan baik ia akan mengendap-ngendap mencari penyaluran secara gelap. Anak-anak keperti ini akan menjadi mangsa yang mudah bagi kawannya yang memang sudah kecanduan. Mereka ingin tahu ingin mencoba, mencoba lagi dan akhimya kecanduan. Dalam hal ini guru penyuluh pendidikan hams waspada sejak awalnya. Orientasi dan penghayatan yang rasionil tentang bahaya minuman keras, ganja, narkotik dan sebagainya harus diberikan sejak awal. Sediakanlah bacaan-bacaan yang menyangkut bahan-bahan yang berbahaya itu tunjukkan secara visuil akibat-akibat yang ditimbulkannya; dan kalau mungkin (khususnya untuk anak-anak yang sudah mulai kejangkitan minuman/bahan yang berbahaya-itu) melihat secara langsung anak ataupun orang lain yang sedang menderita sebagai akibat kecanduan bahan itu.
(6) Masalah Kelelahan
Pada umumnya anak-anak muda jarang sekali mengalami keclahan. Anak muda biasanya vitalitas dan daya tahannya besar. Kelelahan dapat terjadi jika anak yang bersangkutan melakukan sesuatu secara berlebih-lebihan. Kegiatan yang berlebih-lebihan ini pada umumnya bersumber pada kehidupan yang kurang teratur. Dalam hal ini penyuluh oleh penyuluh diperlukan. Kelelahan yang disebabkan oleh penyakit biasanya bersifat sementara dan sebabnyaa terletak pada tidak dipraktekannya hidup sehat atau keadaan biologis/fisis tertentu. Keadaan terakhir ini memerlukan bantuan dokter.
(7) Masalah Harapan Orang Tua
Adalah wajar bila orang tua mempunyai harapan dan cita-cita besar terhadap anaknya. Namun harapan dan cita-cita ini kadang-kadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Disamping itu pandangan-pandangan tertentu yang berkembang di dalam masyarakat sering kali menghanyutkan orang tua dan anak-anak untuk mempunyai harapan dan cita-cita yang tidak berpedoman dengan kemampuan yang ada.
(8) Masalah Disharmoni dalam Keluarga
Masalah konflik dalam keluarga telah dibahaswaktu kita membahas anak yang hiperaktif. Harap anda perhatikan kembali khususnya kemungkinan implikasinya terhadap Sutejo.
(9) Masalah Penguasaan Materi Pelajaran
Kekurangan mantapan dalam penguasaan materi pelajaran secara berurutan mungkin sebab utamanya terletak pada masalah perseptual seperi tercantum pada nomor 3 di atas. Sebab yang paling mungkin terletak pada susunan materi pelajaran itu sendiri sebagaimana tercantum di dalam silabus kurikulum, atau setidak-tidaknya mungkin urutan bahan-bahan yang disajikan oleh guru tidak sistimatis atau melonacat-loncat.
(10) Masalah Minat
Minat yang kurang mengakibatkan kurangnya intensitas kegiatan. Kurangnya intensitas kegiatan ini menimbulkan hasil yang kurang pula. Sebaliknya hail yang kurang dapat pula mengakibatkan berkurangnya minat terhadap hal itu. Memang jarang benarkita jumpai murid yang menaruh minat sama-sama besar terhadap semua pelajaran yang diberikan di sekolah. Pada umumnya murid-murid menaruh minat besar pada pelajaran tertentu saja, agak berminat untuk pelajaran yang lain dan pelajaran sisanya adalah termsuk yang kurang diminati. (Koestoer Partowisastro, 1979)
2.4 Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Adalah wajar bila orang tua mempunyai harapan dan cita-cita besar terhadap anaknya. Namun harapan dan cita-cita ini kadang-kadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Disamping itu pandangan-pandangan tertentu yang berkembang di dalam masyarakat sering kali menghanyutkan orang tua dan anak-anak untuk mempunyai harapan dan cita-cita yang tidak berpedoman dengan kemampuan yang ada.
(8) Masalah Disharmoni dalam Keluarga
Masalah konflik dalam keluarga telah dibahaswaktu kita membahas anak yang hiperaktif. Harap anda perhatikan kembali khususnya kemungkinan implikasinya terhadap Sutejo.
(9) Masalah Penguasaan Materi Pelajaran
Kekurangan mantapan dalam penguasaan materi pelajaran secara berurutan mungkin sebab utamanya terletak pada masalah perseptual seperi tercantum pada nomor 3 di atas. Sebab yang paling mungkin terletak pada susunan materi pelajaran itu sendiri sebagaimana tercantum di dalam silabus kurikulum, atau setidak-tidaknya mungkin urutan bahan-bahan yang disajikan oleh guru tidak sistimatis atau melonacat-loncat.
(10) Masalah Minat
Minat yang kurang mengakibatkan kurangnya intensitas kegiatan. Kurangnya intensitas kegiatan ini menimbulkan hasil yang kurang pula. Sebaliknya hail yang kurang dapat pula mengakibatkan berkurangnya minat terhadap hal itu. Memang jarang benarkita jumpai murid yang menaruh minat sama-sama besar terhadap semua pelajaran yang diberikan di sekolah. Pada umumnya murid-murid menaruh minat besar pada pelajaran tertentu saja, agak berminat untuk pelajaran yang lain dan pelajaran sisanya adalah termsuk yang kurang diminati. (Koestoer Partowisastro, 1979)
2.4 Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis dapat diartikan sebagai:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis, secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.(H.M.Sattu Alang, 2015)
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis, secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.(H.M.Sattu Alang, 2015)
2.5 Prinsip-prinsip Diagnosis Kesulitan Belajar
Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Terarah pada Perumusan Metode Perbaikan
Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial.
b. Diagnosis Harus Efisien
Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjenuhkan, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan belajar peserta didik.
c. Penggunaan Catatan Kumulatif
Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan peserta didik disekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam perbaikan belajar. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar peserta
didik.
d. Valid dan Reliable
Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrument tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable).
a. Terarah pada Perumusan Metode Perbaikan
Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial.
b. Diagnosis Harus Efisien
Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjenuhkan, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan belajar peserta didik.
c. Penggunaan Catatan Kumulatif
Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan peserta didik disekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam perbaikan belajar. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar peserta
didik.
d. Valid dan Reliable
Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrument tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable).
e. Penggunaan Tes Baku
Tes baku adalah tes yang telah di kalibrasi, yaitu tes yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis, terutama tes intelegensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang langkah, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar.
f. Penggunaan Prosedur Informal
Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat dan efisien, penggunaan proseur informal sering memberikan manfaat yang bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terikat secara kaku oleh tes baku.
g. Kuantitatif
Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga skor-skor dapat dibandingkan.
h. Diagnosis Dilakukan Secara Berkesinambungan
Kadang-kadang peserta didik gagal mencapai tujuan dari perbaikan belajar yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini, perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program perbaikan yang lebih efektif dan efisien. Suatu program perbaikan belajar yang berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi program perbaikan belajar.(H.M.Sattu Alang, 2015)
Tes baku adalah tes yang telah di kalibrasi, yaitu tes yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis, terutama tes intelegensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang langkah, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar.
f. Penggunaan Prosedur Informal
Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat dan efisien, penggunaan proseur informal sering memberikan manfaat yang bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terikat secara kaku oleh tes baku.
g. Kuantitatif
Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga skor-skor dapat dibandingkan.
h. Diagnosis Dilakukan Secara Berkesinambungan
Kadang-kadang peserta didik gagal mencapai tujuan dari perbaikan belajar yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini, perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program perbaikan yang lebih efektif dan efisien. Suatu program perbaikan belajar yang berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi program perbaikan belajar.(H.M.Sattu Alang, 2015)
2.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Penyebab pertama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problematika belajar adalah faktor eksternal, misalnya strategi pembelajaran yang tidak cocok, pembelajaran yang kurang membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan sebagainya.
A. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar seseorang. Faktor internal meliputi:
1) Faktor Jasmaniah meliputi, faktor kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor Psikologis:
a) Intelegensi
Intelegensi berasal dari kata intelligere berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain. Intelegensi adalah salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil tidaknya peserta didik.
b) Perhatian
Seorang guru harus menyajikan materi pembelajaran yang menarik pehatian peserta didik. Jika pembelajarannya kurang menarik, maka timbullah rasa bosan, malas, dan akhirnya prestasi belajar peserta didik menurun.
c) Minat
Minat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai sesuatu kemudian dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
d) Motivasi
Motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai proses belajarnya. Proses pembelajaran dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya matang.
A. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar seseorang. Faktor internal meliputi:
1) Faktor Jasmaniah meliputi, faktor kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor Psikologis:
a) Intelegensi
Intelegensi berasal dari kata intelligere berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain. Intelegensi adalah salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil tidaknya peserta didik.
b) Perhatian
Seorang guru harus menyajikan materi pembelajaran yang menarik pehatian peserta didik. Jika pembelajarannya kurang menarik, maka timbullah rasa bosan, malas, dan akhirnya prestasi belajar peserta didik menurun.
c) Minat
Minat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai sesuatu kemudian dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
d) Motivasi
Motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai proses belajarnya. Proses pembelajaran dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya matang.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan meliputi kondisi-kondisi dunia dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar peserta didik di sekolah. Faktor eksternal dibagi 3 yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Karena dilingkungan keluargalah anak pertama-tama memperoleh kesempatan untuk belajar dan menghayati pertemuan-pertemuan dengan sesame manusia. Hal yang berkaitan dengan faktor ini adalah cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungsn kedua setelah lungkungan keluarga. Dalam lingkungan sekolah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi balajar peserta didik diantaranya, pemilihan metode mengajar yang tepat, kurikulum, hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, alat pendidikan, kondisi gedung dan lain sebagainya yang ikut mempengaruhi proses belajar peserta didik.
3) Faktor Masyarakat
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang terbesar. Lingkungan masyarakat memberi pengaruh terhadap siswa karena keberadaannya dalam lingkungan ini. Faktor-faktornya antara lain, aktivitas dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.(H.M.Sattu Alang, 2015)
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Lingkungan meliputi kondisi-kondisi dunia dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar peserta didik di sekolah. Faktor eksternal dibagi 3 yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Karena dilingkungan keluargalah anak pertama-tama memperoleh kesempatan untuk belajar dan menghayati pertemuan-pertemuan dengan sesame manusia. Hal yang berkaitan dengan faktor ini adalah cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungsn kedua setelah lungkungan keluarga. Dalam lingkungan sekolah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi balajar peserta didik diantaranya, pemilihan metode mengajar yang tepat, kurikulum, hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, alat pendidikan, kondisi gedung dan lain sebagainya yang ikut mempengaruhi proses belajar peserta didik.
3) Faktor Masyarakat
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang terbesar. Lingkungan masyarakat memberi pengaruh terhadap siswa karena keberadaannya dalam lingkungan ini. Faktor-faktornya antara lain, aktivitas dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.(H.M.Sattu Alang, 2015)
2.7 Langkah-langkah Melakukan Diagnosis Kesulitan Belajar
Untuk melakukan kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus ditempuh beberapa tahapan kegiatan. Tahapan tersebut meliputi :
Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Melokasikan kesulitan belajar.
Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.
Memperkirakan alternatif bantuan.
Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya.
Tindak lanjut.
Untuk melakukan kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus ditempuh beberapa tahapan kegiatan. Tahapan tersebut meliputi :
Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Melokasikan kesulitan belajar.
Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.
Memperkirakan alternatif bantuan.
Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya.
Tindak lanjut.
Kemudian diagnosa kesulitan belajar dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik yang dapat digunakan guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, persyaratan keterampilan), tes diagnostik, wawancara dan pengamatan. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar siswa. (Maskun dan Valensy, 2018)
Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar siswa. (Maskun dan Valensy, 2018)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu hal yang terjadi dalam proses belajar, yang mengganggu proses belajar sehingga kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. sedangkan kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar semestinya karena ada gangguan teretentu.
Masalah belajar timbul pada siswa bersumber pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi dan kondisi serta keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa seperti lingkungan, ekonomi keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Kesulitan belajar atau masalah belajar pada siswa harus diatasi sedini mungkin sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu dilakukan diagnosa dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar juga harus ditempuh dengan tahapan kegiatan seperti, Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar, Melokasikan kesulitan belajar, Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar, Memperkirakan alternatif bantuan, Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya dan Tindak lanjut..
Kemudian diagnosa kesulitan belajar dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu hal yang terjadi dalam proses belajar, yang mengganggu proses belajar sehingga kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. sedangkan kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar semestinya karena ada gangguan teretentu.
Masalah belajar timbul pada siswa bersumber pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi dan kondisi serta keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa seperti lingkungan, ekonomi keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Kesulitan belajar atau masalah belajar pada siswa harus diatasi sedini mungkin sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik. Maka perlu dilakukan diagnosa dari pelaksanaan diagnosis ini membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Langkah-langkah melakukan diagnosis kesulitan belajar juga harus ditempuh dengan tahapan kegiatan seperti, Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar, Melokasikan kesulitan belajar, Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar, Memperkirakan alternatif bantuan, Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya dan Tindak lanjut..
Kemudian diagnosa kesulitan belajar dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes.
3.2 Saran
Sebaiknya bagi para pembaca agar tidak terpaku oleh makalah ini saja, sehingga semakin banyak referensi membuat pengetahuan dan pemahaman materi ini semakin luas dan dengan adanya makalah ini menjadikan solusi yang dapat digunakan atau diterapkan untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa.
Sebaiknya bagi para pembaca agar tidak terpaku oleh makalah ini saja, sehingga semakin banyak referensi membuat pengetahuan dan pemahaman materi ini semakin luas dan dengan adanya makalah ini menjadikan solusi yang dapat digunakan atau diterapkan untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Maskun dan Valensy Rachmedita. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Partowisastro, Koester. 1979. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga Jakarta.
Alang, Sattu. 2015. Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Partowisastro, Koester. 1979. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga Jakarta.
Alang, Sattu. 2015. Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Comments
Post a Comment