Skip to main content

PENGENALAN MESIN PENGERING TIPE SILINDER VERTIKAL


I.                   PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan).pertama panas harus
ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air ,uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini menyangkut aliran fluida dimana cairan harus di transfer
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapakan air dan air harus terdifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan dan cara pemanasan yang digunakan.

Pengeringan bermanfaat untuk melindungi pangan yang mudah rusak.  Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan sehingga biaya pengangkutan dan penyimpanan rendah. Pengeringan juga memudahkan penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi pengeringan. Pengeringan produk pertanian bertujuan untuk mengurangi kandungan airnya, agar tidak terjadi kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme.

Di Indonesia, pengeringan masih dilakukan dengan memanfaatkan tenaga matahari. Namun, cara ini sangat tergantung pada musim, waktu, tenaga kerja yang banyak, dan tempat yang luas. Penggunaan alat pengering buatan adalah untuk menghindari kelemahan yang ada pada pengeringan alami (penjemuran). Pengeringan buatan dilakukan melalui pemberian panas yang relatif konstan terhadap produk pertanian, dengan pengeringan buatan diharapkan kandungan air mula-mula sekitar 30 % akan turun sedemikian rupa hingga mencapai kadar air 12 - 16 %. Pada kadar air tersebut, biji-bijian telah cukup siap untuk pengolahan Iebih lanjut (penggilingan) ataupun untuk penyimpanan. Oleh karena pengeringan masih tergantung terhadap matahari dan cuaca, maka dari itu pengeringan buatan yang akan digunakan pada praktikum kali ini ialah mesin pengering silinder vertikal.

1.2              Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mesin pengering pada pengeringan bahan hasil pertanian.
2. Untuk mengetahui prinsip pengeringan.
3. Untuk mengetahui prinsip mesin pengering tipe silinder vertical.









II.        TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jagung

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena(Hanafri, 2006).

Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia. Jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di bidang biologi dan pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari(Hanafri, 2006).

Kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman yang penting, sebagai sumber makanan dan obat. Penanganan pasca panen jagung yaitu pengeringan sangat menentukan kualitas jagung untuk penggunaan selanjutnya. Maka digunakan mesin pengering silinder vertikal untuk mengeringkan jagung tersebut(Hanafri, 2006).


2.2. Gabah

Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa. Perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan(Taib, 1988).

Berbicara tentang perberasan tentu kita akan teringat bagaimana cara meningkatkan produksi beras untuk mencukupi kebutuhan pangan. Ada banyak faktor dalam meningkatkan produksi beras. Salah satu faktor yang mendukung kegaiatan perberasan adalah penanganan pasca panen terhadap gabah yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan produksi. Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air gabah sampai 13-14% untuk penyimpanan jangka panjang(Hanafri, 2006).


2.3. Pengeringan

Pengeringan adalah proses perpindahan massa air atau pelarut lainnya dari suatu zat padat atau semi padat dengan menggunakan penguapan. Proses ini seringkali merupakan tahap akhir proses prduksi sebelum dikemas atau dijual ke konsumen. Benda yang telah dikeringkan akan menjadi benda yang padat dalam wujud bubuk (misal susu bubuk) maupun potongan besar (misal, kayu) meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi padat (misal keju "hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas dibutuhkan dalam pengeringan(Setijahartini, 1985).

Bahan pangan dikeringkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memperlambat pembusukan. Tingkat pengawetan makanan dari proses pengeringan sangat bergantung pada jenis produk; meski kadar air sudah tidak ada, namun keberadaan lemak dan protein masih mampu menghidupi bakteri. Produk seperti susu bubuk harus dikeringkan hingga ke kadar air yang sangat rendah untuk mencegah susu bubuk menjadi lengket dalam penanganannya, dan kadar air ini jauh lebih rendah dari kebutuhan dalam mencegah pertumbuhan bakteri. Bahan lain, seperti biskuit dikeringkan hingga mencapai tingkat kerenyahan yang disukai oleh konsumen. Kayu dikeringkan untuk mencegah pelapukan, memperingan, dan memperkuat kayu( Setijahartini, 1985).


2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

       A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.

C. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.

E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Taib, 1988).









III.       METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat 5 Oktober 2018 pukul 07.30-09.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian ,Fakultas Pertanian. Universitas Lampung


3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis untuk mencatat penjelasan tentang rangka mesin pengering tipe silinder vertikal.


3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini yaitu:

1. Disiapkan alat dan bahan praktikum
2. Didengarkan penjelasan asisten terkait komponen mesin pengering tipe silinder vertikal.
3. Didengarkan penjelasan asisten terkait prinsip kerja mesin pengering tipe silinder vertikal.
4. Dicatat semua kegiatan praktikum
5. Hasil.









IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan


Gambar 1. Alat Pengering Silinder Vertikal

Tabel 1. Bagian Komponen Alat Pengering Silinder Vertikal

Komponen
Fungsi
Ruang Plenum
Gas atau ruang udara terhubung dengan satu atau lebih saluran distribusi biasanya terletak pada pemanas ruangan.

Ruang Pengering
Ruangan yang di gunakan untuk mengeringkan bahan hasil pertanian
Pintu Pengeluaran
Pintu yang di gunakan untuk mengeluarkan gas hasil pembakaran
Rangka
untuk pondasi agar mesin dapat berdiri tegak
Ruang Kipas
untuk memberi udara pada bahan bakar agar api tetap menyala
Ruang Pembakaran
Ruangan yang berisi bahan bakar yang dibakar untuk menghasilkan uap panas
Saluran Udara
Saluran yang berisi uap panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan hasil pertanian



4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengeringan Gabah dan Jagung

Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan dengan cara mengurangi kadar air untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme pembusuk. Dalam proses pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu, kelembaban (RH) dan aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan pangan disebabkan oleh perubahan energi dalam proses pengeringan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga bahan pangan (jagung dan gabah) mampu mempertahankan mutu produknya terhadap  perubahan fisik dan kimiawi (Hardjosentono, 1983).

Peranan pengeringan jagung dan gabah menjadi penting mengingat berhasil tidaknya pengeringan gabah dan jagung menentukan pengolahan selanjutnya hingga menjadi gabah dan jagung yang siap untuk digiling menjadi pakan ternak dan lain-lain. Pengeringan jagung atau gabah diperlukan agar dapat lebih tahan lama terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti halnya kerusakan komponen-komponen kimiawi didalamnya yang juga mengurangi nilai gizi bahan tersebut. Salah satu alat pengering buatan untuk mengeringkan jagung atau gabah adalah pengering silinder vertikal. Alat ini memiliki ruang pengering (plenum) berbentuk silinder dan berdiri secara vertikal alat pengering ini lebih sesuai dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan berbentuk bijian (padi dan jagung). Hasil kinerja yang baik dari alat tersebut jika dipakai untuk mengeringkan padi dengan menggunakan bahan bakar batu bara dengan waktu pengeringan selama 5 jam dengan kadar air rata-rata 12%. Terlibatnya pemanfaatan alat pengering silinder vertikal yang digunakan mengeringkan padi dan jagung menunjukan efektivitas yang baik (Hardjosentono, 1983).

4.2.3 Jenis-Jenis Pengeringan

1. Pengeringan alamiah menggunakan panas matahari
Pengeringan hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari biasanya dilakukan dengan menjemur bahan diatas alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu permukaan yang luasnya dapat dibuat dari berbagai bahan padat. Sesuai dengan sistem dan peralatannya serta pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari anyaman tikar, anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen. Pengeringan ini adalah pengeringan yang paling sederhana (dengan cara penjemuran). Penjemuran adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu bahan untuk memperoleh tingkat kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang tingkat kadar airnya seimbang dengan lingkungannya.

2. Pengeringan menggunakan bahan bakar
Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik) misal : BBM, batu bara, limbah biomasa yaitu arang, kayu, sekam, serbuk gergaji dll.
Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan mekanis
Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah Tray Dryer, Rotary Dryer, Spray Dryer, Freeze Dryer
a.Tray dryer (alat pengering berbentuk rak)
Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat  bahan yang akan dikeringkan. Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran. Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar. Waktu pengeringan umumnya lama (1-6 jam)

b.Rotary Dryer (Pengering berputar)      
Pengering kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas cangkang silinder yang berputarperlahan, biasanya dimiringkan beberapa derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang dimasukkan pada atas ujung drum. Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah .Waktu pengeringan cepat ( 10 s/d 60 menit). Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

c. Freeze dryer (Pengering beku)
cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu, bahan farmasi, pangan dengan kandungan flavor tinggi. Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublim air beku menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa vakum mekanis Menghasilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain.

d. Spray dryer (pengering semprot)
cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk pasta (susu,zat pewarna, bahan farmasi) Kapasitas beberapa kg per jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering semprot) Umpan yang diatomisasi dala bentuk percikan disentuhkan dengan udara panas yang dirancang dengan baik

3.Pengeringan gabungan
Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi sinar matahari dan bahan bakar minyak atau biomass yang menggunakan konveksi paksa (udara panas dikumpulkan dalam kolektor kemudian dihembus ke komoditi). Latar belakang : karena Temperatur lingkungan hanya sekitar 33 °C, sedangkan temperatur pengeringan untuk komoditi pertanian kebanyakan berkisar 60-70°C. Oleh karena itu perlu ditingkatkan temperatur lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam suatu kolektor surya dan menghembuskannya ke komoditi. (digunakan blower atau kipas angin ).

a.Alat pengering energi surya tipe lorong
terdiri atas kipas angin sentrifugal, pemanas udara (kolektor) dan lorong pengering. Kolektor dan lorong pengering dipasang paralel dan diatasnya ditutup dengan plastik transparan. Alat pengering dipasang dengan arah membujur utara-selatan dan diletakkan diatas tanah. Udara pengering yang dihasilkan dalam kolektor dihembuskan ke komoditi dengan kccepatan 400 – 900 m3/jam agar tercapai temperatur pengeringan 40 – 60 OC.

b. Alat pengering energi surya-biomassa tipe lorong
Alat pengering tipe lorong diatas dimodifikasi menjadi alat pengering energi surya dan biomass
Ruang pengering dan kolektor dipasang pada satu sumbu supaya kehilangan tekanan udara menjadi lebih kecil. Kipas dengan tenaga listrik 60 watt dapat berfungsi secara efisien, bahkan kipas arus scarab 32 watt dengan penggerak photovoltaik dapat dipakai pada sistem tersebut
Alat pengering tersebut dipasang diatas struktur kayu dan disangga dengan batako setinggi 60 cm dari tanah.
Pada alat pengering yang dimodifikasi ini dilengkapi dengan tungku biomass dimana alat penukar panas yang terbuat dari plat baja, agar pada waktu hujan atau malam hari masih dapat dilakukan operasi pengeringan.

c.Alat pengering rumah asap
Alat ini terdiri atas : plat pemanas matahari yang dihubungkan dengan ruang pengering. Di dalam ruang pengering yang berbentuk rumah yang pada bagian atasnya terdapat penggantung komoditas.
Sebagian dari udara buang dikembalikan ke plat pemanas sehingga temperatur kembali dapat dinaikkan menjadi 45 – 60°C. Untuk mengurangi ketergantungan pada kondisi cuaca, alat ini dilengkapi dengan tungku biomass yang dipasang dibawah rumah asap.

d.Unit prosesing kakao/rumah pengering surya.
atap seluas 100 m2 dan berfungsi juga sebagai kolektor matahari. Udara masuk ke kolektor sehingga menjadi panas. Dengan menggunakan kipas angin (blower), udara panas tersebut kemudian “ditarik” dan dihembus ke tempat pengering. Pemasangan atap dibuat dengan kemiringan 10° pada arah utara-selatan.
Rumah pengering ini dirancang untuk memeroses 2-3 ton biji kakao basah, menggunakan 4 buah blower aksial.
unit ini mampu berfungsi dengan efektif. Satu siklus pengolahan berlangsung selama 5 hari. Dengan pengoperasian tungku pada malam hari, waktu pengeringan lebih singkat yaitu sekitar 36-44 jam (Mujumdar, 2006)


4.2.4 Prinsip Dasar Pengeringan

Prinsip dasar proses pengeringan adalah proses terjadinya pindah panas dari alat
pengering dan difusi air (pindah massa) dari bahan yang dikeringkan. Pindah panas air tersebut memerlukan perubahan fase air dari cair menjadi uap, sehingga proses perubahan tersebut memerlukan panas laten. Pengering dengan pemanasan konveksi (oven, fluidisasi) dimana udara panas dihasilkan melalui proses pemanasan baik dengan steam, listrik, atau gas hasil pembakaran, lebih handal dari pengering matahari. Pada sistem ini waktu operasi lebih singkat, kontaminasi produk rendah, kadar air dalam produk dapat dikontrol, tidak ada ketergantungan terhadap musim, serta biaya buruh dapat ditekan. Namun kualitas produk mengalami penurunan akibat introduksi panas, dan efisiensi pengeringan rendah atau boros energi. Bahkan pada pengeringan jagung dengan suhu >60⁰ C terjadi kerusakan pada tekstur dan kandungan proteinnya. Proses pengeringan dengan memanfaatkan perpindahan panas, dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung merupakan cara pengeringan dengan sumber pemanas berhubungan langsung dengan bahan yang dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu sumber panas dilewatkan melalui zat perantara atau benda padat kemudian zat perantara tersebut yang langsung berhubungan dengan produk bahan dikeringkan(Effendi, 2012).


4.2.5 Alat Pengering Tipe Silinder Vertikal

Tungku pembakaran (furnace) tipe ini mempunyai bentuk kontruksi silinder dan
bentuk alas (lantai) bulat. Tube dipasang vertikal ataupun konikal, Burner dipasang pada lantai sehingga nyala api tegak lurus ke atas sejajar dengan dinding tungku pembakaran (furnace). Tungku pembakaran (furnace) ini dibuat dengan atau tanpa ruang konveksi. Jenis pipa pemanas yang dipasang di ruang konveksi biasanya menggunakan finned tube yang banyak digunakan pada furnace dengan bahan bakar gas. Aplikasi tipe silinder vertikal :
1. Digunakan untuk pemanasan fluida yang mempunyai perbedaan suhu antara inlet dan outlet tidak terlalu besar atau sekitar 2000F (900ºC)
2. Beban kalor berkisar antara 10 s/d 200 Kj/jam.
3. Umumnya dipakai pemanas fluida umpan reactor(Effendi, 2012)


4.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Alat Silinder Vertikal

Kelebihan dari mesin pengering silinder vertikal adalah:
1.      Produk yang dihasilkan memiliki porositas yang baik sehingga sifat rehidrasi tinggi.
2.      Bisa digunakan untuk makanan kering yang sangat kental, seperti pasta dan patigelatinizadatau dimasak, yang tidak dapat mudah dikeringkan dengan metode lain.
3.      Efisiendi/hemat energi dan kecepatan yang tinggi.
4.      Produk hasil ang diperoleh lebih bersih dan higienis.
5.      Mudah untuk mengoprasikan dan memelihara.
6.      Fleksibel dan cocok untuk beberapa pengeringan tapi dalam jumlah kecil
Kekurangan dari mesin pengering silinder vertikal adalah:
1.      Tidak cocok untuk produk yang tidak dapat membentuk film (lapisan tipis) yang bagus
2.      Khusus produk yang mengandung kadar gula tinggi seperti tomat pure tidak mudah dipisahkan dari drum karena thermoplasticity dari suhu badan.
3.      Kecepatan hasil pengeringan persatuan waktu relatif rendah dibandingkan dengan spray drying (Hardjosentono, 1983).








V. KESIMPULAN


Kesimpulan pada praktikum kali ini, yaitu sebagai berikut
1.Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas.
2.Kriteria pemilihan alat pengering adalah sifat bahan yamg dikeringkan, keadaan bahan yang dikeringkan, sifat cairan yang ada dalam bahan, cara pengoperasianya kontinu atau batch, dan banyaknya bahan yang akan dikeringkan.
3.Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah luas Permukaan, perbedaan suhu dan udara sekitar, kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembapan udara.
4. Jenis-jenis dryer adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer, freeze dryer, fluidized bed dryer, vacum dryer dan pengeringan gabungan.










DAFTAR PUSTAKA

                                                                                                                                      
Effendi,S.2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Bahan Pangan.           Alfabeta. Bandung.
Hardjosentono. 1983. Mesin-Mesin Pertanian. CV. Vasa Guna. Jakarta.

Hanafri, 2006. Pembuatan Prototipe Alat Solar Dryer Berbasis Tenaga Surya Hybrid Sistem Portable. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mujumdar, A. 2006. Pemilihan Dan Perancangan Alat Pengering. CRC Press Online. Surabaya.
Setijahartini, S. 1985. Pengeringan Agro Industri. IPB. Bogor.
Taib, G. 1988. Pengeringan pada Hasil Pertanian. PT. Gramedia. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1   LATAR BELAKANG Program terencana Dinasti Umayyah yang paling direncanakan adalah invasi ke Timur dan ke Barat. Semasa Pemerintahan Khalifah Al- Walid, penyusunan strategi penakhlukan ke Barat dirancang dengan serius. Namun, pasukan perang   islam lebih dulu menundukkan wilayah Afrika Utara yang pada masa itu telah dikuasai oleh Romawi. Masuknya pengaruh Romawi ke Afrika di mulai dari ekspedisi ke Mesr yang dipimpin Julius Caesar. Saat itu Mesir di bawah kepemimpinan Dinasti Ptolomeus. Cleopatra VII menjadi permaisuri dan menjaid istri dari adik kandungnya sendiri. Kekauatan muslim semakin kuat dan berhasil mengalahkan kekuasaan Romawi di Afrika yang telah lama dikuasai ole orang- orang Eropa tersebut. Kemenangan itu member i dorongan yang sangat kuat kepada tentara muslim untuk   memperluas pengaruh islam dengan   mengincar daerah Spanyol. Pasukan tentara Dinasti umayyah yang melakukan penyerangan ke Spanyol berasal dari b...

KOLONIALISME BELGIA DI AFRIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Afrika adalah benua terbesar   di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika.  Se telah penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika. Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai potensi  komersial Dari sinilah dimulai lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat. Yakni salah satunya Kolonial belgia pada waktu sebelum Perang Dunia I ...

Makalah Masalah Atau Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut. Dengan begitu diharapkan masal...