I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Proses pengeringan pada prinsipnya
menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan
(simultan).pertama panas harus
ditransfer dari medium pemanas ke bahan.
Selanjutnya setelah terjadi penguapan air ,uap air yang terbentuk harus
dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini menyangkut aliran
fluida dimana cairan harus di transfer
melalui struktur bahan selama proses
pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapakan air dan
air harus terdifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan
dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan
yang di keringkan dan cara pemanasan yang digunakan.
Pengeringan bermanfaat untuk melindungi
pangan yang mudah rusak. Pengurangan air
menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan sehingga biaya pengangkutan dan
penyimpanan rendah. Pengeringan juga memudahkan penanganan, pengemasan,
pengangkutan dan konsumsi pengeringan. Pengeringan produk pertanian
bertujuan untuk mengurangi kandungan airnya, agar tidak terjadi kerusakan
akibat aktivitas mikroorganisme.
Di Indonesia,
pengeringan masih dilakukan dengan memanfaatkan tenaga matahari. Namun, cara
ini sangat tergantung pada musim, waktu, tenaga kerja yang banyak, dan tempat
yang luas. Penggunaan alat pengering buatan adalah untuk menghindari kelemahan yang ada
pada pengeringan alami (penjemuran). Pengeringan buatan dilakukan melalui pemberian panas yang relatif konstan
terhadap produk pertanian, dengan pengeringan buatan diharapkan kandungan air mula-mula sekitar 30 %
akan turun sedemikian rupa hingga mencapai kadar air 12 - 16 %. Pada kadar air tersebut, biji-bijian telah cukup siap
untuk pengolahan Iebih lanjut (penggilingan) ataupun untuk penyimpanan. Oleh karena pengeringan masih tergantung
terhadap matahari dan cuaca, maka dari itu pengeringan buatan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini ialah mesin pengering silinder vertikal.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui mesin pengering pada pengeringan bahan hasil pertanian.
2.
Untuk mengetahui prinsip pengeringan.
3.
Untuk mengetahui prinsip mesin pengering tipe silinder vertical.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung
Jagung (Zea mays ssp. mays)
adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika
Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan
pokok, sebagaimana bagi sebagian
penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak
pangan dan bahan dasar tepung
maizena(Hanafri, 2006).
Berbagai produk turunan
hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia. Jagung merupakan tanaman
model yang menarik, khususnya di bidang biologi dan pertanian.
Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian
genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya teknologi kultivar
hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga
sangat efisien memanfaatkan sinar
matahari(Hanafri, 2006).
Kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan
atau keracunan unsur-unsur hara
penting menjadikan jagung sebagai tanaman
percobaan fisiologi pemupukan yang disukai. Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman yang penting, sebagai sumber makanan dan obat.
Penanganan pasca panen jagung yaitu pengeringan sangat menentukan kualitas
jagung untuk penggunaan selanjutnya. Maka digunakan mesin pengering silinder
vertikal untuk mengeringkan jagung tersebut(Hanafri, 2006).
2.2. Gabah
Gabah adalah
bulir
padi. Biasanya
mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami).
Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa. Perdagangan komoditas, gabah
merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena
perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat
definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara
perontokan(Taib, 1988).
Berbicara tentang
perberasan tentu kita akan teringat bagaimana cara meningkatkan produksi beras
untuk mencukupi kebutuhan pangan. Ada banyak faktor dalam meningkatkan produksi
beras. Salah satu faktor yang mendukung kegaiatan perberasan adalah penanganan
pasca panen terhadap gabah yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan
produksi. Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air gabah sampai 13-14%
untuk penyimpanan jangka panjang(Hanafri, 2006).
2.3. Pengeringan
Pengeringan adalah proses perpindahan
massa air atau pelarut lainnya dari
suatu zat padat atau semi padat dengan menggunakan penguapan. Proses ini seringkali merupakan tahap akhir proses prduksi
sebelum dikemas atau dijual ke konsumen. Benda yang telah dikeringkan akan
menjadi benda yang padat dalam wujud bubuk (misal susu
bubuk) maupun potongan besar (misal, kayu) meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi
padat (misal keju "hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas
dibutuhkan dalam pengeringan(Setijahartini, 1985).
Bahan pangan
dikeringkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memperlambat
pembusukan. Tingkat pengawetan makanan dari proses pengeringan sangat
bergantung pada jenis produk; meski kadar air sudah tidak ada, namun keberadaan
lemak dan protein masih mampu menghidupi bakteri. Produk seperti susu bubuk
harus dikeringkan hingga ke kadar air yang sangat rendah untuk mencegah susu
bubuk menjadi lengket dalam penanganannya, dan kadar air ini jauh lebih rendah
dari kebutuhan dalam mencegah pertumbuhan bakteri. Bahan lain, seperti biskuit dikeringkan hingga mencapai tingkat kerenyahan yang disukai
oleh konsumen. Kayu dikeringkan untuk mencegah pelapukan, memperingan, dan memperkuat
kayu( Setijahartini, 1985).
2.4 Faktor- Faktor
Yang Mempengaruhi Pengeringan
A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi
kering air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian
tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan
memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan
medium pemanasan sehingga air mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis
mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan.
Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan
yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas
dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat
pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan
akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening",
yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian
dalamnya masih basah.
C. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak
penghilangan uap air dari permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya
udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang
tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut
dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh
yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar
kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin
kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat
lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika
tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab,
sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan
Makin kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat
mengabsobsi dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban
nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir
(Taib, 1988).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jumat 5 Oktober 2018 pukul 07.30-09.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian ,Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu alat tulis untuk mencatat penjelasan tentang rangka mesin
pengering tipe silinder vertikal.
3.3.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum
kali ini yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum
2. Didengarkan penjelasan asisten
terkait komponen mesin pengering tipe silinder vertikal.
3. Didengarkan penjelasan asisten
terkait prinsip kerja mesin pengering tipe silinder vertikal.
4. Dicatat semua kegiatan praktikum
5. Hasil.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Gambar 1. Alat Pengering Silinder
Vertikal
Tabel 1. Bagian Komponen Alat
Pengering Silinder Vertikal
Komponen
|
Fungsi
|
Ruang Plenum
|
Gas
atau ruang udara terhubung dengan satu atau lebih saluran distribusi biasanya
terletak pada pemanas ruangan.
|
Ruang
Pengering
|
Ruangan yang di gunakan untuk mengeringkan bahan hasil
pertanian
|
Pintu
Pengeluaran
|
Pintu yang di gunakan untuk mengeluarkan gas hasil
pembakaran
|
Rangka
|
untuk pondasi agar mesin dapat berdiri tegak
|
Ruang Kipas
|
untuk memberi udara pada bahan bakar agar api tetap
menyala
|
Ruang
Pembakaran
|
Ruangan yang berisi bahan bakar yang dibakar untuk
menghasilkan uap panas
|
Saluran Udara
|
Saluran yang berisi uap panas yang digunakan untuk
mengeringkan bahan hasil pertanian
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Pengeringan Gabah dan Jagung
Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang
umur simpan dengan cara mengurangi kadar air untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme
pembusuk. Dalam proses pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu,
kelembaban (RH) dan aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan pangan
disebabkan oleh perubahan energi dalam proses pengeringan yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme sehingga bahan pangan (jagung dan gabah) mampu
mempertahankan mutu produknya terhadap
perubahan fisik dan kimiawi (Hardjosentono, 1983).
Peranan pengeringan jagung dan gabah
menjadi penting mengingat berhasil tidaknya pengeringan gabah dan jagung
menentukan pengolahan selanjutnya hingga menjadi gabah dan jagung yang siap
untuk digiling menjadi pakan ternak dan lain-lain. Pengeringan jagung atau
gabah diperlukan agar dapat lebih tahan lama terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh mikroorganisme, seperti halnya kerusakan komponen-komponen kimiawi
didalamnya yang juga mengurangi nilai gizi bahan tersebut. Salah satu alat
pengering buatan untuk mengeringkan jagung atau gabah adalah pengering silinder
vertikal. Alat ini memiliki ruang pengering (plenum) berbentuk silinder dan
berdiri secara vertikal alat pengering ini lebih sesuai dipergunakan untuk
mengeringkan bahan pangan berbentuk bijian (padi dan jagung). Hasil kinerja
yang baik dari alat tersebut jika dipakai untuk mengeringkan padi dengan menggunakan
bahan bakar batu bara dengan waktu pengeringan selama 5 jam dengan kadar air
rata-rata 12%. Terlibatnya pemanfaatan alat pengering silinder vertikal yang
digunakan mengeringkan padi dan jagung menunjukan efektivitas yang baik
(Hardjosentono, 1983).
4.2.3
Jenis-Jenis Pengeringan
1. Pengeringan alamiah menggunakan
panas matahari
Pengeringan hasil pertanian dengan
menggunakan energi matahari biasanya dilakukan dengan menjemur bahan diatas
alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu permukaan yang luasnya dapat dibuat
dari berbagai bahan padat. Sesuai dengan sistem dan peralatannya serta
pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari anyaman tikar,
anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen. Pengeringan ini adalah
pengeringan yang paling sederhana (dengan cara penjemuran). Penjemuran adalah
usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu bahan untuk memperoleh tingkat
kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang tingkat kadar airnya seimbang
dengan lingkungannya.
2. Pengeringan menggunakan bahan
bakar
Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan
bakar cair, padat, listrik) misal : BBM, batu bara, limbah biomasa yaitu arang,
kayu, sekam, serbuk gergaji dll.
Pengeringan ini disebut juga dengan
pengeringan mekanis
Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah Tray
Dryer, Rotary Dryer, Spray Dryer, Freeze Dryer
a.Tray dryer (alat pengering
berbentuk rak)
Bentuknya persegi dan didalamnya berisi
rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Cocok untuk bahan yang berbentuk
padat dan butiran. Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar. Waktu pengeringan
umumnya lama (1-6 jam)
b.Rotary Dryer (Pengering
berputar)
Pengering kontak langsung yang beroperasi
secara kontinyu, terdiri atas cangkang silinder yang berputarperlahan, biasanya
dimiringkan beberapa derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan
umpan basah yang dimasukkan pada atas ujung drum. Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah .Waktu pengeringan cepat
( 10 s/d 60 menit). Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran
c. Freeze dryer (Pengering beku)
cocok untuk padatan yang sangat sensitif
panas (bahan bioteknologis tertentu, bahan farmasi, pangan dengan kandungan
flavor tinggi. Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublim air beku
menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa vakum
mekanis Menghasilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi
lain.
d. Spray dryer (pengering semprot)
cocok untuk bahan yang berbentuk larutan
yang sangat kental serta berbentuk pasta (susu,zat pewarna, bahan farmasi) Kapasitas beberapa kg
per jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering semprot) Umpan yang diatomisasi
dala bentuk percikan disentuhkan dengan udara panas yang dirancang dengan baik
3.Pengeringan gabungan
Pengeringan gabungan adalah pengeringan
dengan menggunakan energi sinar matahari dan bahan bakar minyak atau biomass
yang menggunakan konveksi paksa (udara panas dikumpulkan dalam kolektor
kemudian dihembus ke komoditi). Latar belakang : karena Temperatur lingkungan hanya
sekitar 33 °C, sedangkan temperatur pengeringan untuk komoditi pertanian
kebanyakan berkisar 60-70°C. Oleh karena itu perlu ditingkatkan temperatur
lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam suatu kolektor surya dan
menghembuskannya ke komoditi. (digunakan blower atau kipas angin ).
a.Alat pengering energi surya tipe lorong
terdiri atas kipas angin sentrifugal,
pemanas udara (kolektor) dan lorong pengering. Kolektor dan lorong pengering dipasang
paralel dan diatasnya ditutup dengan plastik transparan. Alat pengering dipasang
dengan arah membujur utara-selatan dan diletakkan diatas tanah. Udara pengering yang
dihasilkan dalam kolektor dihembuskan ke komoditi dengan kccepatan 400 – 900 m3/jam
agar tercapai temperatur pengeringan 40 – 60 OC.
b. Alat pengering energi surya-biomassa
tipe lorong
Alat pengering tipe lorong diatas
dimodifikasi menjadi alat pengering energi surya dan biomass
Ruang pengering dan kolektor dipasang pada
satu sumbu supaya kehilangan tekanan udara menjadi lebih kecil. Kipas dengan
tenaga listrik 60 watt dapat berfungsi secara efisien, bahkan kipas arus scarab
32 watt dengan penggerak photovoltaik dapat dipakai pada sistem tersebut
Alat pengering tersebut dipasang diatas
struktur kayu dan disangga dengan batako setinggi 60 cm dari tanah.
Pada alat pengering yang dimodifikasi ini
dilengkapi dengan tungku biomass dimana alat penukar panas yang terbuat dari
plat baja, agar pada waktu hujan atau malam hari masih dapat dilakukan operasi
pengeringan.
c.Alat pengering rumah asap
Alat ini terdiri atas : plat pemanas
matahari yang dihubungkan dengan ruang pengering. Di dalam ruang pengering yang
berbentuk rumah yang pada bagian atasnya terdapat penggantung komoditas.
Sebagian dari udara buang dikembalikan ke
plat pemanas sehingga temperatur kembali dapat dinaikkan menjadi 45 – 60°C.
Untuk mengurangi ketergantungan pada kondisi cuaca, alat ini dilengkapi dengan
tungku biomass yang dipasang dibawah rumah asap.
d.Unit prosesing kakao/rumah pengering
surya.
atap seluas 100 m2 dan berfungsi juga
sebagai kolektor matahari. Udara masuk ke kolektor sehingga menjadi panas.
Dengan menggunakan kipas angin (blower), udara panas tersebut kemudian
“ditarik” dan dihembus ke tempat pengering. Pemasangan atap dibuat dengan
kemiringan 10° pada arah utara-selatan.
Rumah pengering ini dirancang untuk
memeroses 2-3 ton biji kakao basah, menggunakan 4 buah blower aksial.
unit ini mampu berfungsi dengan efektif.
Satu siklus pengolahan berlangsung selama 5 hari. Dengan pengoperasian tungku
pada malam hari, waktu pengeringan lebih singkat yaitu sekitar 36-44 jam (Mujumdar,
2006)
4.2.4 Prinsip Dasar Pengeringan
Prinsip dasar proses pengeringan adalah
proses terjadinya pindah panas dari alat
pengering dan difusi air (pindah massa)
dari bahan yang dikeringkan. Pindah panas air tersebut memerlukan perubahan
fase air dari cair menjadi uap, sehingga proses perubahan tersebut memerlukan
panas laten. Pengering dengan pemanasan konveksi (oven, fluidisasi) dimana
udara panas dihasilkan melalui proses pemanasan baik dengan steam, listrik,
atau gas hasil pembakaran, lebih handal dari pengering matahari. Pada sistem
ini waktu operasi lebih singkat, kontaminasi produk rendah, kadar air dalam
produk dapat dikontrol, tidak ada ketergantungan terhadap musim, serta biaya
buruh dapat ditekan. Namun kualitas produk mengalami penurunan akibat
introduksi panas, dan efisiensi pengeringan rendah atau boros energi. Bahkan
pada pengeringan jagung dengan suhu >60⁰ C terjadi kerusakan pada tekstur
dan kandungan proteinnya. Proses pengeringan dengan memanfaatkan perpindahan
panas, dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan
pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung merupakan cara pengeringan
dengan sumber pemanas berhubungan langsung dengan bahan yang dikeringkan,
sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu sumber panas dilewatkan melalui zat
perantara atau benda padat kemudian zat perantara tersebut yang langsung
berhubungan dengan produk bahan dikeringkan(Effendi, 2012).
4.2.5 Alat
Pengering Tipe Silinder Vertikal
Tungku pembakaran (furnace) tipe ini
mempunyai bentuk kontruksi silinder dan
bentuk alas (lantai) bulat. Tube dipasang
vertikal ataupun konikal, Burner dipasang pada lantai sehingga nyala api tegak
lurus ke atas sejajar dengan dinding tungku pembakaran (furnace). Tungku
pembakaran (furnace) ini dibuat dengan atau tanpa ruang konveksi. Jenis pipa
pemanas yang dipasang di ruang konveksi biasanya menggunakan finned tube yang
banyak digunakan pada furnace dengan bahan bakar gas. Aplikasi tipe silinder
vertikal :
1. Digunakan untuk pemanasan fluida yang
mempunyai perbedaan suhu antara inlet dan outlet tidak terlalu besar atau
sekitar 2000F (900ºC)
2. Beban kalor berkisar antara 10 s/d 200 Kj/jam.
3. Umumnya dipakai pemanas fluida umpan
reactor(Effendi, 2012)
4.2.6
Kelebihan dan Kekurangan Alat Silinder Vertikal
Kelebihan dari mesin pengering silinder
vertikal adalah:
1. Produk yang dihasilkan memiliki porositas
yang baik sehingga sifat rehidrasi tinggi.
2. Bisa digunakan untuk makanan kering yang
sangat kental, seperti pasta dan patigelatinizadatau dimasak, yang tidak dapat
mudah dikeringkan dengan metode lain.
3. Efisiendi/hemat energi dan kecepatan yang
tinggi.
4. Produk hasil ang diperoleh lebih bersih dan
higienis.
5. Mudah untuk mengoprasikan dan memelihara.
6. Fleksibel dan cocok untuk beberapa
pengeringan tapi dalam jumlah kecil
Kekurangan dari mesin pengering silinder
vertikal adalah:
1. Tidak cocok untuk produk yang tidak dapat
membentuk film (lapisan tipis) yang bagus
2. Khusus produk yang mengandung kadar gula
tinggi seperti tomat pure tidak mudah dipisahkan dari drum karena
thermoplasticity dari suhu badan.
3. Kecepatan hasil pengeringan persatuan waktu
relatif rendah dibandingkan dengan spray drying (Hardjosentono, 1983).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum kali ini,
yaitu sebagai berikut
1.Pengeringan adalah pemisahan
sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair
di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima,
menggunakan panas.
2.Kriteria pemilihan
alat pengering adalah sifat bahan yamg dikeringkan, keadaan bahan yang
dikeringkan, sifat cairan yang ada dalam bahan, cara pengoperasianya kontinu
atau batch, dan banyaknya bahan yang akan dikeringkan.
3.Faktor- faktor yang
mempengaruhi pengeringan adalah luas Permukaan, perbedaan suhu dan udara
sekitar, kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembapan udara.
4. Jenis-jenis dryer
adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer, freeze dryer, fluidized bed
dryer, vacum dryer dan pengeringan gabungan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,S.2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung.
Hardjosentono.
1983. Mesin-Mesin Pertanian. CV. Vasa
Guna. Jakarta.
Hanafri, 2006. Pembuatan Prototipe
Alat Solar Dryer Berbasis Tenaga Surya Hybrid Sistem Portable. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mujumdar, A. 2006. Pemilihan Dan Perancangan Alat Pengering. CRC Press Online.
Surabaya.
Setijahartini, S. 1985. Pengeringan Agro Industri. IPB. Bogor.
Taib, G. 1988. Pengeringan pada Hasil Pertanian. PT. Gramedia. Jakarta.
Comments
Post a Comment