Skip to main content

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum Linn)



I.                   PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.

Saat ini produksi gula dalam negeri terbilang masih cukup minim dengan rata rata produksi pertahun sekitar 2.2 juta ton hingga 2.5 juta ton. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan. Gula konsumsi saja membutuhkan 3 juta ton pertahun.
Sementara itu, produksi enam pabrik gula yang ada di wilayah Lampung mencapai 743 ribu ton.  Hasil produksi tersebut menyumbangkan 33 % produksi gula di Indonesia.  Produksi tersebut masih menghadapi masalah keterbatasan pengembangan areal perkebunan tebu.

Harga tebu



II.      TINJAUAN PUSTAKA



2.1    Deskripsi Tanaman

2.1.1        Klasifikasi Tanaman Tebu

Tanaman tebu tergolong tanaman perdu.Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu,di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan (Indrawanto,
2010).  Adapun klasifikasitanamantebusebagaiberikut:
Kingdom              : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom       : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi         : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi                    : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas                    : Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas             : Commelinidae
Ordo                     : Poales
Famili                   : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus                   : Saccharum
Spesies                 : Saccharum officinarum Linn (Tarigan dan Sinulingga 2006).

Tanaman tebu memiliki bentuk yang tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak.Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3 sampai 5 meter atau lebih.Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan.Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda.Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu.Di ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata”.Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu (Asih, 2008).


2.1.2        Morfologi Tanaman

1.    Batang
Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi, kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai lebih kurang 3-5 m. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih ke abu-abuan dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda.
2.      Daun
Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun.  Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.  Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun.
3.      Akar
Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter. Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada dua macam akar yaitu akar setek dan akar tunas. Akar setek atau bibit berasal dari setek batangnya, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih muda. Akar tunas berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh.
4.      Bunga
Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas mulai dengan pertumbuhan terbatas.  Panjang bunga majemuk 70-90 cm.  Setiap bunga mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari dan dua kepala putik (Sinaga, 2011).


2.2    Teknik Bidudaya

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang banyak dijadikan sebagai bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Dalam proses pembudidayaannya, teknik budidaya penting diperhatikan guna mendapatkan hasil yang maksimal.

2.2.1        Syarat Pertumbuhan

1.      Kesesuaian Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.

2.      Curah Hujan
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.

3.      Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.

4.      Angin
Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatanangin yang lebihdari 10 km/jam disertaihujanlebat, bisamenyebabkanrobohnyatanamantebu yang sudahtinggi.

5.      Suhu
Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100.

6.      Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.


2.2.2        Penyiapan Lahan

Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi pola  terlebih dahulu diolah tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi. Pengolahan lahan disesuaika dengan kondisi lahan yang hendak ditanami.
1.        Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan ± 2 bulan sebulan tanam.
2.        Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plane cane), biasanya hanya sampai ratoon III, segera dilakukan pembakaran lahan (klaras), baru dilakukan pengolahan tanah.
3.        Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen (kutip daun terakhir), dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan, penggemburan dan pembuatan juringan. Hal ini dimaksudkan agar perkecambahan tebu berjalan normal.

1.      Pembajakan
Pembajakan (plowing) adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang masih cukup besar.
2.      Penggemburan
Penggemburan (harrowing) adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.


2.2.3        Bibit dan Tanam

1.      Bibit
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik dan juga sehat. Pemakaian bibit yang kurang baik dapat menurunkan produksi. Bibit tebu memiliki beberapa macam, diantaranya bibit pucuk, bibit kebun, bibit mentah/krecekan, bibit siwilan dan bibit seblangan.
a.       Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas, karena dapat melindungi mata dari kerusakan.
b.      Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan diusahakan dekat dengan areal tebu giling.
c.       Bibit mentah/bibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak.
d.      Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi penyulaman. Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang telah bermata tunas dua.
e.       Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman

2.      Cara Tanam

a.    Bibit Bagal/debbeltop/generasi Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
b.   Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.
c.    Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

3.      Waktu Tanam

Waktu yang tepat untuk menanam tebu adalah pada bulan Mei, Juni dan Juli. Hal ini berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan waktu masa giling di pabrik gula.

2.2.4        Pemupukan

Budidaya tebu ini juga terdapat proses pemupukan.   Pemupukan pada tanaman tebu dapat dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu
(1)     Pemupukan Sebelum Tanam

Pemupukan yang diberikan sebelum tanam yaitu pupuk kandang dan pupuk TSP. Lalu dilakukan pemupukan ± 25 hari setelah tanam yaitu setelah penyulaman pertama dengan menggunakan pupuk ZA.

(2)     Pemupukan Setelah Tanam.

Pupuk yang digunakan setelah tanam adalah pupuk ZA.  Pemupukan kedua dengan menggunakan pupuk ZA ini dilakukan saat tanaman berumur ± 1,5 bulan dan setelah selesai penyulaman kedua. Pemupukan harus dibarengi dengan penyiraman agar pupuk dapat larut kedalam tanah dan tidak hilang oleh aliran air permukaan.  Sebelum pemupukan dibuat lubang diantara tanaman lalu pupuk dimasukkan dalam lubang kemudian lubang ditutup.  Pemupukan yang demikian itu biasa disebut dengan Spot Placement.  Kebutuhan pupuk per hektar untuk tebang I yaitu  0,5 - 1 kw/ha dan untuk tebang II adalah 1,5 - 2 kw/ha.

2.2.5        Pengairan

Terdapat beberapa cara dalam pengairan ada tebu, yaitu :
1. Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.
2. Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.
3.  Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman.
4. Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.

Pengairan pada tebu juga dilakukan pada saat:
a)  Waktu tanam
b)  Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif
c)  Pematangan.

2.2.6        Pengendalian Hama dan Penyakit

2.2.6.1      Hama tebu

1.      Penggerek pucuk (Scirpophaga excerptalis Walker)
Gejala yang terjadi yaitu serangan dapat dimulai dari tunas umur 2 minggu sampai tanaman dewasa. Menyerang melalui tulang daun pupus dengan membuat lorong gerek menuju ke bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas muda, merusak titik tumbuh dan tanaman menjadi mati.
Pengendalian yang dilakukan sebagai berikut :
a.         Menggunakan benih bebas penggerek
b.        Varietas tahan penggerek antara lain PSJT 941, PS  851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144
c.         Rogesan, pemotongan sedikit demi sedikit (3 cm) dari pucuk ke bawah, dimulai tanaman tebu berumur 2 bulan dan diakhiri sampai tanaman tebu berumur 6 bulan. Rogesan dapat menyelamatkan gula 580 kg/ha
d.        Pengendalian hayati dengan pelepasan parasitoid telur Trichogramma.

2.      Penggerek batang (Chilo auricilius Dudgeon)
Gejala yang terjadi yaitu serangan biasanya dijumpai pada tanaman tebu berumur 5 bulan ke atas. Bercak-bercak tampak transparan berbentuk bulat  oval di daun. Ulat masuk lewat pelepah dan batang tanaman tebu, kadang menyebabkan mati puser. Lubang gerek di dalam batang lurus, lubang keluar batang bulat. Kadang gerekan mengenai mata tunas. Serangan ruas 20% menyebabkan penurunan hasil gula sekurang-kurang 10%.
Pengendalian yang dilakukan sebagai berikut :
a.       Menggunakan benih bebas penggerek
b.      Varietas tahan penggerek antara lain PSJT 941, PS  851, PS 891, PS 921, dan PSBM 88-144
c.       Pengendalian hayati dengan parasit Lalat Jatiroto, 30 pasang/ha parasitoid telur Trichogramma 50 pias @ 2000 ekor/minggu pada tanaman tebu berumur 1-4 bulan.2.7.1.b. Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama-sama atau pengasapan belerang pada lubang yang dihuni tikus. Cara yang paling alami adalah dengan tidak membunuh predator alami tikus seperti ular, burung hantu dan burung elang.

3.      Kutu bulu putih (Ceratovacuna lanigera Zehntner)
Gejala yang terjadi yaitu kutu menyerang helaian daun bagian bawah, berkoloni, kutu berwarna putih berada di kanan kiri ibu tulang daun.  Helai daun permukaan atas tertutup lapisan jamur seperti jelaga. Serangan berat daun menjadi kuning dan mongering terjadi di awal atau akhir musim hujan. Kutu ini dapat menyebabkan kerugian gula 2,6 ton/ha dan penurunan rendemen dari 12% menjadi 8%.
Pengendalian yang dilakukan sebagai berikut :
a.       Pengendalian mekanis dilakukan efektif pada awal serangan sewaktu populasi kutu masih sedikit
b.      Pengendalian dapat dilakukan dengan mengulas daun yang terserang dengan kain basah
c.       Daun yang teserang dikumpulkan kemudian dimusnahkan
d.      Penggunaan varietas yang mudah diklentek, misalnya PS 881

4.      Uret (Lepidiota stigma, Hollotrichia sp, Leucopholis sp, dan Anomala sp)
Gejala pada uret yang banyak dijumpai jenis Lepidiota stigma. Tanaman yang terserang uret akan layu, daun menguning kemudian menjadi kering. Bagian pangkal batang tanaman terdapat luka atau kerusakan bekas digerek dan akar-akarnya dimakan uret. Serangan berat menyebabkan tanaman mudah roboh dan mudah dicabut. Kerusakan akar terutama disebabkan oleh uret instar 3.  Apabila dijumpai 3 ekor uret per rumpun makin besar kerusakannya. Populasi 3-4 ekor per rumpun dinilai secara ekonomi merugikan.
Pengendalian yang dilakukan sebagai berikut :
a.       Belum diperoleh varietas tebu yang toleran terhadap hama uret, namun diinformasikan varietas tahan misalnya  BZ 109 (M 134-32) pernah berhasil dicoba di Mauritus
b.      Manipulasi waktu tanam dan tebang, pengolahan tanah secara intensif diikuti pekerja untuk mengambil uret secara manual dan memusnahkannya
c.       Pengumpulan serangga dewasa saat penerbangan kumbang di awal  musim hujan bulan November-Desember.

2.2.6.2      Penyakit Tebu

1.      Dongkelan
Penyebab penyakit dongkelen pada tanaman tebu adalah jamur Marasnius sach-hari.  Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala yang terjadi adalah matinya tanaman tua dalam rumpun secara tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan didapati lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian yang dilakukan yaitu menjaga tanah agar tetap kering, selain itu dapat pula menebarkan Natural GLIO pada awal penanaman.

2.      Pokkahbung
Penyebab penyakit pokkahbung pada tanaman tebu adalah Gibbrela moniliformis. Daun merupakan bagian yang diserang, pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala yang terjadi adalah terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga.

3.      Noda kuning
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora kopkei. Biasanya menyerang bagian daun dan bagian-bagian dengan kelembaban tinggi.
Gejala yang timbul yaitu daun muda berubah menjadi noda kuning pucat . Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan putih kotor. Helai daun mati agak kehitaman. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang. Semprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.

4.      Blendok
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilincans. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman tebu yang sudah berumur 1,5 hingga 2 bulan setelah ditanam yang ditandai dengan klorotis yang mulai mengering dan umunya pada pucuk daun akan melipat sepanjang garis tersebut. Sedangkan apabila tanaman tebu terserang hebat, maka seluruh daun berubah bergaris-garis berwarna putih dan hijau. Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan natural GLIO sebelum bibit tebu ditanam, hal ini bertujuan untuk melokalisir serangan dari bakteri yang menyebabkan penyakit blendok.

2.2.7        Panen

Panen dilakukan setelah usia tebu mencapai 10-12 bulan.  Panen biasanya dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering. Kegiatan pemanenan diawali dengan tahap persiapan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum panen dimulai. Tahap persiapan meliputi kegiatan estimasi produksi tebu, pembuatan program tebang, penentuan kemasakan tebu, rekrutmen kontraktor dan tenaga tebang, persiapan peralatan tebang dan pengangkutan, serta persiapan sarana dan prasarana tebang.




DAFTAR PUSTAKA



Asih W, Wahyu, dkk. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang , Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bonhkar Ratoon Terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. IPB. Bogor.

Indrawanto, C. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta.

Sinaga, Ade. 2011. Tanaman Tebu. Universitas Riau. Riau.

Tarigan, B. Y. Dan J. N. Sinulingga. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pertanianfery 2012, Teknik Budidaya Tebu. http://pertanianfery. wordpress. com/ 2012/ 04/06/teknik-budidaya-tebu/amp/. Diakses 22 September 2018.

http://innyaya.blogspot.com/2010/03/syarat-pertumbuhan-tebu.html ,2009. Daerah Tumbuh Tebu, (online). http://ciciarendy.multiply.com/ journal/item/6/ Tebu. Diakses 20 September 2018
Sastrowijoyo.1998. Klasifikasi Tebu. (online). http://arluki.wordpress.com/2008 /10 /14 /tebusugarcane/. Diakses 20 September 2018
Subiyakto. 2016. Pengendalian Serangga Hama dan Penyakit pada Tanaman Tebu. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id. Diakses 23 September 2018


Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1   LATAR BELAKANG Program terencana Dinasti Umayyah yang paling direncanakan adalah invasi ke Timur dan ke Barat. Semasa Pemerintahan Khalifah Al- Walid, penyusunan strategi penakhlukan ke Barat dirancang dengan serius. Namun, pasukan perang   islam lebih dulu menundukkan wilayah Afrika Utara yang pada masa itu telah dikuasai oleh Romawi. Masuknya pengaruh Romawi ke Afrika di mulai dari ekspedisi ke Mesr yang dipimpin Julius Caesar. Saat itu Mesir di bawah kepemimpinan Dinasti Ptolomeus. Cleopatra VII menjadi permaisuri dan menjaid istri dari adik kandungnya sendiri. Kekauatan muslim semakin kuat dan berhasil mengalahkan kekuasaan Romawi di Afrika yang telah lama dikuasai ole orang- orang Eropa tersebut. Kemenangan itu member i dorongan yang sangat kuat kepada tentara muslim untuk   memperluas pengaruh islam dengan   mengincar daerah Spanyol. Pasukan tentara Dinasti umayyah yang melakukan penyerangan ke Spanyol berasal dari b...

KOLONIALISME BELGIA DI AFRIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Afrika adalah benua terbesar   di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika.  Se telah penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika. Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai potensi  komersial Dari sinilah dimulai lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat. Yakni salah satunya Kolonial belgia pada waktu sebelum Perang Dunia I ...

Makalah Masalah Atau Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut. Dengan begitu diharapkan masal...