Skip to main content

ANALISIS CARA KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI HASIL PERTANIAN


I PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian, yang dilakukan oleh mahasiswa, pelajar, dosen, peneliti dan lainnya. Percobaan ini dilakukan menggunakan berbagai alat dan bahan khusus yang bisa saja menyebabkan terjadinya kecelakaan, jika dilakukan dengan cara yang salah atau tidak tepat, oleh karena karena itu perlu ketelitian tinggi mengenai cara kerja laboratorium. Bekerja di laboratorium tidaklah sama dengan bekerja di tempat lain. Bekerja di laboratorium memerlukan keterampilan, kecermatan, dan kehati-hatian yang cukup tinggi.

Beberapa proses kerja dalam laboratorium di antaranya menuangkan, menimbang bahan maupun mengukur volume bahan cair adalah contoh kegiatan dalam laboratotium yang membutuhkan keterampilan dan ketelitian sehingga perlu mengetahui dan memahami teknik prosedural dalam mempraktikkan kegiatan-kegiatan tersebut. Oleh karena itu untuk  lebih jelasnya mengenai percobaan dalam laboratorium khususnya mengenai teknik atau tata cara yang tepat dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut, pemaparannya akan kami satukan dalam pembahasan mengenai “Cara Kerja Laboratorium”.

Bekerja dalam laboratorium tak lepas dari kemungkinan bahaya dari berbegai jenis bahan kimia. Pemahaman mengenai berbagai aspek bahaya dalam laboratorium, memungkinkan para pekerja dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja. Laboratorium adalah suatu pasilitas yang memberikan hasil uji yang bergantung pada batasan-batasan fisik dan ekonomi daya beli, peraturan-peraturan, kebutuhun industri keluhan diri pribadi dan tuntutan dan pabrikindustri.
Ada beberapa faktor yang terlibat di dalam kalibrasi pengukuran dan pengujian adalah:
a.       Pegawai atau staf
b.      Peralatan
c.       Akomodasi lingkungan
d.      Metodelogi
e.       Sample
f.       Pengolahan data
Laboratorium juga diartikan sebagai suatu lingkungan kerja yang komplek yang potensial untuk terjadinya ekspuls untuk terkena berbagai macam kecelakaan yang patogen (mikroba yang bahaya), api, bahaya, mekanik, substansi atau zat-zat radioaktif. Penggunaan laboratorium yang aman ada 2 syarat:
a.       Memerlukan pengetahuan tentang zat atau bahan yang berbahaya di laborarorium
b.      Memerlukan pengetahuan yang benar tentang prosedur-prosedur yang terperinci untuk menghilangkan bahan-bahan yang berbahaya.



1.2  Tujuan
Tugas Analisis cara kerja di laboratorium mikrobiologi hasil pertanian jurusan thp fp universitas lampung ini bertujuan untuk memahami cara bekerja dilaboratorium yang baik







III PEMBAHASAN


A. Apa itu 'Praktik Laboratorium Terbaik' dalam Mikrobiologi?

Keselamatan semua pihak merupakan tanggung jawab semua pengguna laboratorium. Setiap individu memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sesuai dengan kemampuan terbaik mereka. Salah satu metoda yang disarankan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman adalah dengan menggunakan petunjuk keselamatan kerja di dalam setiap aktivitas kerja di laboratorium. Petunjuk kerja ini akan membantu mengidentifikasi bahaya yang potensial terjadi di laboratorium, serta menyediakan persyaratan keamanan untuk bekerja di laboratorium.

Pedoman Keamanan Biologi (Biosafety) dibuat untuk menginformasikan cara kerja yang spesifik dalam penanganan mikroorganisme patogen di laboratorium dan juga mempersiapkan petunjuk praktis bagi pembuat kode praktek kerja yang dibutuhkan di setiap laboratorium. Petunjuk kerja ini juga menekankan pada pentingnya tanggung jawab individu terhadap keamanan dari setiap aktivitas kerja yang dilakukannya. Tersedianya staf laboratorium yang terlatih dengan baik dan memiliki kualitas teknik keselamatan kerja yang baik serta memiliki tanggung jawab untuk keselamatan pribadi maupun rekan kerja, komunitas dan lingkungan akan menghasilkan lingkungan kerja laboratorium yang aman dan sehat. Setiap individu juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan penilaian resiko terlebih dahulu sebelum melaksanakan aktifitas yang melibatkan patogen baru atau protokol baru.

Dalam pedoman kerja ini tersedia prosedur penanganan praktek keamanan biologi terutama bagi pekerjaan yang melibatkan bahan biologi beracun serta bahan yang mudah menular dan prosedur yang harus dilakukan untuk bekerja di dalam laboratorium Keamanan Biologi (Biosafety) tingkat 1, 2, 3 dan 4. Informasi mengenai pelatihan staf juga disertakan bersama penjelasan rinci tentang praktek kerja, peralatan pengamanan dan desain fasilitas laboratorium. Peneliti utama atau penyelia bertanggung jawab terhadap kondisi laboratorium yang aman, serta mengidentifikasi resiko atau bahaya yang berhubungan dengan riset dan aplikasi prosedur keamanan yang dijalankan.


B. Penggunaaan alat-alat di laboratorium Mikrobiologi
1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
a.       Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi kontaminasi.
b.      Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
c.       Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
d.      Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave.
e.       Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam.

2.Cara pembukaan wadah
a.       Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :
b.      Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke luar.
c.       Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
d.      Hindari aerosol.
e.       Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.

3. Penerimaan spesimen di Laboratorium
a.       Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam areal laboratorium.
b.      Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
c.       Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
d.      Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
e.       Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
f.       Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
g.      Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.
h.      Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.

4. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
a.       Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat membawa spesimen.
b.      Membawa spesimen di atas kaki
c.       Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari spesimen.
d.      Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf.
e.       Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat bekerja.

5. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.



C. Tata Letak Laboratorium Mikrobiologi
Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada seorang arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.

Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium. Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap.

Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan spesimen, ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi / staf . Hal ini didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan laboratorium dan kenyamanan para pengguna laboratorium.


Sampel Penanganan .
contoh Penanganan:
Bagian baru ini membahas sensitivitas sampel , penyimpanan dan transportasi .Pentingnya menggunakan teknik aseptik untuk semua kegiatan sampling tambahan yang diperlukan di bagian ini . Sesuai menandai sampel untuk meningkatkan pelacakan dari sumber ke lab juga disertakan di sini .
Bagian pendek ini ditambahkan dalam menanggapi pertanyaan tentang relevansi sampel yang disimpan untuk waktu yang lama sebelum pengujian , atau diangkut ke fasilitas yang jauh untuk pengujian . Sebagai sistem pengujian adalah sistem hidup , diharapkan untuk bereaksi terhadap rangsangan dari waktu ke waktu . Efek dari penyimpanan dari waktu ke waktu bisa memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil tes .

Mikrobiologi Media
Inkubasi Waktu:
Sebuah bagian baru yang diminta dalam komentar publik untuk menawarkan sebuah pendekatan untuk menjawab pertanyaan , " Bagaimana kita menentukan titik akhir dari skema inkubasi ? " Meskipun ukurannya yang kecil bagian itu , ia memiliki potensi untuk dampak besar pada proses di laboratorium karena menyediakan rekomendasi untuk menentukan bagaimana menginterpretasikan kali inkubasi . Rekomendasi ini akan mendorong dokumentasi " waktu -in " dan " time-out " dokumentasi proaktif dari penggunaan inkubator . Bagian pendek ini direproduksi di bawah ini :

" Kali Inkubasi untuk tes mikrobiologi kurang dari 3 hari ' durasi harus dinyatakan dalam jam : . Misalnya , '' mengeram di 30o hingga 35o selama 18 sampai 72 jam " Tes lebih lama dari 72 jam durasi harus dinyatakan dalam hari : misalnya , '' inkubasi pada 30o hingga 35o selama 3 sampai 5 hari . " untuk kali inkubasi dinyatakan dalam jam , inkubasi untuk minimum yang ditentukan waktu , dan melakukan penilaian yang baik ketika mikrobiologi melebihi waktu inkubasi . Untuk kali inkubasi dinyatakan dalam hari , incubations mulai di pagi hari atau sore hari umumnya harus disepakati pada waktu yang sama hari . "
Tujuan aturan ini untuk dipertimbangkan adalah untuk menyederhanakan dan memperjelas jawaban atas pertanyaan yang sedang berlangsung ini

Pelatihan Personil
Pelatihan personil adalah parameter inti laboratorium kami  Pelatihan merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kompetensi , dan mungkin termasuk mencapai sertifikasi oleh badan terakreditasi . Keahlian dalam mikrobiologi dapat dicapai oleh berbagai rute selain kuliah akademik dan akreditasi . Setiap perusahaan diharapkan untuk mengevaluasi kepercayaan dari mereka yang bertanggung jawab untuk merancang , melaksanakan.

D. Aseptis dan Kerja Steril
Salah satu model atau metode yang di gunakan adalah metode steril , kerja secara aseptis dan steril adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan kegiatan baik itu sebuah praktikum maupun pengujian di dalam laboratorium mikrobiologi . kerja secara steril merupakan pkerja pengujian di dalam labpratorium yang bebas dari segala macam jenis mikroorganisme, termasuk endorspa bakteri. Sementara itu kerja secara aaseptis adalah kerja atau pengujian dalam kondisi tercegah dalam terjadinya infeksi kepada para penguji di dalam laboratorium, maupun menginfeksi jaringan atau material yang telah di sterilkan.

Pentingnya model metode aseptis diperlukan dalam sebuah pengujian di dalam laboratorium mikrobiologi untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap segala variable yang ada di dalam laboratorium tesebut.. Mikroorganisme memiliki kemungkinan untuk mengontaminasi sampel dan banyak hal di dalam labpratorium salah satunya kultur biakan murni, sebelum melakukan kultur biakan murni semua peralatan di dalamlaboratorium wajib hukumnya ada pada kondisi steril,setelah dipastiken steril barulah dilakukan prosesaseptik di dalam laboratorium mikrobiologi, untuk memastikan bahwa proses biakan murni benar-benar dilaksanakan menggunakan metode yang tepat.

E. Pembuatan Media Mikroba Dalam Laboratorium Mikrobiologi.
Mikroba dan mikroorganisma lain dapat juga dikembangbiakan atau di tumbuhkan di dalam laboratorium mikrobiologi. Agar mencapai hal tersebut di butuhkan berbagai macam komponen-komponen nutrisi yang nantinya akan dapat membantu pertumbuhan dan oengembang biakkan mikroba dan mikri organisme tersebut di dalam laboratorium mikrobiologi

Komponen untuk pertumbuhan tersebut di sebut sebagai kultur medium, kultur medium dapat diperoleh dari banyak hal salah satunya adalah substrat mikroorganisme yang berkaitan atauoun didapatkan dari hasil sintetis bahan-bahan kimia luar.

Mikroorganisme lain dan bakteri juga dapat ditemukan di alam seperti lautan, samudera, danau, sungai, tanah, udara dan pada materi yang hidup dan materi yang mati. Material tersebut di ketauhi sebagai media alamiah karena sumbernya berasal dari alam. Media alamiahh juga disebut sebagai media substrat, substrat memiliki beberapa kekurangan apabila akan digukana sebagai kultur medium oleh para penguji, karena substrat cenderung memiliki komosisi nutrisi ata kandungan yang belum diketahui secara mendetail

Sementara itu medium mikrobadapat dibuat juga dari bahan-bahan kimia yang sifatnya sintetis. Mediuj tersebut memiliki kelebihan yaitu komposisinya telah diketahui secara pasti oleh para peneliti, medium tersebut juga dapat dinamakan pula sebagai medium sintetis, ada pula medium yang dibuat oleh peneliti dari campuran subtract yang telah kita sebut di atas yang dicampurkan degan senyawa kimia, hal tersebut biasa di sebut sebagai medium semi alamiah.

Laboratorium Mikrobiologi milik BPMB selalu mengedepankan kualitas dalam proses pengujian terkait mikrobiologi, tidak main-main semua peralatan kami merupakan peralatan yang diimport langsung dari jerman, dan juga dioperasikan oleh penguji-penguji handal di bidangnya.

Laboratorium kami telah terakreditasi oleh KAN, dan telah mendapatkan sertifikat ISO, sehingga membuat laboratorium mikrobiologi kami semakin terpercaya dan dapat dibandingkan dengan competitor lain yang ada.

Ruangan laboratorium mikrobiologi kami pun selalu ada dalam suhu yang kondusif, karena setiap mikroorganisme memiliki Batasan suhu yang berbeda-beda yang dapat membuat mikroorganisma tersebut untuk bermetabolisme dan melakukan pertumbuhan. Kami selalu berusaha untuk mencapai suhu optimum agar pertumbuhan mikroorganisme dapat cepat terjadidan sesuai dengan kebutuhan dari klien dan juga data yang di dapat menjadi sangat akurat.

Suhu optimum ini pun berbeda -beda mulai dari 4 derajat selsius hingga ada beberapa mikroorganisme yang suhu idealnya adalah lebih dari 100 derajat selsius. Namun pada umumnya kisaran suhu optimal pertumbuhan bakteri ada di antara 20 derajat selsius hingga 5- derajat selsius. Apabila dilihat dari cara mikroba beradaptasi dengan suhu yang ada maka mikroba dapat di klasifikasikan menjadi beberapa grup, yaitu mikroba yang menyukai kondisi dingin, mikroba yang menyukai kondisi sedang dam mikroba yang menyukai kondisi panas/

Mikroba juga memiliki kondisi berbeda-beda dalam hal pH, kandungan oksigen, kandungan nutrisi dan jumlah ph. Jka dilihat dari pH maka umumnya bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan baik yaitu di sekitar 6,5-7,5 namun tetap ada mikroba yang bisa tahan dalam kondisi pH rendah atau biasa disebut asam, dan mikroba yang tahan dalam kondisi tinggi atau basa,

Ada juga cara lain untuk memngklaisfikasikan pH dilihat dari cara mereka beradaptasi  terhadap oksigen. Mikroba kembali terbagi menjadi dua kelompok yaitu aerob dan mikroba anaerob, anaeerob adalah mikroba yang tidak membutuhkan atau tidak menyukai keberadaan oksigen, sedang mikroba aerob adalah mikroba yang membutuhkan dan menyukai keberadaan oksigen. Jika dilihat atau di tinjau dari kandungan onutrisi setiap mikroorganisme membutuhkan berbagai macam komposisi nutrisi yang tentunya bermacam-macam dan berbeda-beda.

F. Transfer Mikroorganisme
Transfer mikroorganisme adalah teknik dasar berikutnya dalam praktikum mikrobiologi. Sama halnya dengan kegiatan membuat dan menuang medium, kegiatan transfer mikroorganisme juga memerlukan teknik aseptik sehingga kontaminasi mikroba yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Selain itu, ketelitian dan kecepatan kerja juga harus diperhatikan dalam melakukan transfer mikroorganisme. Bekerja lamban akan memakan waktu sehingga mengakibatkan bahan yang akan diamati atau diperiksa terlalu lama berhubungan dengan udara sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi.  Bekerja terlalu cepat juga akan memperbesar peluang kurangnya bekerja secara aseptik (Gandjar dkk. 1992).

Terdapat sejumlah prosedur dasar dalam melakukan transfer mikroorganisme. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membersihkan daerah kerja dengan menggunakan desinfektan. Hal yang dilakukan berikutnya, seluruh pekerjaan selalu dilewatkan kepada api yang bertujuan agar setiap pekerjaan dalam keadaan yang aseptis.  Ketika akan memulai pekerjaan, jarum inokulasi dilewatkan di atas api. Kemudian sumbat tabung reaksi dibuka dan leher tabung dilewatkan di atas api pula. Selanjutnya, jarum inokulasi dimasukkan ke dalam kultur biakan di dalam tabung dan jarum tersebut kemudian dimasukkan ke dalam medium yang belum ada biakan.  Sebelum sumbat ditutup, leher tabung harus dilewatkan di atas api lagi. Jarum inokulasi yang telah digunakan juga dilewatkan di atas api untuk membunuh mikroorganisme yang masih tersisa (Harley & Prescott, 2002).

Ada beberapa cara dalam melakukan transfer mikroorganisme, yaitu dengan metode zig-zag (streak) atau hanya menaruh pada suatu titik (stab). Metode zig-zag biasa digunakan untuk memindahkan biakan khamir dan bakteri. Cara memindahkannya yaitu dengan mengesekkan ujung jarum loop yang telah mengandung khamir/bakteri secara zig-zag di atas permukaan medium mulai dari ujung bagian bawah sampai bagian atas (jika medium terdapat dalam tabung reaksi). Metode yang lainnya, digunakan untuk memindahkan biakan kapang. Biakan kapang diambil sedikit dengan menggunakan jarum needle atau jarum tanam tajam, kemudian jarum diletakkan di atas permukaan medium miring kira-kira pada jarak 1/3 dari panjang permukaan medium (Gandjar dkk., 1992).







III PENUTUP


Dalam pedoman kerja ini tersedia prosedur penanganan praktek keamanan biologi terutama bagi pekerjaan yang melibatkan bahan biologi beracun serta bahan yang mudah menular dan prosedur yang harus dilakukan untuk bekerja di dalam laboratorium Keamanan Biologi (Biosafety) tingkat 1, 2, 3 dan 4. Informasi mengenai pelatihan staf juga disertakan bersama penjelasan rinci tentang praktek kerja, peralatan pengamanan dan desain fasilitas laboratorium. Peneliti utama atau penyelia bertanggung jawab terhadap kondisi laboratorium yang aman, serta mengidentifikasi resiko atau bahaya yang berhubungan dengan riset dan aplikasi prosedur keamanan yang dijalankan.





DAFTAR PUSTAKA


Hadi, A.2017. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Gramedia. Jakarta.

Carl, E. 1983. Pemilihan Uji Laboratorium Yang Efektif.Gramedian. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1   LATAR BELAKANG Program terencana Dinasti Umayyah yang paling direncanakan adalah invasi ke Timur dan ke Barat. Semasa Pemerintahan Khalifah Al- Walid, penyusunan strategi penakhlukan ke Barat dirancang dengan serius. Namun, pasukan perang   islam lebih dulu menundukkan wilayah Afrika Utara yang pada masa itu telah dikuasai oleh Romawi. Masuknya pengaruh Romawi ke Afrika di mulai dari ekspedisi ke Mesr yang dipimpin Julius Caesar. Saat itu Mesir di bawah kepemimpinan Dinasti Ptolomeus. Cleopatra VII menjadi permaisuri dan menjaid istri dari adik kandungnya sendiri. Kekauatan muslim semakin kuat dan berhasil mengalahkan kekuasaan Romawi di Afrika yang telah lama dikuasai ole orang- orang Eropa tersebut. Kemenangan itu member i dorongan yang sangat kuat kepada tentara muslim untuk   memperluas pengaruh islam dengan   mengincar daerah Spanyol. Pasukan tentara Dinasti umayyah yang melakukan penyerangan ke Spanyol berasal dari b...

KOLONIALISME BELGIA DI AFRIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Afrika adalah benua terbesar   di kedua di dunia setelah Asia, Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan penduduknya. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika.  Se telah penjelajahan Inggris bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Perkembangan industri di negara-negara Eropa mendorong para pedagang dan petualang memasuki benua Afrika. Menjelang akhir abad 19 bangsa Barat berbondong-bondong datang ke Afrika untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai potensi  komersial Dari sinilah dimulai lembaran baru dalam sejarah bangsa Afrika Yang diwarnai dengan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat. Yakni salah satunya Kolonial belgia pada waktu sebelum Perang Dunia I ...

Makalah Masalah Atau Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan masalah-masalah yang berkenaan dengan masalah belajar yang dialami oleh para siswa, hal ini dapat menggangu siswa dalam kegitan belajarnya sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka alami. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik itu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor dari luar). Dengan adanya kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh para siswa harus dapat segera diatasi sesegera mungkin karena akan dapat menggangu jalannya kegiatan belajar siswa. Jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan tidak menemukan solusinya maka akan menyebabkan prestasinya rendah atau dapat tidak lulus. Sehingga diperlukan solusi untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, yang harus dihadirkan atau ditemukan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah atau kesulitan belajar tersebut. Dengan begitu diharapkan masal...